webnovel

Kepergok

Suasana dalam mobil begitu hening, tidak ada yang mereka bicarakan kembali. Hayati juga tidak tahu harus memulai pembicaraan darimana, Hayati mencari ide untuk mencairkan suasana kembali. Beberapa menit Hayati belum juga mendapat pembahasan yang tepat, lalu Hayati kembali menggeser-geser handphonenya. Dia teringat akan sesuatu dan dia berusaha untuk menjadikan hal itu topik pembicaraan.

"Akbar, aku lupa gak bawa albumnya," kata Hayati dengan sedikit ragu.

"Album apa?"

"Album foto masa kecil kita!" jawab Hayati.

"Album itu! Gapapa deh, ini sudah hampir sampai di restoran. Gak mungkin kita balik lagi ke rumah, nanti saja pulangnya. Biar aku melihatnya nanti di rumah," ujar Akbar.

Hayati melihat wajah Akbar sudah tak lagi kesal, dia memberanikan diri meminta maaf padanya.

"Maaf ya! Kalau tadi ada salah kata,"

"Gak ada yang salah, kok. Mungkin benar menurut mu, kalau aku terlalu memberi perhatian sama Reva, hingga dirinya terbawa suasana. Sudah, tidak usah bahas dia lagi. Kita makan malam saja dengan nikmat!" ucap Akbar.

Hayati akhirnya bisa bernafas lega, karena dia sudah meminta maaf pada Akbar. Setidaknya dia juga bisa makan dengan tenang nantinya.

"Akhirnya kita sampai," kata Akbar sembari memarkirkan mobilnya.

Akbar langsung membukakan pintu untuk Hayati, Hayati berjalan beriringan dengan Akbar ke dalam restoran yang megah itu. Restoran yang berada di sudut kota malang, pemandangannya indah. Tempat yang asik untuk bersantai, pengunjungnya juga ramai.

"Kamu mau pesan apa?" tanya Akbar saat mereka sudah duduk di tempat meja makan.

"Samakan aja dengan pesananmu," jawab Hayati.

Akhirnya Akbar memesankan jus avocado dan ramyeon, dua porsi untuk mereka berdua.

"Tadi sore bagaimana? Sofia dan Marwah tidak mengenaliku?" tanya Akbar.

"Gak, mereka hanya melihat punggung mu dan aku bilang ke mereka bahwa kamu anaknya tetangga sebelah," jawab Hayati.

"Haha.. Kamu ini ada-ada saja! Untung mereka percaya, tapi seru juga ya kalau ingat tadi sore. Berasa main petak umpet."

"Apanya yang seru! Jantungan iya, aku sudah berpikir macam-macam. Untung saja bisa lolos, dan tidak ketahuan," ucap Hayati.

"Iya juga sih! Terus sampai kapan kita seperti ini!?" tanya Akbar.

"Maksudnya!?" tanya Hayati.

"Iya maksudku, sampai kapan perjodohan ini? Dan kapan kita bisa bebas, serta bersikap seperti teman biasa pada umumnya," ujar Akbar.

'Hem.. Aku kira mau menyetujui perjodohan dan menjalani bersama,' gumam Hayati.

"Apa kamu sudah mempunyai ide?" tanya Akbar.

"Aku gak ada ide, biasanya kamu yang punya ide-ide cemerlang dan gokil," ujar Hayati.

"Aku lagi buntu, mana perut bunyi dari tadi,"

Pembicaraan mereka semakin melantur saja, Akbar yang lapar sudah tidak bisa berkonsentrasi. Begitu juga Hayati yang kelaparan.

"Masih lama ya! Pesanannya," ujar Akbar tidak sabar.

"Yang sabar, mungkin sebentar lagi akan datang," kata Hayati.

Mereka menunggu pesanan mereka, pembicaraan terpaksa tidak dilanjutkan. Sebab mereka sudah sama-sama lapar. Dua puluh menit berlalu, akhirnya pesanan mereka tiba juga.

"Maaf ya, pesanan agak lama. Sebab restoran kita lagi banyak pelanggannya," kata pelayan restoran yang tidak diketahui namanya.

"Iya, tidak apa-apa." jawab Hayati dan Akbar bersamaan.

Mereka perlahan memakan pesanan mereka, meski mereka tengah kelaparan. Namun, mereka masih menjaga image mereka masing-masing.

"Kamu pintar memilih restoran," kata Hayati.

"Pintar? Kok bisa?"

"Iya, makanannya bisa pas gitu rasanya!" ujar Hayati.

"Iya, aku kalau lagi lapar memang sering ke sini. Kalau sudah bosan dengan masakan rumah,"

"Oh! Pantes!" kata Hayati.

