webnovel

Hayati

Hayati adalah seorang gadis yang tengah mencari jati diri. Dia mencari kasih sayang yang begitu berarti dari seorang pria yang mau mengerti. Dalam perjalanan hidupnya, begitu banyak hal yang terjadi. Hayati yang di jodohkan dengan Akbar sewaktu masih sekolah, membuat beban bagi keduanya. Hanya karena alasan persahabatan orang tua tidak hilang, orang tuanya menjodohkan mereka berdua. Mama Hana dan Papa Sandi adalah orang tua Hayati, Sedangkan Mama Ara dan Papa Iyan adalah orang tua Akbar. Hayati begitu membenci Akbar, begitu pun sebaliknya. Akbar adalah seorang pemain basket dan juga mempunyai cewek yang disukainya, bernama Reva. Reva yang ambisius dan punya berbagai cara untuk menaklukkan cinta Akbar. Lambat laun, salah satu dari mereka mampu mengikis hati.

Degk_Nur · Teen
Not enough ratings
311 Chs

Yogyakarta

On The Way Yogyakarta.

"Hayati, kamu pernah ke Jogja?" tanya Ara saat mobil melaju pelan.

"Belum, Tante." jawab Hayati.

"Nanti kalau semisal kamu nikah dengan Akbar, pasti diajak keliling. Bukan hanya ke Jogja, tapi tempat wisata lainnya." Ujar Ara.

"Jangan bahas nikah dulu, jeng. Mereka baru saja lulus sekolah, biarkan mereka mengejar cita-cita mereka terlebih dulu," jawab Hana.

"Gak ada salahnya kan jeng? Kalau mereka punya rencana dulu sebelum menikah,"

"Iya, sih! Cuma ya jangan begitu juga, pamali. Hehe," kata Hana dengan tersenyum.

Keluarga Hayati dan Akbar menikmati perjalanan itu, namun tidak bagi mereka. Mereka masih memikirkan rencana yang telah mereka sepakati. Hayati tidak mampu melaksanakan rencana itu, namun Akbar tetap memaksanya. Akbar duduk di kursi belakang bersama Hayati, sedangkan kedua orang tua mereka berada duduk di kursi bagian depan. Hayati dan Akbar tampak canggung, mereka tidak tahu untuk bicara apa. Perjalanan kali ini jauh dan melelahkan, Hayati yang sedari tadi menahan kantuk, akhirnya tertidur juga di sandaran Akbar. Akbar hanya bisa membiarkan, sehingga mereka berdua sama-sama tertidur pulas.

"Lihat mereka! Serasi ya, Jeng." kata Hana.

"Iya, semoga mereka akhirnya menerima perjodohan dari kita," ujar Ara. Tampak terlihat jelas dari sorot ke-2 mata Ara dan Hana, sebuah kebahagiaan yang tidak terduga.

"Masih lama, Pa?" tanya Ara pada Iyan. Sebab Iyan yang menyetir.

"Masih, Ma." jawab Iyan.

"Kalau begitu, kita tidur juga yuk jeng," kata Hana.

"Ayo, jeng."

Para ibu pun ikut memejamkan mata mereka, sedangkan para bapak masih asik mengobrol. Berbicara tentang bisnis dan lain sebagainya.

"Ciiittt..." Suara rem mendadak.

Seketika itu Akbar dan Hayati terbangun, kepala mereka bertabrakan.

"Ada apa?" tanya Akbar.

"Gapapa, tadi ada kucing lewat," jawab Sandi.

"Syukurlah, kalau tidak apa-apa." kata Hayati.

Mobil melaju kembali, kali ini Akbar dan Hayati tidak tidur.

"Kamu sudah siap?" tanya Akbar.

"Kok aku? Harusnya kamu saja," kata Hayati.

"Kalau aku tidak bisa,"

"Lah enak di kamu dong! Aku yang malu nanti," ucap Hayati.

"Tidak apalah, ini kan demi kebaikan kita berdua. Tidak ada cara lain, untuk membatalkan perjodohan ini." ujar Akbar.

"Mungkin nanti, kalau sudah sampai di lokasi. Tapi aku tidak janji." kata Hayati.

"Oke sip." kata Akbar.

Hana dan Ara terlihat tidur pulas meskipun tadi sempat ngerem mendadak, sedangkan Hayati dan Akbar tidak bisa memejamkan mata kembali. Mereka diam seribu bahasa tanpa sepatah kata apapun, Akbar yang sibuk dengan game onlinenya dan Hayati sibuk dengan dunia mayanya.

Sepanjang perjalanan, Hayati gelisah. Dia memikirkan cara agar rencananya tidak terlaksana. Hayati masih ingat dengan perkataan orang tuanya tadi sebelum berangkat, dia tidak ingin mempermalukan mereka. Akbar yang sedari tadi di samping Hayati, mulai usil. Dia mengganggu Hayati yang lagi asik memainkan handphonenya.

"Akbar!" Seru Hayati.

"Iya, hee.." Akbar tersenyum seolah-olah tidak peduli.

"Kamu jangan usil!" kata Hayati.

Akbar justru semakin usil dan dia merampas handphone Hayati, pesan demi pesan whatsapp dibaca oleh Akbar.

