"Apa eomma yakin tidak ingin ku antar sampai ke dalam saja?" tanya Yuju kembali menawarkan sang ibu. Ia merasa tidak tega saja tidak mengantarkan ibu nya sampai kedalam.
Sang ibu menggeleng "Tidak apa-apa, lain kali saja jika kau ingin mengantar eomma ke dalam." sambil mengusap rambut anaknya.
"Yahh... padahal aku kan ingin melihat seperti apa mansion tuan besar itu." cemberut Yuju.
Sang ibu terkekeh melihat anaknya yang sangat lucu di matanya "Sudah sana cepat! nanti kau bisa terlambat." usir ibu Yuju.
"Iya iya! annyeong eomma, sampai jumpa satu minggu lagi" ucap Yuju sampai melambaikan tangannya yang di balas oleh ibu nya.
Yuju pun berjalan meninggalkan ibu nya yang juga sudah terlihat berjalan memasuki gerbang besar itu. Dimana mansion bak istana itu berada yang di jaga oleh beberapa security. Tentu saja kan! tidak mungkin mansion sebesar itu tidak memiliki penjagaan yang ketat yang benar saja!
Yuju dan ibu nya sudah berangkat mulai dari pukul enam lewat lime belas pagi dan seperti biasa ia menggunakan bus untuk melakukan perjalanan. Tidak seperti orang-orang lain yang menggunakan kendaraan pribadi mereka yang jauh lebih nyaman, untuk bisa naik bus saja ia sudah bersyukur.
Yuju menghirup udara pagi yang masih terasa begitu segar, udara pagi memanglah udara yang sangat segar dan sehat. Mata Yuju melihat-lihat rumah-rumah lainnya yang juga berada di daerah ini, tapi tidak ada yang sebesar mansion mewah tempat ibu nya bekerja. Sudah tidak di ragukan lagi bahwa pria itu pasti super kaya.
BRUK...
"Aduh!" saking sibuknya memperhatikan rumah-rumah yang ia lewati, Yuju sampai tersandung.
"Aisshh... pagi-pagi sudah sial saja, apa dewi fortune tidak pernah berpihak pada ku eoh!?" omel Yuju dengan kesal.
Yuju menepuk-nepuk telapak tangannya yang kotor dan bagian dengkulnya. Saat akan berdiri mata nya menangkap sesuatu.
"Eoh? apa ini?" Yuju mengambil benda yang menarik perhatiannya. Dia kemudian mengangkat benda itu di udara.
LIONTIN.
Sebuah liontin kalung kecil yang berbentuk bulan sabit kecil dengan permata biru yang berada di tengah liontin itu yang membuat liotin itu sangat cantik di mata Yuju.
Yuju segera berdiri "Cantik sekali! aku yakin seseorang pasti sudah menjatuhkannya tidak mungkin liotin secantik ini di buang begitu saja."
Yuju masih memandangi benda kecil itu yang masih berada di genggamannya "Maafkan aku dewi aku mencabut kembali kata-kata ku. Seperti nya keberuntungan sedang berpihak kepada ku hari ini" ucap Yuju sambil tersenyum.
Yuju kemudian membuka tas punggungnya dan memasukkan liontin itu ke dalam tasnya "Kau akan ikut pulang bersama ku."
...
Seperti hari-hari membosankan lainnya yang harus ia lewati dan jalani. Sangat membosankan kembali menghabiskan waktu berkutat dengan kumpulan kata-kata yang jika hanya dengan melihatnya saja sudah membuat mu mengantuk. Dan seperti itulah keseharian yang harus di jalani oleh Jae sang CEO muda kita.
"Verse..." panggil Jae dengan suara beratnya.
Sang pemilik nama menjawab secepatnya mungkin "Ada apa tuan Jae? apa anda membutuhkan sesuatu?"
Verse. pria yang tidak lebih tinggi dari Jae dengan wajah yang cukup rupawan merupakan bodyguard yang paling setia dan sangat patuh yang Jae miliki. Sudah hampir satu tahun ia menjadi bodyguard sang CEO.
Dan selama itu pun ia tau bahwa tuan nya sangat irit bicara, susah di tebak, dan cukup baik. Verse sempat merasa heran kenapa Jae membutuhkan seorang bodyguard untuk menjaga nya sedangkan dari yang ia lihat Jae tidak memiliki musuh atau rival sama sekali.
"Hibur aku." ucap Jae. Sebuah kalimat perintah yang di tujukan untuk Verse sang bodyguard dengan jas hitam yang selalu melekat di tubuhnya.
Verse kebingungan. Sudah ia bilang bukan? kalau tuan nya sangat irit bicara.
Verse berusaha memutar otaknya. Apa yang harus ia lakukan untuk melakukan perintah tuan nya. Tidak mungkin kan ia mau melawak dan juga seperti nya tuan Jae seperti nya orang yang sangat susah dan jarang tertawa.
