Ramai. Satu kata yang menggambarkan tempat dimana kedua wanita cantik ini berada. Namun juga terasa dingin mungkin karena AC yang melengkapi tempat ini, dan itu cukup untuk membuat keduanya menghilangkan rasa gerah dari tubuh mereka berdua.
"Bella, kenapa kita kemari?" tanya Yuju dengan satu tangannya yang di gandeng oleh Bella.
"Ayolah Yuju, apa kau tidak bosan hanya terus-terusan melihat barang-barang di minimarket?"
"Tapi tidak perlu kemari juga, dan juga kita kan belum gajian."
"Ohhh... come on! sesekali kita perlu hiburan bukan? soal uang biarkan aku yang bayar asal jangan yang mahal hehehe." jawab Bella dengan menaikkan kedua alisnya.
"Hahaha... dasar kau ini."
Mereka berdua tengah berada di salah satu mall yang berada di kota mereka. Jika boleh jujur mereka berdua sangat jarang menginjakkan kaki ke tempat seperti ini layaknya wanita-wanita lain yang hampir setiap minggu atau bahkan hari ke tempat ini untuk menghabiskan waktunya, kalian tau sendiri kan seperti apa keseharian mereka.
Kerja dan kerja.
Bella pun sebenarnya bukan dari keluarga berada. Jika ia dari keluarga yang kaya mana mungkin dia mau menghabiskan masa gadis nya untuk bekerja di minimarket sialan itu. Namun kondisi keluarga Bella masih terbilang baik di bandingkan kondisi Yuju sehingga ibu nya harus juga turut bekerja.
Hari ini mereka pulang lebih cepat dari biasanya mereka pun bingung kenapa mereka pulang lebih cepat dari jam selesai kerja yang sudah di tentukan. Masa bodoh yang penting mereka berdua bisa sedikit bersenang-senang hari ini.
"Yuju! coba lihat ini, kau tau baju ini yang akhir-akhir ini sedang banyak di gemari oleh orang-orang." tunjuk Bella pada sebuah kemeja putih berbahan satin yang di hiasi oleh pola bunga berwarna kan emas pada bagian kiri kemeja itu.
"Wah... cantik sekali Bella, tidak heran sangat banyak orang yang menyukainya."
"Jangan khawatir Yuju pasti suatu saat nanti kita bisa membelinya. Dan kita akan kenakan baju itu ke suatu tempat yang mewah dan tentunya dengan pasangan kita."
Yuju terkekeh geli "Apa sudah selesai mengkhayal nya? ayo kita ke sana, seperti nya ada sesuatu di sana." tunjuk bela pada kerumunan orang yang terlihat sedang melihat sesuatu.
Yuju dan Bella sampai harus berjinjit untuk melihat apa yang ada di depan sana.
Ahhh... rupanya sebuah permainan untuk mendapatkan beberapa hadiah yang terpajang di depan sana.
"Ayo! kemari cobalah keberuntungan mu untuk bisa membawa pulang salah satu dari hadiah yang telah kami siapkan!" ucap seorang wanita dengan baju dress biru ketat dan sebuah mic di tangan nya.
Dan seperti yang kau tau, orang-orang tertarik dengan tawaran yang di berikan bukti nya sangat banyak orang yang ingin mencoba keberuntungannya.
Maksud ku adalah siapa yang tidak mau barang gratis kan? bahkan orang kaya sekali pun pasti akan mau.
Mata Yuju melihat-lihat hadiah apa saya yang terpajang di depan sana dan mata nya berhenti pada sebuah kotak putih yang bergambarkan ponsel keluaran terbaru yang tidak mungkin akan cukup jika ia beli dengan gaji nya.
"Bella, ayo kita coba... siapa tau kita menang." bujuk Yuju.
"Kau tertarik?" Yuju mengangguk sebagai jawaban.
"Baiklah kalau begitu ayo kita coba, let's go."
Mereka berdua berusaha untuk maju ke depan untuk dapat mencoba bermain games itu. Meskipun mereka di senggol oleh beberapa orang dan badan yang lebih tinggi dari mereka berdua.
Dan seperti nya tidak segampang yang mereka pikirkan tiga pria yang berada di depannya sudah mencoba dan semuanya gagal.
"Yuju, aku tidak yakin kita bisa menang." ucap Bella ragu.
"Aisshh... kita kan belum mencobanya." ucap Yuju dengan percaya diri.
Kini giliran Bella untuk mencoba keberuntungan itu.
"Kau hanya perlu melemparkan pin ini ke arah papan lingkaran yang berada di depan sana. Kau hanya punya satu kesempatan." jelas wanita dengan dress biru itu lalu memberikan sebuah pin jarum kepada Bella.
Bella mulai mengangkat tangannya dan mengira-ngira. Kemudian Bella melemparkan pin itu berusaha untuk mengenai target berwarna merah di papan itu.
SYUNGG...
