webnovel

Chapter 35. jatuh ke lubang yang sama.

Sinar matahari mulai menembus melewati tingginya pegunungan yang ada di wilayah keraton menandakan pagi sudah tiba dan hari baru dimulai. Susan terbangun Ketika jam waker berbentuk panda yang ada di mejanya berdering dengan keras, ia lalu bangun dari tempat tidurnya dan merenggangkan tangan serta tubuhnya. Susan membuka jendela kayu dua daun yang mengarah keluar, sinar matahari langsung membanjiri kamarnya dan memberikan kehangatan pagi yang nyaman.

Susan melihat lembah hijau yang di gunakan untuk menanam padi, petani sudah mulai mengerjakan ladangnya sementara anak anak mereka bermain di rangkang yang dibangun dari bambu, suasana yang benar benar damai dan asri, pemandangan yang hampir mustahil untuk di temukan di sekolah kapal. Susan menyandarkan tubuhnya ke jendela dan merasakan angin dingin sisa semalam berhembus, ia berpikir seandainya pemandangan di sekolah kapalnya seperti ini pasti akan sangat indah dan asri.

Tiba tiba pintunya di ketuk dari luar dan terdengar suara adiknya, menanyakan apakah ia sudah bangun atau belum. Susan menjawab jika ia sudah bangun, ia kemudian bertanya mengapa adiknya mendatangi kamarnya, Susi menjelaskan jika ia ingin masuk dan melihat kamarnya, Susan mengizinkan keinginan adiknya dan Susi pun masuk setelah mendapatkan izin.

Susi yang masih mengenakan baju tidurnya masuk ke kamar Susan dan langsung melihat seluruh isi kamar kakaknya, sebenarnya tidak banyak yang bisa di lihat, Susan tidak membawa banyak barang dari rumah tinggalnya di sekolah kapal, hanya beberapa pakaian bersih dan bingkai foto yang ia bawa. Namun meski begitu, Susi memuji kamar kakaknya yang begitu bersih dan rapi, Susan tersenyum dan berterimakasih atas pujian yang di berikan adiknya. Susi lalu bergabung dengan kakaknya menatap pemandangan yang terhampar di depan mata mereka dan mengatakan jika ia merasa sangat beruntung bisa besar dan tinggal di tempat dengan pemandangan yang begitu indah. Susan mengangguk dan mengatakan jika ia memiliki pendapat yang sama.

Susi kemudian bertanya bagaimana pemandangan di sekolah kapal Nusantara, Susan menjelaskan dengan detail, Sekolah kapal Nusantara termasuk sekolah kapal yang kecil, 2/3 dari ruang hidup yang ada di dek paling atas adalah wilayah urban dengan Gedung dan rumah tinggal yang salah satunya di tempati oleh Susan dan kakaknya. Terdapat sebuah sungai besar yang membentang dari bagian depan hingga bagian belakang kapal, sungai itu mengalir dengan arus pelan mengikuti lembah dan ngarai yang berkelok kelok, beberapa saluran air dan drainase mengambil sumber air dari sungai itu. Terdapat beberapa ruang terbuka di depan kiri dan di bagian belakang, di depan kiri terdapat sebuah ruang terbuka yang di penuhi pepohonan dengan sebuah gunung kecil, di bagian belakang ada dua gunung dengan ukuran yang berbeda, Kawasan hutan jati, ladang padi dan Kawasan pertanian, Susan menjelaskan karena keterbatasan ruang, latihan yang di jalani oleh tim Senshado Nusantara tidak bisa maksimal dan cenderung monoton, rencananya Susan akan mengajukan proposal untuk melaksanakan latihan besar di daratan agar para anggota bisa mendapatkan pengalaman baru dan kemampuan untuk beradaptasi di medan yang berbeda.

Susi mendengarkan dengan sekasama, ia menerjemahkan setiap detail yang di berikan kakaknya menjadi sebuah gambaran yang terbayang di kepalanya, berkat foto foto yang ia kumpulkan dari internet, bayangannya tentang sekolah kapal yang akan di tempatinya menjadi semakin jelas dan semakin membuatnya bergairah.

Sementara itu Kartika berjalan melewati koridor dan lewat di depan kamar Susan yang tidak di tutup pintunya, ia melihat Susan sedang menjelaskan sesuatu kepada adiknya dan adiknya terlihat begitu antusias mendengarkan dan memberikan tanggapan, Kartika tersenyum melihat Susan terlihat lebih hidup, ia melihat adiknya itu sedang menjalani bagian dari kehidupan yang sebelumnya juga ia jalani, yaitu menurunkan pengetahuan kepada adiknya dan menceritakan pengalaman pengalaman yang ia alami sampai saat itu. Tidak bermaksud untuk mengganggu mereka, Kartika masuk dan menyapa kedua adiknya itu.