Ahhh...ini saja!
"K-kau bisa menanyakan apa saja pada ku tuan Jae." ujar Verse.
Jae menopang dagunya merasa tertarik "Benarkah?"
Verse mengangguk sebagai jawaban. Kenapa ia mendadak gugup begini? seperti sedang menghadapi maut saja.
"Apa kedua orang tua mu masih hidup?" Verse yang tadinya menunduk langsung mendongak mendengar pertanyaan Jae.
Verse bengong seketika. Pertanyaan macam apa itu!? "Aahh..t-tentu tuan Jae. Kedua orang tua ku masih hidup."
"Baik, ceritakan pada ku tentang keluarga mu." jawab Jae singkat sambil menatap Verse yang berdiri di hadapannya.
Verse di buat mengerutkan alis. Ia merasa seperti di interview saja. Verse kemudian menelan ludahnya dengan gugup ia tidak tau harus menceritakan keluarganya seperti apa.
"Kau bisa duduk di kursi itu." perintah Jae.
Verse mendaratkan bokong nya di kursi hitam itu "Mmm.. aku memiliki keluarga yang biasa saja tuan. Tidak ada yang menarik, ibu ku seorang ibu rumah tangga biasa dan ayah ku seorang petani. Aku dan ibu ku tidak tinggal bersama ayah ku, ia tinggal di desa. Tapi aku sangat bersyukur karena aku memiliki kedua orang tua yang masih lengkap dan menyayangi ku dan juga ak----"
"Cukup! membosankan." potong Jae.
Verse diam seketika. satu kata... aneh! bukannya dia sendiri yang meminta untuk menceritakan tentang keluarga bodyguard nya, namun ia juga yang mengatakan bosan.
"Kau gagal menghibur ku." ucap Jae sambil menyandarkan punggungnya pada kursi kehormatannya.
Ya dewa... berilah Verse kesabaran menghadapi tuan nya yang satu ini. Sungguh tuan CEO ini sangat aneh dan memusingkan.
Tiba-tiba Jae berdiri dan memasukkan tangannya pada kedua kantong celananya "Ini sudah waktunya rapat. Aku akan ke ruang meeting bawakan tumpukan kertas itu."
Selepas memerintahkan Verse. Jae lalu berjalan keluar dari ruangannya. Verse langsung mengambil kertas-kertas itu.
"Ya ampun... apa kah dia benar-benar manusia?" gumam Verse. Lalu segera mengejar langkah sang CEO.
...
Setiap orang pasti mempunyai kesibukan dan kegiatan masing-masing sebab itulah tujuan dari kehidupan bukan? namun terkadang ada saatnya kita meresa kesusahan, kelelahan, dan putus asa. Hal itu sangat umum di alami oleh setiap manusia di muka bumi ini. Dan salah satu dari jutaan manusia itu adalah Grey dan Kyle yang sedang mengalami itu sendiri saat ini.
Terik sinar matahari membuat kedua pria berseragam itu bercucuran keringat. Pria bernamakan Grey melepaskan topi hitam dengan lambang polisi yang menghiasi topi itu.
Grey mengibaskan topi itu di depan wajahnya berharap mendapatkan sedikit angin untuk menghapus keringat nya "Sialan! kenapa kita yang harus melakukan hal ini!"
"Kau benar ini tidak seharusnya menjadi tugas kita. Namun lihat! bagaimana bisa kita berakhir seperti ini." sahut Kyle yang sama kesal nya dengan sang teman.
Grey mengambil kantong plastik hitam itu dan membuang nya dengan kesal. Jika kalian penasaran apa yang sedang di lakukan oleh kedua pria ini maka biar ku beritahu keduanya sedang mengerjakan tugas yang di perintahkan oleh atasan mereka. Tugas untuk memperbaiki saluran pembuangan yang tersumbat.
Tugas yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan mereka! apakah mereka lupa jika mereka berdua itu polisi bukannya petugas kebersihan!
"Grey. Aku sudah lelah... ayo kita istirahat sebentar." ucap Kyle dengan terengah-engah.
Grey pun membantu Kyle keluar dari lubang selokan itu dan mereka berdua berjalan ke bawah pohon di seberang kanan jalan sana.
"Jika saja dia bukan atasan ku sudah di pastikan aku sudah menghajarnya sedari tadi. Kenapa tugas seperti ini di berikan kepada kita? kita ini polisi. Harusnya mereka melaporkan hal ini kepada petugas lingkungan bukannya ke kita!"
"Haahhh.... apa yang bisa kita perbuat. Aku pun sangat ingin memukul wajah si tua itu, kau tau terkadang jika di ingat-ingat kita selalu di berikan tugas seperti ini." ucap Kyle sambil mengusap keringat nya yang membasahi dahi.