Dan sayang sekali tembakan nya tidak berhasil mengenai target itu. Bella lemas seketika dan mendesah kecewa.
"Yahh.... tidak kena." kecewa Bella.
"It's okay Bella, sekarang giliran ku semoga kita menang."
Yuju menerima pin yang di berikan kepadanya, berusaha memfokuskan pandangannya pada sasaran yang berada di depannya. Dan berdoa dalam hati agar lemparan nya tidak meleset. Ia sungguh sangat menginginkan ponsel itu.
Yuju menutup satu mata nya, berharap tembakan nya tepat sasaran. Menarik nafas sebentar dan....
"Hufftt..." kecewa Yuju sambil menghentakkan kakinya kesal.
Bella terkekeh geli.
Bella merangkul pundak Yuju "Daripada kau kau cemberut lebih baik kita makan eskrim. LET'S GO!"
Seperti yang kalian tebak, Yuju tidak berhasil mendapatkan ponsel sasarannya. Namun setidaknya dia dan Bella mendapatkan sebuah sepasang cincin yang cukup cantik.
Tidak buruk.
...
Di waktu yang berbeda.
"Apakah aku sedang menaiki seekor siput? kenapa lama sekali?" protes pria tampan itu.
"Tuan kita terjebak macet yang cukup panjang." jawab sopir itu.
Jae menghela nafas jengkel.
Verse yang duduk di depan tepatnya di samping sopir kemudian berbalik "Tuan Jae, mohon sabar kita tidak bisa mengantarkan anda dengan cepat."
"Tanpa kau bilang aku juga sudah tau." Jawab Jae dengan nada datar.
Verse yang sudah terbiasa dengan perkataan Jae yang mungkin terdengar jutek dan dingin langsung kembali berbalik.
Jae kemudian melihat kearah jendela mobil, lalu menurunkan kaca mobilnya. Mungkin dia ingin melihat separah apa macet yang membuatnya terjebak seperti ini.
Dan sial nya macet itu memang terlihat cukup panjang. Jae kembali menutup kaca mobilnya dan terlihat mencari sesuatu di samping tempat duduknya.
Dapat. Kacamata hitam miliknya yang sudah pasti bermerek, Jae memakai kacamata itu dan membiarkan nya bertengger pada hidung mancung bak perosotan itu.
Klik...
Kaki jenjang itu keluar dari pintu mobil, dan dengan santai nya Jae berjalan melewati barisan mobil-mobil yang tidak berhenti membunyikan klakson.
Verse yang menyadarkan kepalanya pada sandaran mobil langsung menegakkan kepalanya seketika dengan mata yang membulat begitu melihat punggung Jae yang mulai menjauh dari kaca depan mobil.
"Oh! astaga...tuan!" dengan buru-buru Verse membuka pintu mobil dan mengejar Jae.
"Tuan! Tuan Jae! anda ingin kemana!?" Teriak Verse berusaha memanggil Jae.
Jae berbalik kemudian menghentikan langkahnya "Kenapa kau mengikuti ku?"
Verse menormalkan nafasnya. Dalam hati dia mengumpat yang benar saja apakah JAE SIM ini lupa kalau Verse adalah bodyguard yang dia bayar untuk melindungi dirinya.
"Aku harus mengikuti anda tuan Jae."
"Ya sudah, terserah kau saja." jawab Jae singkat dan kembali berjalan.
Verse di buat ternganga. Betul kan manusia yang satu ini sangat susah di tebak dan aneh nya bukan main yang membuat Verse kehabisan kata-kata.
Jae berhenti tepat di mana sangat banyak orang-orang yang membawa papan, kertas-kertas yang penuh dengan tulisan, dan beberapa pria yang memegang alat pengeras suara sambil meneriakkan sesuatu.
"FREEDOM AND JUSTICE FOR ALL CITIZENS!"
teriak pria dengan baju hitam dengan lantang. Dan di ikuti oleh yang lainnya.
Demo.
Betul, yang terjadi sekarang adalah demo oleh warga yang merupakan imigran di kota Agnieszka ini. Meminta keadilan yang sama kepada pemerintah untuk mereka.
Tulisan merah di sebuah kertas ukuran besar yang begitu mencolok bertuliskan "INJUSTICE ANYWHERE IS A THREAT TO JUSTICE EVERYWHERE."
Jae membuka kacamata hitam nya.
"Tuan, kita harus kembali tidak aman jika berada di sini." khawatir Verse. Yang melihat para pendemo yang semakin banyak.
"Mereka tidak akan berhasil."
Verse mengerutkan dahinya "Hah? maksud anda tuan?"
"Mereka harus mencoba dengan cara lain, benar bukan Verse?" ucap Jae sambil menoleh kebelakang melihat Verse dengan datar.
Ya ampun, apa lagi ini? sungguh tuan Jae ini sudah tidak waras. Dia betul-betul tidak paham apa maksud pria ini.
"A-ahh... iya tuan kau benar tuan." jawab Verse dengan kikuk.