"oalah, jadi disini kalian berdua" ucap Kartika saat ia memasuki kamar Susan. Kedua adiknya langsung menghentikan perbincangan mereka dan menyapa kakaknya.

"pagi mbakyu, pagi kak" sapa Susi dan Susan bergantian, keduanya memiliki cara yang berbeda dalam memanggil kakak mereka.

"pagi juga, seger banget kalian berdua" ejek kartika dengan senyum lebar.

"kakak juga terlihat lebih ayu dari semalam" ucap Susan membuat plesetan dari nama belakang kakaknya.

"Aahh jangan memuji, oh iya, kalian belum sarapan kan?" tanya Kartika mengalihkan pembicaraan.

"belum lah, kita aja baru bangun" jawab Susi.

"kalau begitu kalian langsung ke ruang makan aja ya, kita makan bareng bareng sama ibu" ucap Kartika mengajak kedua adiknya itu sarapan.

"tapi kita belum mandi loh kak, ga enak nanti sama ibunda" ucap Susan merasa tidak enak jika harus langsung makan sebelum mandi.

"sudah makan dulu saja, ibunda habis ini mau ada urusan ke luar, mungkin agak lama, jadi sekarang mungkin adalah kesempatan paling besar untuk kita bisa makan Bersama dengan lengkap" ucap Kartika menjelaskan mengapa sarapan pagi itu cukup penting dan ia ingin semua adik adiknya dapat satu meja dengan ibu mereka yang sudah lama tidak melakukan kontak langsung.

"baiklah kak, kami akan segera ke ruang makan, Ayo Susi" ucap Susan memahami pentingnya momen langka itu dan langsung mengajak adiknya pergi ke ruang makan.

Di ruang makan para abdi dalem sedang menyajikan lauk pauk yang beraneka ragam, tentu makanan utama adalah nasi hangat yang di nanak dengan pas, untuk lauknya cukup simple, ayam goreng serundeng dengan tempe goreng, tidak lupa lalapan seperti timun dan kol juga ikut di sediakan. Ketika Susan tiba di ruang makan susan di sambut dengan ucapan selamat pagi dan senyuman para abdi keraton, Susan berterimakasih atas pelayanan dan kerja keras yang dilakukan para abdi keraton, semua abdi keraton di ruangan itu tersenyum mendengar apresiasi dari Susan.

Kempul atau gamelan kecil yang dapat di bawa bawa digunakan oleh abdi keraton untuk menyatakan waktu makan sudah tiba atau sudah selesai, suaranya tidak begitu keras namun dengungannya dapat terdengar ke seluruh koridor. Beberapa menit setelah di bunyikan, Kanjeng dewi muncul dari salah satu koridor dengan pakaian rapi dan riasan yang indah, semua abdi keraton yang ada di ruang makan menepi ke tembok dan menaruh tangan kanan di dada kiri mereka, Kanjeng Dewi dengan anggun melewati jejeran pelayannya yang sudah melayaninya sejak lama, beberapa ada yang sudah melayani Kanjeng dewi semenjak ia masih duduk di sekolah dasar. Dulu seorang abdi keraton bisa mengabdi untuk seumur hidup untuk melayani tuan atau nyonya nya, namun semenjak Kanjeng Dewi menjadi pimpinan keraton ia membuat dekrit bahwa abdi keraton hanya di perbolehkan mengabdi selama 10 tahun, hal ini di tunjukkan agar para abdi keraton juga memiliki keterampilan lain yang dapat ia gunakan di masyarakat, ia juga ingin para abdi keraton memiliki kehidupan yang seimbang antara tugas mengabdi dan kehidupan pribadinya.

Kartika, Susan, dan Susi berdiri di depan meja makan menunggu ibu mereka duduk, itu adalah suatu bentuk adab dimana anggota keluarga yang lebih muda diharuskan menunggu anggota keluarga yang lebih tua, jadi sebelum ibu mereka duduk mereka tidak boleh duduk. Begitu juga Ketika makan, ada adab yang harus di perhatikan oleh mereka yang lebih muda, mereka baru boleh menyantap makanan setelah selesai berdoa dan setelah anggota keluarga yang lebih tua mengizinkan mereka untuk mulai menyantap, makan harus selalu dengan tangan kanan baik Ketika menggunakan alat makan seperti sendok dan garpu maupun Ketika hanya menggunakan tangan kosong, makan dimulai dengan makanan pokok yaitu nasi, nasi adalah bagian penting dalam sebuah jamuan makan di Indonesia dan setiap butir nasi harus di hargai, menyisakan nasi di piring di anggap sebagai sesuatu yang kurang sopan dan tidak menghargai kerja keras para petani, pengolah padi, penjual beras, dan para abdi keraton yang sudah memasak nasi itu dengan sepenuh hati.

