15 Dear moon

Senja berganti malam, di sebuah hotel bintang 5 leon memakirkan mobil sportnya. Memasuki lobi hotel dia di sambut oleh dean.

"lantai 30 bos aku sudah memeriksanya".

"oke" leon dan dean segera memasuki lift menuju sebuah kamar hotel di lantai 30. Di dalam lift dean memberikan earphone kepada leon earphone itu tersambung dengan Kevin yang sedari tadi sudah melacak targer mereka

"bos target sudah berada di kamar tepat di sebrang hotel tempat kalian berada" jelas Kevin yang telah mengamati target dari kamera-kamera yang dia retas.

Aura leon sedari tadi dingin mencekam bagai malaikat maut yang siap menjemput siapa saja yang mengganggunya. Dean merasakan aura itu, meskipun biasanya leon memiliki aura seorang pembunuh pada saat mereka akan melakukan aksinya tapi aura kali ini lebih berbahaya dari pada biasanya. Pasti ada yang membuat pria tampan di sampingnya ini tertekan atau bahkan menahan amarah yang sangat besar pikir dean.

Mereka sudah sampai di kamar yang dituju. lampu kamar hotel di biarkan tidak menyala namun Leon dengan segera mengeluarkan softgun lengkap dengan pelurunya. Tangannya dengan mahir mengisi senjata itu dengan satu peluru saja. Dia mengarahkan senjatanya keluar jendela kamar mereka. Senjata itu tepat mengarah ke gedung hotel lainnya disebrang hotel mereka dan menfokuskan pada seseorang di kamar hotel itu. Melihat leon yang sudah siap menembak target dean mulai memberi rincian siapa target itu sebenarnya

"oke target kali ini adalah direktur keuangan xing grup, baru-baru ini diketahui menggelapkan uang perusahaan satu triliun dan juga melakukan kekerasan pada istri dan anaknya, sekarang dia dihotel menemui simpanannya"

"cih… tua Bangka tidak tau diri" dean menatap kamar itu dengan teropong di mata kanannya. Dia melihat seorang pria yang sedang asik memangku wanita muda yang sedari tadi menggodanya

"bos bukankah ini sedikit susah untuk menmbak jika wanita itu terus berada di sekitar pria itu?"

Leon tidak menanngapi apa yang dikatakan dean. Dia masih memfokuskan senjatanya pada target dan sebelum dean melanjutkan perkatanya leon sudah melepaskan tembakannya. Tembakan itu tepat mengarah pada kepala pria di sebrang gedung hotel itu. Wanita di pangkuan lelaki tua itu menjerit ketakutan wajahnya di penuhi darah segar pria yang memangkunya itu.

"wah bos kau memang sniper sejati! Tembakanmu tidak pernah meleset"

Leon masih tidak menanggapi omongan dean dia hanya mengemasi senjatanya memasukkannya kembali ke tas hitam dan segera keluar dari kamar hotel. Disisi lain dean yang tenang seperti tidak terjadi apa-apa mulai merasa kali ini bosnya memang berubah bahkan sikapnya lebih dingin dari biasanya.

"ini tidak seperti dirimu yang biasanya, kau tidak akan ikut campur dalam urusan xing grup tanpa pemikiran panjang bos, pertukarannya apa kali ini?"

Leon yang sudah memegang gagang pintu hotel dan akan membukanya tiba-tiba berhenti sejenak dengan perkataan dean.

"JO Grup" hanya itu yang dikatakan leon sembari meninggalkan dean sendiri di kamar hotel itu.

"hah… apakah gadis itu benar-benar merubahmu bos, ini semakin menarik hahaha" dean seakan tidak percaya yang dia dengar dari leon.

Di dalam mobil sportnya leon menghubungi seseorang, mata coklat indahnya masih menggelap seakan kemarahan dihatinya memberontak untuk keluar.

"aku sudah menyelesaikannya"

"bagus hahaha" suara berat dan serak lelaki tua berada di balik telfon.

"kau harus menepati janjimu, berika Jo Grup padaku"

"oke itu bukan masalah"

"papa, aku tau apa yang kau pikirkan, jangan pernah menyelidiki lebih jauh lagi atau kau tau sendiri apa yang akan terjadi"

Leon menutup telfonnya tanpa mendengarkan jawaban dari pria di balik telfon itu. Dia tau dari awal ini akan terjadi, ayahnya tidak akan tinggal diam untuk menyelidiki kenapa dirinya begitu menginginkan JO Grup. Itu begitu mencurigakan karna perusahaan kecil itu tidak ada sangkut pautnya dengan leon. Sebelum ayahnya mencari tau leon sudah memperingatkan ayahnya di awal. Karna dia takut alice akan masuk dalam masalah yang lebih besar jika ayah dan saudara perempuannya tau mengenai hubungan leon dan alice.

