Lenna baru saja selesai mengantarkan tugas mata kuliah sahabatnya, ia berjalan seorang diri untuk mendekati mobilnya yang terparkir rapi di depan sana membuat dirinya harus melangkahkan kakinya cukup jauh.
Ketika hendak membuka pintu mobilnya, tiba-tiba terdengar sebuah suara yang berada dari ponselnya membuat gadis itu mau tidak mau mengurungkan niatnya terlebih dahulu.
"Ck, siapa lagi sih?" gumamnya sembari mengambil ponselnya dari saku. Keningnya langsung berkerut kala sahabatnya itu baru saja menghubunginya, ia berkata, "Shil, ngapain dia nelepon?"
Setelah itu tanpa pikir panjang gadis tersebut langsung menerima panggilan dari sahabatnya itu yang saat ini sedang terlihat begitu gelisah.
"Lele, cepetan pulang, aku takut."
"Eh, lo kenapa?" tanya Lenna dengan kening yang berkerut. "Lo tenang dulu, dengerin gue dulu, apa yang bikin lo kaya gini, hm?"
Sahabatnya itu baru saja menghubunginya dengan suara yang sungguh membuatnya tidak mengerti dengan yang sedang terjadi kepada gadis di sana.
"Lele, pokoknya cepetan pulangggg~!!!"
Mendengar itu Lenna pun langsung berdecak, kemudian ia langsung memasuki mobilnya dengan perasan khawatir dirinya terhadap gadis itu.
"Iya-iya, ya udah tunggu, gue berangkat sekarang."
Panggilan pun langsung terputus dengan Lenna yang dipenuhi tanda tanya akan apa yang sebenarnya Shil inginkan saat ini.
Tetapi jika di dengar dari cara bicaranya, sepertinya telah terjadi sesuatu sehingga membuat gadis itu panik atau khawatir dan semacamnya, entahlah Lenna pun tidak mengerti.
Sekali lagi Lenna menghembuskan nafas leganya itu sebelum akhirnya ia menyalakan mesin mobil dan berlalu pergi menjauhi area universitas Alberta.
"Lo kenapa lagi sih, Shil?" gumamnya sembari menatap jalanan raya yang begitu padat merayap.
Selama diperjalanan pun gadis itu tidak ada henti-hentinya mencemaskan sahabatnya tersebut yang kelewat polos itu sehingga ia tak bisa membiarkan Shil berlama-lama seorang diri, meskipun dirinya berada di Rumah sekalipun.
Di sisi lain kini seorang gadis masih menatap layar ponselnya yang menyala dimana memperlihatkan sebuah pesan singkat dari nomor yang tidak dikenalinya itu.
Belum lagi ada sesuatu yang menarik perhatiannya itu saat ini, yaitu seseorang tersebut mengiriminya sebuah foto dimana ia sedang sedang tertidur dengan pulas di kamarnya sendiri membuat dirinya benar-benar ketakutan saat ini.
"Leleeee, cepetan pulang, hiks!"
Setelah itu Shil langsung berjalan menuruni tempat tidur dan mengenakan sandal bulu yang berbentuk kelinci tersebut untuk berjalan pergi keluar kamarnya dengan harapan menunggu sahabatnya yang sedang dalam perjalanan menuju ke sini.
Gadis itu benar-benar tidak bisa tenang sehingga membuat seorang satpam yang sedang berjaga di pos kecil dekat gerbang Rumahnya pun langsung berjalan keluar menghampirinya.
"Lho, Non ngapain di sini?" tanya pak satpam. "Diluar panas, Non. Mending Non masuk aja, ya?"
Pria itu berusaha membujuk Shil agar kembali masuk ke dalam Rumahnya karena sesuai perintah dari Nyonya, yaitu mama dari gadis yang ada dihadapannya ini untuk tidak membiarkan anak perempuannya keluar atau bahkan pergi seorang diri jika tak bersama dengan sahabatnya.
Semua orang termasuk pekerja yang ada di Rumah ini pun tahu jika Lenna adalah sahabatnya. Gadis itu satu-satunya teman dekat yang dimiliki oleh anak majikannya itu.
"Enggak mau, Pak. Shil mau nunggu Lele aja di sini," ujarnya kepada seorang satpam tersebut.