Saat mereka sedang asik mengunyah ramyeon mereka, Hayati dikagetkan oleh Sofia dan Marwah sedang berada di sana. Awalnya Hayati tidak tahu, setelah dia menoleh ke samping kiri, mereka berdua sedang asik makan ramyeon juga.

"Duh! Gawat lagi nih!?" kata Hayati.

"Gawat kenapa?"

"Coba lihat ke samping kanan mu, ada Sofia dan Marwah makan di sini juga. Semoga mereka tidak melihat kita," ujar Hayati penuh harap.

"Teman-teman mu ajaib ya! Baru di omongin sudah nongol saja. Sepertinya kamu dan mereka tidak bisa dipisahkan ya!" ujar Akbar.

Akbar pun menutup wajahnya dengan buku menu restoran, sedangkan Hayati menutupi wajahnya dengan kain lap yang ada di atas meja. Namun siapa sangka, bahwa teman-temannya itu masih bisa mengenali Hayati dan memanggilnya.

"Hayati!?" Panggil Sofia dan Marwah.

Hayati pura-pura tidak dengar, namun ke dua sahabatnya menghampiri mereka berdua dan menyapa.

"Kamu di sini juga, Hayati!?" kata Sofia dan mengambil alih kursi yang ada di sampingnya lalu duduk di dekat Hayati.

"Hehe.. Iya." jawab Hayati.

Akbar masih menutup wajahnya, dia tidak melanjutkan makan ramyeon yang hanya tinggal beberapa suap saja. Untuk beranjak pergi, waktunya sudah benar-benar tidak bisa dikondisikan. Jadi terpaksa dia harus duduk terpaku di sana.

"Kamu sama siapa?" tanya Marwah yang juga mengambil alih kursi dan duduk di samping Sofia.

Hayati tersenyum tanpa menjawab, dia bahkan bingung mau menjawab apa. Apalagi temannya itu sudah mendahului jawabannya.

"Sama cowoknya ya? Ciye kok gak bilang-bilang sih! Kalau sudah punya cowok?" kata Sofia.

"Boleh kenalan gak? Kita sahabatnya Hayati, lo!" imbuh Marwah.

"Kalian kok diam saja! Kenapa gak ada yang menjawab," ujar Sofia.

Karena rasa penasaran, mereka akhirnya menarik menu makanan yang sedari tadi menjadi tutup wajah Akbar.

"Hah!? Akbar? Kok bisa?"

Mereka berdua kaget. "Cerita! Ini kenapa bisa terjadi!?"

Hayati tidak punya alasan selain alasan kebetulan, yang jelas Hayati sudah kepergok. Tapi dia tidak akan membocorkan sesuatu yang sebenarnya terjadi. Hayati juga menjelaskan, bahwa dia dan Akbar bisa makan bersama karena sebagai permintaan maaf kepada Hayati atas kelakuannya selama ini. Sofia dan Marwah juga memaklumi, jadi Sofia dan Marwah setuju kalau mereka akhirnya bersama dengan meja makan yang sama.

"Kamu kesambet apaan? Kok bisa berubah jadi baik, Akbar?" tanya Sofia.

"Aku memang baik, kamu saja gak sadar!" jawab Akbar.

"Reva kemana? Kenapa gak diajak juga?" tanya Marwah.

"Apa hubungannya aku dengan Reva?"

Pertanyaan terakhir dari Akbar membuat Marwah tidak melanjutkan pembicaraannya, sebab Marwah juga tidak ingin kalau dirinya dianggap sebagai cewek kepo yang suka ngurus kehidupan orang. Mereka pun berbincang-bincang bersama, tanpa mengungkit tentang Reva.

"Kamu ke sini naik apa, Hayati?" tanya Marwah.

Hayati kebingungan dengan pertanyaan Marwah, akhirnya Hayati berbohong lagi. Dia mengatakan bahwa dirinya bersama dengan ayahnya, hanya untuk menutupi semuanya, Hayati sudah beberapa kali berbohong.

"Kalau gitu, nanti pulangnya sama kita saja, ya!" ajak Sofia. Karena Hayati tidak enak hati kepada kedua sahabatnya, akhirnya Hayati menyetujui. Itupun setelah Akbar memeberikan isyarat lewat tatapan matanya, pertanda bahwa Akbar mengiyakan. Janji Hayati kini tidak bisa dia laksanakan kembali, Akbar yang ingin melihat album masa kecil mereka ternyata gagal lagi. Terlalu banyak hal yang membuat mereka harus terus waspada agar cerita mereka tidak diketahui. Bahkan oleh sahabat Hayati sendiri. Hayati yang belum siap dan memang belum ada suatu hal yang memastikan tentang perasaan mereka berdua.

Next chapter