Sarapan hari itu berjalan dengan tenang dan menyenangkan, semua hidangan yang di sediakan di meja makan di santap dengan lahap oleh semua anggota keluarga Ayu, Susan beberapa kali menambah nasi dan sayur ke piringnya, Susi menambahkan lauk seperti tempe dan ayam serundeng, Kartika menyukai lalapan timun dan menggadonya dengan lauk, sementara Kanjeng Dewi adalah satu satunya yang tidak menambah porsi makannya.

Sarapan berlangsung cukup lama karena adab keraton mengharuskan mereka untuk makan dengan perlahan, merasakan setiap bagian dari makanan yang ada di mulutnya dan mengunyah dengan baik untuk membantu pencernaan mereka. Setelah sarapan selesai semua alat makan, nampan nasi, lauk pauk, dan sayur, di angukt dari meja makan untuk di bersihkan. Kempul di bunyikan Kembali menandakan waktu makan sudah selesai, dan kini waktunya untuk camilan ringan serta minuman yang merilekskan seperti biskuit atau kue lapis kecil dan teh poci atau wedang jahe, waktu santai setelah makan itu digunakan oleh anggota keluarga itu untuk saling berbincang dan bercertia.

"huaaaaghhh kenyang banget" ucap Susi merasa sangat puas dengan sarapan yang ia santap pagi itu.

"senang rasanya kita bisa makan bareng bareng kayak gini, mungkin kesempatan seperti ini bakal susah untuk terulang lagi" ucap Kartika.

"ibu juga senang, semua anak anak ibu bisa ada di meja yang sama dan menyantap makanan Bersama, melihat kalian makan dengan lahap membuat hati ibu adem sekali" ucap Kanjeng Dewi dengan senyum keibuannya.

"kalau begini rasanya, jadi ga mau pulang ke sekolah kapal lagi" ucap Kartika bergurau.

"mana boleh, kamu harus selesaikan sekolahmu dan bersiap untuk masuk universitas" ucap Kanjeng Dewi serius, ia tidak menangkap maksud anak pertamanya itu.

"aku mung guyon ibu (aku Cuma bercanda ibu)" ucap Kartika tetap dengan nada bergurau.

"oalah" ucap Kanjeng Dewi singkat.

"ngomong ngomong Susan, kamu sudah ada rencana mau lanjut ke universitas mana?" tanya Kanjeng dewi mengalihkan perhatiannya ke anak keduanya.

"ehh….durung bunda" jawab Susan pelan.

"sebentar lagi kamu kelas tiga dan ga lama setelahnya kamu akan lulus, kamu harus sudah punya pikiran soal kedepannya akan gimana" ucap ibunya memberikan nasihat dan mengingatkan Susan bahwa waktu dapat berlalu dengan cepat, dan jika ia tidak mempersiapkan segala sesuatu yang penting seperti rencana Pendidikan selanjutnya, ia bisa mendapat kesulitan nantinya.

Susan hanya diam, ia belum memikirkan sama sekali akan hal itu karena ia sendiri bingung harus di arahkan kemana masa depannya, saat ini ia fokus dengan Senshado dan merasa Senshado adalah tempat ia dapat mencurahkan segenap kemampuannya, namun apa yang ia alami di pertandingan terakhir membuka matanya dan membuatnya berpikir jika mungkin bidang itu tidak begitu sesuai dengan dirinya.

"tenang aja bu, Susan kan pintar, kalau dia mau dia pasti bisa masuk ke universitas Garuda, siapa tau dia bisa lanjutkan aktivitas Senshadonya disana" ucap Kartika memberikan dorongan kepada adiknya.

"ya itu terserah sih, yg penting itu sudah ada rencana atau belum" ucap ibunya tidak begitu senang dengan pembelaan yang di lakukan Kartika kepada Susan.

"Mbakyu masuk ke Universitas Garuda yang terkenal itu, apa Mbakyu juga akan masuk tim Senshado mereka!?" tanya Susi dengan sangat antusias setelah mendengar kakaknya akan masuk ke universitas yang begitu terkenal dan bergengsi.

"Tentu saja, itu mandat dari ibu, kakak harus masuk ke tim Senshado disana dan menunjukkan kalau aliran Senshado kita adalah yang terbaik" ucap Kartika menjelaskan visi dan misi yang di embannya.

"apa Mbakyu juga akan jadi komandan tim Senshado disana?" tanya Susi lagi.

"ehhh…..kayaknya enggak deh" jawab Kartika dengan ragu.

