webnovel

Part 2

05.00

Syila membuka matanya lebar terbangun dari tidurnya. Tubuhnya menegang dan pegal hampir di seluruh tubuhnya, lelah sekali. Ia melihat sekelilingnya, ruangan ini ia tau adalah kamarnya. Cahaya sedikit remang mulai memasuki ruang tidurnya, juga ada suara ayam berkokok samar-samar.

kringgg ~ kringgg~ kringgg~

ia hafal sekali ini suara alarm HPnya. Ia melihat handphone menyala diatas nakas dekat tempat tidurnya. Ia mengambil dan mematikan alarm yang berbunyi. Sudah pagi ternyata.

Lalu apa? Cerita yang sangat lama tadi apa? Selama dua menit syila termenung mencoba cepat sadar dari hal membingungkan ini. Astaga, semuanya tadi hanya mimpi? Laki-laki penuh luka dan gerombolan bajingan yang memukuli mereka berdua tadi tidak nyata? Rasa frustasi, takut dan sakit tadi hanya mimpi? Kenapa juga ia harus memimpikan hal seperti itu, mimpi yang rasa takutnya masih sedikit terbawa saat dia sudah terbangun. Sudahlah, bagaimanapun ia merasa sangat lega dan bersyukur. Syila terus mencoba menenangkan perasaannya. Berbicara kepada dirinya sendiri untuk melupakan itu semua. Tidak apa-apa, itu semua hanya mimpi. Tidak berarti apa-apa dan semuanya baik-baik saja.

Hari ini berjalan seperti biasanya. Syila menjalani aktifitas yang sama seperti hari-hari sebelumnya. Bersekolah dari pagi hingga menjelang sore lalu pulang ke rumah dan bersantai. Menghabiskan waktu asik dengan sosial medianya hingga menjelang malam. Jika tak malas dia akan mengurus beberapa tugas di sekolahnya sebentar. Syila memang bukan termasuk siswi yang tergolong rajin atau kutu buku yang suka sekali belajar dan fokus dengan mata pelajaran di sekolah. Syila hanya tidak terlalu suka ambis di sekolahnya, dia ingin bersantai saja. Lalu dia akan bertegur sapa dengan Ayahnya yang pulang dari kerja dan mengobrol hal-hal random sambil menyantap makan malam, bahkan ia sudah melupakan mimpinya tadi malam yang sempat membuatnya syok ketika bangun tidur. terkadang mereka saling mengingat memori tentang sosok cantik lain di keluarga ini yang sudah lama tidak hadir di tengah-tengah mereka. Ah, di rumah ini hanya ada mereka berdua, Ibu syila sudah meninggal beberapa tahun yang lalu karena kecelakaan mobil saat Ibunya dalam perjalanan pulang setelah menghadiri acara reuni sekolahnya. Saat itu belum terlalu larut malam, Ibunya mengendarai mobil seorang diri. Ibu syila menjadi korban tabrakan sebuah truk yang diketahui sopir truk tersebut berkendara dalam keadaan mabuk. Tidak ada yang meninggal ketika peristiwa itu terjadi. Baiknya Ibu syila dan supir truk berhasil diselamatkan dan dibawa ke Rumah Sakit. Ah, tidak baik. Tidak dengan keadaan mereka. Terlebih Ibu yang sudah kehilangan kesadaranya dan banyak serpihan kaca yang tertancap di badannya ketika dibawa ke Rumah Sakit. Syila dan Ayahnya benar-benar runtuh lemas ketika mendapati kabar sang Ibu. Bahkan satu minggu Ibu tetap tak sadarkan diripun kondisi ayah ikut drop tidak sanggup melihat keadaan Ibu sangat lemah. Syila pun selalu menangis tiap kali melihat Ibunya berbaring di atas kasur Rumah Sakit dengan gips yang terpasang hampir di seluruh badanya. Syila dan Ayahnya sangat sangat menyayanginya dan sangat takut sekali kehilangan sosok wanita yang mereka sayangi itu.

Setelah satu minggu pun sang Ibu membuka matanya, ada kelegaan dari Syila dan Ayah. Kondisi sang Ayah pun ikut membaik. Tapi tidak dengan sang Ibu, setelah siuman pun ia sering merintih kesakitan dan untuk sekedar berbicara saja sangat sulit. Ada beberapa kalipun keadaan Ibu memburuk hingga kritis. Syila lebih tidak sanggup melihat keadaan Ibunya yang seperti ini. Lebih sakit. Lebih tidak tega. Ingin sekali rasanya menggantikannya di atas kasur itu, mengambil alih semua rasa sakit yang dirasakannya, tapi tetap saja tidak yang bisa ia lakukan kecuali hanya menangis dan berdoa agar Ibunya bisa kembali seperti dulu, bisa bersama keluarga mereka menjalani hidup dengan hangat dan bahagia.

Tapi Tuhan berkehendak lain, sebulan setelan Ibu siuman kondisinya semakin memburuk dan akhirnya Ibu meninggalkan semuanya, meninggalkan sang Ayang yang mencintainya, meninggalkan Syila yang sangat menyayanginya. Ibu meninggalkan mereka yang masih membutuhkannya.

Sedih. Semuanya terpuruk. Kelam. Dalam waktu kurang dari 2 bulan semuanya berubah. Semua terlalu tiba-tiba untuk kehilangan sosok cantik mereka untuk selama-lamanya. Sangat sulit untuk kembali baik-baik saja dalam waktu dekat. Sangat sulit untuk benar-benar tegar mengikhlaskan seseorang yang mereka kasihi, walaupun sebenarnya mereka menyadari bahwa ini lebih baik daripada terus menerus melihat sang Ibu menderita menahan sakit seperti dalam ingatan mereka di Rumah Sakit lalu. Terlalu pilu.

saat itu Syila masih duduk di bangku SMP kelas 2. Belum cukup dewasa untuk siap kehilangan Ibunya.

Ah ralat, tidak ada yang siap untuk kehilangan orang yang kita sayangi. Kapanpun dan sedewasa apapun kita.

Setelah beberapa waktu, Syila dan Ayahnya bisa menerima keadaan dan memulai hidup mereka dengan berusaha tegar dan baik-baik saja.

Cukup untuk bernostalgia kepedihan.

Kembali pada makan malam mereka tadi, Ayah Syila memberi tahu Syila bahwa dalam waktu dekat ini mereka tidak lagi tinggal di rumah mereka ini, Ayahnya akan berpindah ke sebuah kota di Jawa Timur karena urusan pekerjaannya dan Ayahnya ingin Syila ikut dengannya. Mereka akan mulai pindah ketika selesai mengurusi surat perpindahan sekolah Syila. Tanpa banyak bertanya Syila menyetujui perkataan Ayahnya. Pikirnya, dia tidak masalah harus ikut pindah dengan Ayahnya. Tidak ada alasan untuk dirinya menolak ikut dengan Ayahnya. Yah, walaupun pasti sangat merepotkan harus berpindah tempat tinggal dan mulai membaur di lingkungan yang baru, dengan orang-orang baru tentunya.