"Oh, non Lenna lagi pergi dulu ya tadi?" tanya pak satpam yang langsung diangguki oleh gadis itu. "Ya sudah, kalau gitu Non nunggunya di pos aja yu, di sini nanti Non kepanasan."
Pada akhirnya Shil pun menuruti pak satpam dan berjalan mengikuti pria itu untuk menunggu di pos cukup lama hingga di mana sebuah klakso mobil pun terdengar.
Saat mendengar suara klakson mobilnya itu pun Shil yang sedari tadi sedang menunggu langsung berdiri dan berjalan melambaikan satu tangannya kearah mobil tersebut di mana ternyata itu adalah Lenna.
"Leleeee!!!" teriaknya kepada seorang gadis yang berada di dalam mobil itu.
Sementara itu di sisi lain kini Lenna sedang mengerutkan keningnya karena terheran ketika melihat sahabatnya yang ternyata berada di pos dengan pak satpam yang kini mendekat untuk membukakan gerbangnya.
Setelah terbuka Lenna pun dengan cepat memasuki pekarangan Rumah dengan pertanyaan yang sudah ia siapkan untuk gadis itu dari dirinya.
Melewati pos satpam dan berhenti tepat tidak jauh dari keberadaan gadis itu, Lenna langsung menuruni mobil dan berjalan mendekat kearah dimana sahabatnya tersebut berada.
"Lo ngapain di sini?" tanyanya dengan kening yang berkerut. "Kenapa diluar segala sih, 'kan panas Shil!"
"Aku nunggu Lele di sini," jawab gadis itu. "Ayok masuk!"
"Eh, tunggu-tunggu, lo duluan masuk aja, gue mau masukin mobilnya dulu ke gerasi."
"Ya udah, Shil tunggu di depan pintu."
Lenna yang mendengar itu langsung terperangah, sebenarnya apa yang terjadi kepada gadis itu, pikirnya.
"Tuh anak kenapa sih?" gumamnya dengan kerutan samar dikeningnya.
Dengan cepat Lenna langsung berlari masuk ke dalam mobilnya kembali untuk segera menemui sahabatnya itu yang berada di sana.
Kemudian ia cepat berlari mendekati Shil yang masih menunggunya dengan berdiam diri tepat di depan pintu utama Rumah besarnya itu.
Lenna mencoba mengatur nafasnya yang tidak teratur itu sehingga kini bisa berbicara dengan jelas kepada seorang gadis yang berada dihadapannya saat ini.
"Jadi lo itu kenapa tiba-tiba telepon gue?" tanyanya yang memulai pembicaraan. Dilihatnya gadis itu yang seperti sedang merasa khawatir sehingga membuatnya kini mulai meraba pundaknya semata agar Shil hanya menatap kepadanya saja. "Shil, lo kenapa?"
"Lele, tadi ada yang kirim pesan chat ke aku, tapi nomor baru gak tahu siapa, terus orang itu kirim foto pas aku lagi tidur di kamar, aku takut Lele."
Tentu saja mendengar hal tersebut Lenna langsung terpancing emosi, ia mengerutkan keningnya lalu berkata, "Hah?! Lo serius, Shil?" tanyanya.
Ia melihat sahabatnya itu yang menganggukkan kepala membuat dirinya yang mengetahui hal tersebut merasa tidak nyaman jika Shil mendapat sebuah ancaman seperti ini.
Benar, Shil sedang diganggu oleh seseorang yang entah siapa orangnya membuat ia merasa harus lebih waspada menjaga sahabatnya tersebut dari seseorang yang akan berniat menjahatinya.
"Mana handphone lo biar gue lihat," ujar Lenna dengan satu tangan yang sudah siap untuk menerima ponselnya itu.
"Handphone nya aku tinggal di kamar, Lele." Shil sangat bersedih sehingga gadis yang ada dihadapannya itu langsung menghela nafasnya seketika.
"Ya udah kalau gitu, ayo masuk kamar, biar gue lihat dulu tuh pesan nya. Kurang ajar banget emang tuh orang," ujar Lenna dengan emosi yang hampir membuatnya lepas kendali. "Belum tahu gue rupanya, awas aja kalau sampe ketemu siapa orangnya, tunggu tanggal mainnya aja dari gue, huh!"
Setelahi itu keduanya pun langsung memasuki Rumah besar itu dengan Shil yang diam-diam menahan senyumannya ketika melihat sahabatnya yang seperti itu. Benar-benar lucu, pikirnya.