Grey kembali memutar dan mengingat kembali tugas-tugas yang selalu di perintahkan kepada mereka berdua. Dan benar yang di katakan oleh Kyle mereka selalu di berikan tugas yang tidak sepatutnya di kerjakan oleh seorang polisi.
Apakah ini semua karena mereka hanya polisi dengan pangkat yang rendah? tapi hey! tujuan dia menjadi seorang polisi untuk menolong dan memecahkan kasus-kasus yang belum terpecahkan bukannya malah berakhir membersihkan saluran pembuangan seperti ini!
"Lihat saja Kyle! kita harus membuktikan kepada mereka bahwa kita bukan seorang polisi yang lemah. Kita harus membuat mereka melihat kita sebagai polisi yang kuat dan cerdas. Dan kita harus berjanji akan hal itu."
...
Di hari yang panas seperti ini biasa nya kita akan mudah lelah dan hal itu dapat mempengaruhi emosi kita. Dan hal itu betul terbukti terjadi pada saat ini.
"Apa kau bodoh hah!? sudah berapa kali ku katakan untuk mengecek semua barang-barang itu bukan Park Yuju!?"
Yuju menundukkan kepalanya dengan dalam. Mendengarkan bentakan yang di lontarkan untuknya "S-saya minta maaf pak." cicit Yuju.
"Kau tau! sudah berapa kali aku selalu memerhatikan mu tapi tetap saja kau selalu melakukan kesalahan dan pekerjaan mu tidak pernah benar sama sekali!" marah Simon sambil bertolak pinggang.
Yuju hanya dapat menunduk malu, beberapa pelanggan di minimarket itu menatap dirinya dengan terang-terangan. Setidaknya bisakah manager nya itu tidak memarahinya di tempat terbuka seperti ini?
"Pak Simon, saya mohon jangan memarahi Yuju seperti ini lagi pula Yuju sudah sangat bekerja keras untuk hari ini." bela Bella yang sudah tidak tahan melihat temannya yang terus-menerus di marahi seperti itu.
"Dengar kan ini baik-baik Yuju! ini untuk yang terakhir kalinya aku memberikan mu peringatan. Jika kau masih melakukannya lagi aku akan langsung memecat mu." ucap Simon memberikan peringatan untuk Yuju.
Simon kemudian berjalan keluar dengan langkah yang penuh kekesalan "Dasar tidak berguna. Parasit!"
Dan ucapan Simon itu masih dapat Yuju dengarkan dengan baik. Yuju kemudian menunduk memungut beberapa bungkus ramen yang jatuh berserakan. Lalu sebuah tangan tiba-tiba terjulur membantu nya.
"Biar ku bantu." ucap Bella.
"Tidak apa-apa Bella. Aku bisa menyelesaikannya sendiri."
"Hey Yuju, aku ini teman mu! teman macam apa yang tidak bisa membantu temannya sendiri."
"Bella... terima kasih." ucap Yuju dengan tulus sambil menatap Bella.
Bella tersenyum "Kau tidak perlu berterima kasih Yuju. Sekarang pergilah istirahat tenangkan pikiran mu okay?"
"T-tapi Bella ini....."
"Tidak apa-apa biar aku yang membereskannya."
Dengan berat hati pun Yuju berdiri dan berjalan keluar dari minimarket. Ia duduk di samping sebuah mesin minuman yang berada di samping pintu masuk minimarket.
Mata indahnya menatap langit yang sangat cerah dan biru. Burung berterbangan melintasi langit biru itu dengan riang nya. Namun kehidupan nya tidaklah seindah langit biru itu.
Lagi pula ia hanya membuat kesalahan kecil. Memang benar ia teledor dan kurang teliti sehingga ia lupa mengecek tanggal kadaluarsa ramen itu yang sudah lewat beberapa bulan yang lalu. Namun tidak perlu kan sampai memarahi nya habis-habisan seperti ini.
Tanpa sadar air mata jatuh dari kedua mata Yuju. Ia meneteskan air matanya dengan derasnya.
"Hikss... k-kenapa kehidupan sangat tidak adil pada ku... hikss..." tangis Yuju.
Kenapa keberuntungan dan kebahagiaan tidak pernah mendatangi hidupnya. Apakah segala penderitaan yang dia dapatkan belum cukup juga untuk dirinya?
Baru saja pagi tadi ia merasakan sedikit kebahagiaan kecil. Tapi kebahagiaan itu kembali di ambil darinya.
"U-untuk kali ini saja... hikss... biarkan aku melihat orang-orang yang m-menyakiti ku menderita... hikss... apa itu tidak bisa kau berikan padaku.. hikss..." ucap Yuju sambil mengusap tetesan air matanya dengan kasar.
Dan beberapa langkah dari tempat Yuju tepatnya di balik tiang listrik itu. Seorang pria melihat dan bahkan mendengar tangisan wanita itu cantik itu.