Jae kembali memakai kacamata hitam nya "Kita kembali, aku sudah tidak tahan dengan panas matahari ini." lalu berjalan kembali sambil memasukkan tangannya di kedua kantong celananya.
Verse kembali di tinggalkan oleh Jae yang jalan terlebih dahulu. Dan itu membuat Verse menepuk jidat nya.
...
Luas, mewah, dan sepi. tiga kata yang sudah cukup menggambarkan suasana mansion ini.
Mansion ini hampir seluruh nya di dominasi oleh warna putih dan gold. Patung yunani seukuran manusia di letakkan di beberapa sudut mansion yang menjadi kan mansion ini terkesan artistik dan bagaikan sebuah museum seni.
"Hey, kau tau Minji. Katanya malam ini tuan akan pulang ke mansion." ucap wanita berumur kan sekitar tiga puluh tahun itu.
Park Minji, wanita dengan pakaian maid yang berumur kan tiga puluh tujuh tahun itu yang merupakan ibu dari Park Yuju.
"Benarkah? apa akan terjadi sesuatu?" ucap Minji. Sambil mengelap beberapa guci yang tertata dengan rapi.
"Aku tidak tau, yang jelas sangat jarang kan ia pulang ke mansion sudah beberapa hari ini kita tidak pernah melihatnya. Kau tau kadang aku berpikir bahwa mungkin saja selama ini dia selalu tidur di perusahaan miliknya." ucap Leah sang teman maid ibu Yuju.
"Hmmm... kau benar, kadang juga aku berpikir seperti itu, yang jelas ini berita bagus kalau tuan akan pulang, paling tidak mansion ini tidak akan terasa seperti tidak memiliki pemilik. Kalau begitu aku akan ke atas membersihkan lantai atas." Leah mengangguk.
Ibu Yuju kemudian berjalan ke lantai atas dengan membawa vacuum cleaner.
Kemudian ia mulai menyalakan vacuum cleaner nya dan mulai menyedot debu yang tersisa di lantai keramik putih itu.
Ia juga melewati beberapa pintu kamar yang selalu terkunci dengan rapat. Ia tidak paham kenapa sangat banyak kamar yang tersedia di mansion ini namun sangat jarang di buka.
Suara vacuum cleaner menjadi penghias kesunyian mansion ini.
"T-tolong..."
Minji berhenti mendadak. Ia seperti mendengar sesuatu.
"Ahh.. mungkin hanya perasaan ku saja."
"Tolong..." Minji membeku seketika.
Tidak, itu bukan hanya perasaan nya. Ia betul-betul mendengarkan suara seseorang seperti meminta tolong.
Minji mematikan vacuum cleaner nya, kemudian ia jalan dengan perlahan kembali ke arah pintu kamar yang ia lewati tadi.
Angin yang memasuki jendela di mansion itu bertiup cukup kencang. Membuat suasana menjadi sedikit menyeramkan.
Pintu pertama, tidak terdengar suara apapun.
Pintu kedua, sama... tidak terdengar suara apapun.
Pintu ketiga, Minji kembali menempelkan telinganya pada pintu itu cukup lama. Ia mencoba menajamkan pendengarannya tapi hal yang sama kembali terjadi, tidak ada suara apapun.
Minji mengambil langkah mundur "Tidak ada suara apapun, tidak mungkin aku salah dengar. Tapi tidak mungkin itu suara hantu mana ada hantu di sore hari seperti ini."
Mata ibu Yuju itu kemudian mendarat pada sebuah kamar terakhir dengan pintu berwarna hitam. Kamar yang mungkin terlihat cukup besar dari kamar lainnya.
Minji kini telah berada di depan pintu kamar itu, kamar dengan dua pintu itu. Jika boleh jujur kamar ini adalah kamar yang selalu membuatnya penasaran. Kamar yang tidak pernah di buka dan di bersihkan oleh para maid di mansion ini.
Dan kini saat nya Minji akan menghilangkan rasa penasarannya yang sudah lama ia miliki. Minji menempelkan telinganya. Dan untuk ke empat kalinya tidak terdengar apa-apa.
Namun Minji masih belum puas tangan itu kemudian terjulur akan mencapai daun pintu itu.
Sedikit lagi... sedikit lagi...
"Hey! Minji kau sedang apa?"
Minji tersentak kaget "E-eoh? a-ahhh aku hanya ingin membersihkan kamar ini."
"Apa!? apa kau ingin di pecat, kau tau kan kamar itu tidak boleh di masuki! cepat kita pergi dari sini." ucap Leah dengan panik dan menarik tangan Minji menjauh dari kamar itu.
Saat menuruni tangga mata Minji pun tidak lepas dari kamar itu. Hingga kamar itu menghilang dari pandangannya secara perlahan.
Lalu...
DUKK...DUKK...DUKK...
Suara dentuman keras berasal dari kamar itu, terdengar seperti dentuman kayu. Dan...
"T-tolong.... tolong...."