Leon memacu mobilnya dengan cukup kencang seakan secepat apapun mobil ini melaju belum bisa memuaskan rasa marahnya. Dia masih mengingat kata-kata alice tadi.

Beberapa menit kemudian dia sampai di gerbang rumahnya dan segera memakirkan mobilnya di baseman. Langkah kakinya begitu terdengar di rumah yang sepi itu. Dia mulai membuka pintu kamarnya lampu dikamar itu tidak menyala. Ruangan itu gelap dan hanya sinar bulan yang menerangi dari balik tirai putih. dari kejauhan tampak alice sedang tertidur menghadap jendela. leon hanya melihat punggung gadis yang ia cintai di bungkus dengan selimut putih, bayangnya sangat sempurna dengan sinar bulan yang menyinari lekuk tubuh kurusnya. Membuat siluet seorang gadis yang begitu menggoda. Ia ingin menghampiri alice namun darah ditubuhnya masih begitu panas oleh gejolak hati karna kata-kata alice.

Kau satu-satunya yang harus membunuhku leon… berjanjilah

Kata-kata itu terngiang di kepala leon. Dia bergegas menuju kamar mandi dan mengguyur tubuh atletisnya itu dengan shower. Air dingin mengalir membasahi setiap lekuk otot-otonya. Sedikit demi sedikit air itu menenangkan hati leon.

Tidak berapa lama setelah leon keluar dari kamar mandi dengan kimononya dia segera mengganti kimono itu dengan piama tidurnya dan berbaring di samping alice. Leon memeluk lembut alice dari belakang. Alice yang tertidur perlahan membuka mata dan melihat sebuah tangan dingin seorang pria memeluknya dan mencium aroma maskulin yang familiar.

"leon?"

"hm.." jawab leon dengan suara lirihnya

"apa yang kau lakukan?" alice tampak kebingungan namun tubuhnya tidak bergerak

"sebentar saja… izinkan aku memelukmu sebentar saja" leon mengeratkan pelukannya pada gadis itu. Alice hanya diam terpaku, tapi dia sadar bahwa dia akan berusaha mencintai leon sesuai dengan kesepakatan. Perlahan alice berbalik menghadap leon. Dari kegelapan dan hanya di sinari cahaya bulan dari balik tirai tipis itu alice melihat sesosok lelaki tampan dengan mata coklatnya yang indah, hidungnya mancung sempurna, tulang rahangnya mebuat nya begitu tegas dan bibir tipis pria ini memberi kesan kelembutan. Alice memeluk leon perlahan.

"tak apa.. kau bisa memelukku kapanpun kau mau, bukankah aku sudah berjanji padamu akan menuruti semua yang kau inginkan" suara alice sangat lembut.

Leon juga memeluk tubuh alice masuk ke dalam dirinya. Detak jantung mereka sangat kencang namun perlahan melambat oleh kehangatan.

"alice, berjanjilah selama kau hidup jangan pernah membahas tentang persyaratan ketigamu Sampai saat itu tiba dan aku harus melakukannya"

"em" alice mengangguk pelan

"dan jalani semua seperti biasa"

"em" alice mengangguk keduakalinya

"aku tau kau tidak akan mengingkari janjimu jadi aku tidak akan mengungkitnya sampai saatnya janji itu terpenuhi"

Leon mencium kening alice lembut

"gadis pintar"

"ngomong-ngomong apa lukamu sudah membaik? Apa pelukanku membuat lukamu terasa sakit?"

"tidak, pelukanmu menyembuhkan luka-luka ditubuhku, apa kau tidak tau pelukan dari lelaki tampan dapat menyembuhkan ratusan luka di tubuh seorang wanita hahaha" alice menggoda leon dengan manis.

"apakah aku setampan itu? Hingga lukamu dapat sembuh hahahaha" leon tertawa kecil mendengar kata-kata pujian alice.

"em! Tentu saja… pelukan dari pria tampan yang hanya diciptakan tuhan seribu tahun sekali ini sangat ampuh menyembuhkan lukaku" senyum manis terlukis di bibir merah alice

"hahaha baiklah aku akan mengeratkan pelukanku dan memelukmu semalaman, bagaimana?"

"tentu saja, sebuah kehormatan bagi hamba yang mulia.." alice juga mengeratkan pelukannya pada leon, dia bisa merasakan aroma tubuh leon yang segar dan hangatnya pelukan leon.

hai bulan bisakah malam ini berjalan lebih lama dari biasanya dan mentari pagi menunggu lebih lama untuk terbit. Aku ingin gadis kecil ini terus berada di pelukanku.

avataravatar
Next chapter