"Kasihan kamu, temanmu hanya itu-itu saja. Chatingan saja gak ada nomor cowoknya," ejek Akbar.

"Daripada kamu, sukanya sama Reva. Paling cuma Reva saja dikontakmu," Hayati membalas ejekan Akbar.

"Mending aku, aku punya pujaan hati. Lah kamu! Haha..."

Ditengah pertengkaran mereka, tiba-tiba handphone Hayati berdering. Terlihat vidio call dari sahabat-sahabatnya, Akbar yang melihat akan hal itu berkata, "Sudah gak usah diangkat! Nanti kita ketahuan." Akbar menyembunyikan handphone Hayati.

"Kamu punya hak apa!? Hingga kamu menyembunyikan handphone ku seperti itu!" ucap Hayati.

"Kamu mau teman-temanmu tahu tentang kita?" tanya Akbar.

"Tidak sih! Setidaknya aku kasih kabar kepada mereka tentang keberadaanku. Takutnya mereka ingin ajak aku keluar," ucap Hayati sembari merebut handphonenya.

"Terserah saja! Aku tidak mau tanggung jawab kalau semisal mereka tahu tentang kita," kata Akbar dan memberikan handphone Hayati.

Setelah handphone berhasil digenggaman Hayati, dia buru-buru membuka whatsapp. Namun ternyata, panggilan vidio call itu sudah mati. Hayati kemudian memberikan pesan singkat kepada teman-temannya, dan teman-temannya kembali menelepon Hayati tanpa vidio call.

"Halo! Hayati, kita jalan yuk!"

Terdengar suara Sofia dari panggilan telepon.

"Maaf, Sofia. Aku tidak bisa, soalnya aku dan keluargaku lagi liburan ke luar kota," jawab Hayati.

"Wah, seru tuh! Ya sudah kalau begitu, selamat bersenang-senang. Nanti jangan lupa oleh-oleh nya ya!" ucap Sofia penuh harap.

"Kamu mau oleh-oleh apa?"

"Kamu liburan kemana?" tanya Sofia.

"Ke Jogja," jawab Hayati.

"Oleh-oleh miniatur candi, buat kenang-kenangan. Meski aku sendiri belum pernah sampai ke sana,"

"Oke deh!"

Hayati kemudian menutup teleponnya, Hayati kembali bermain sosial medianya. Sedangkan Akbar senyum-senyum melihat layar handphonenya. Hayati penasaran, dia pun melirik ke arah handphone Akbar.

"Kamu kepo ya!?" ucap Akbar saat Hayati kepergok melirik handphone Akbar.

"Idih! Siapa yang kepo? Paling ya Reva, siapa lagi?" ucap Hayati.

"Kamu kira aku tidak punya teman lain selain Reva?" tanya Akbar.

"Mana aku tahu," jawab Hayati.

Merekapun kembali beradu argumen, sehingga Ara dan Hana terbangun dari tidurnya.

"Ada apa ini? Kenapa kalian berisik sekali?" tanya Hana.

"Ini, Ma. Akbar yang mulai duluan," jawab Hayati.

"Bukan aku, Tante. Tapi Hayati dulu yang nyari gara-gara." kata Akbar membela diri.

"Sudah-sudah, kalian berdua ini sama saja. Coba jangan bertengkar, kalian itu harus belajar untuk saling memahami satu sama lainnya, iya kan, Jeng?" tanya Ara.

"Iya, kalian harus bisa romantis. Liburan ini kan memang tujuannya agar kalian bisa lebih dekat dan romantis seperti Papa dan Mama, Om Iyan dan Tante Ara." jawab Hana.

"Biarlah, Ma. Namanya juga anak-anak, maklum mereka mungkin masih gengsi. Seperti kita dulu, nanti juga endingnya pasti mereka bisa melengkapi satu sama lainnya." kata Sandi mengimbuhi.

"Tapi tetap saja, Pa. Mereka harus tetap belajar agar mereka terbiasa," ucap Hana.

"Benar tuh jeng! Biar terbiasa," imbuh Ara.

Sedangkan Hayati dan Akbar tidak menjawab mereka, mereka berdua kembali diam. Mereka sudah paham. Bahwa sulit untuk membuat ayah dan mama mereka untuk membatalkan perjodohan itu, mengingat semua sudah mereka rencanakan sebelumnya. Hayati dan Akbar saling pandang, Akbar memberikan kode agar Hayati mau melanjutkan rencana mereka berdua tadi malam. Namun, Hayati tidak mau melakukannya. Dia berkata pada Akbar, bahwa dirinya tidak ingin mempermalukan ke-2 orang tuanya. Akbar juga tidak bisa berbuat apa-apa, hanya rencana itu ide Akbar. Sedangkan untuk menjalankan rencana itu sendiri, Akbar tidak mampu. Dan dia juga tidak ingin ke dua orang tuanya malu. Akhirnya mereka terdiam dan tidak melanjutkan pembicaraan mereka kembali, ditemani camilan. Akbar dan Hayati menikmati perjalanan yang indah itu, sedangkan mama mereka melanjutkan mimpi indahnya. Papa mereka tetap fokus untuk sampai pada tujuan dengan selamat dan tanpa rintangan apapun.

***

Penasaran dengan rencana mereka berdua? Yuk simak bab selanjutnya!