"eh, kenapa? Bukannya aliran Senshado kita adalah yang terbaik di Indonesia?" tanya Susi bingung.

"Universitas itu agak berbeda dengan sekolah, di sekolah hirarki kekuasaannya sederhana, di Universitas sama sekali berbeda, bahkan nama besar keluarga kita ga punya banyak pengaruh disana, iya kan bu?" ucap Kartika menjelaskan mengapa ia tidak bisa langsung menjadi komandan di tim Senshado Universitas. Kanjeng dewi mengangguk memperkuat apa yang dijelaskan Kartika, lingkungan kampus lebih keras dan lebih selektif di bandingkan lingkungan sekolah menengah, nama besar keluarga saja tidak cukup untuk menjamin keberhasilan disana.

"tapi kakak gak mau menyerah begitu saja dengan keadaan, kakak akan merangkak dari bawah kalau perlu, tingkat demi tingkat, posisi demi posisi, kakak siap melakukannya" ucap Kartika menjelaskan kesungguhan hatinya, Kartika tidak masalah jika ia harus menjadi bawahan dari para seniornya di kampus nanti jika itu berarti ia bisa mengambil kesempatan untuk naik tingkat dan mendapatkan posisi penting dan berpengaruh nantinya, politik dalam Senshado tingkat kampus menjadi semakin kuat.

"kak Kartika, hebat sekali. Sudah berpikir sampai sejauh itu" ucap Susan sambil tersenyum, namun kemudian ia menahan ekspresinya dan berpikir apakah ia dapat melakukan hal yang sama seperti kakaknya.

"itulah Senshado, banyak pelajaran yang bisa kamu terapkan di lini lain kehidupan kalau kamu jeli mempelajarinya" ucap Kartika.

"Susi jadi ga sabar ingin segera masuk Nusantara, Susi ingin juga jadi hebat seperti Mbak Kartika dan Mbak Susan yang bisa menjadi komandan tim dan mendatangkan kemenangan, ibunda, boleh kan?" ucap Susi menyatakan keinginannya di depan kedua kakaknya dan ibunya. Kartika terlihat senang mendengar adik paling kecilnya itu juga ingin mengikuti jejak kedua kakaknya di Senshado. Susan di sisi lain tidak begitu nyaman mendengar antusiasme adiknya yang terasa seperti sebuah pertanda untuknya.

Kanjeng dewi menoleh ke arah Susan dan menatap dengan tajam Susan mengkernyitkan dahi dan ekspresinya terlihat mengkhawatirkan sesuatu. Susan paham apa yang di katakan adiknya itu tidak sepenuhnya benar, alih alih mendatangkan kemenangan Susan malah mendatangkan kekalahan yang sulit untuk di terima, Susan menyadari adiknya jatuh ke jalur yang sama seperti yang ia lalui dulu. Susan mengidolakan kakaknya yang sukses di Senshado, berkat kesuksesan itu kakaknya mendapatkan banyak perhatian dari media, teman-temannya, gurunya, dan yang paling penting dari ibunya, ibunya sering terlihat membicarakan Kartika dengan penuh rasa bangga, membuat Susan berpikir jika ibunya itu akan memberikan hal yang sama kepadanya jika ia dapat mencapai level yang sama dengan kakaknya.

"tentu saja Susi, jalanilah Senshado seperti yang kamu mau, tapi ingat, dari sebuah pilihan akan datang tanggung jawab, kamu harus siap mempertanggung jawabkan pilihanmu itu" Jawab Kanjeng Dewi dengan suara lembut namun terasa tegas. Susan merasa jika pesan itu secara tidak langsung diarahkan kepadanya.

"baik ibunda, Susi akan melakukan yang terbaik" jawab Susi dengan polosnya. Susi tidak memiliki kekhawatiran apapun mengenai tanggung jawab yang akan di embannya, seandainya ia mengetahui apa yang sudah di lalui kakaknya mungkin ia akan memberi sikap yang berbeda.

"baiklah, bunda mau pergi dengan kak Kartika untuk beberapa hari, Susan tolong jaga rumah ya" ucap Kanjeng Dewi sambil berdiri dari kursi dan bersiap meninggalkan meja makan.

"baik bunda" jawab Susan yang juga ikut berdiri mengikuti ibunya.

"Ibu mau kemana?" tanya Susi penasaran.

"ibu mau ke pusat federasi Senshado di Tokyo, ada urusan penting" jawab Kanjeng dewi datar.

"hati hati ya, kalau sempat jangan lupa oleh olehnya" ucap Susi dengan ceria mengiringi ibunya.

"aih, belum juga berangkat sudah di tagih oleh oleh" ucap Kartika dengan heran.

"memang kamu mau di belikan apa?" tanya Kanjeng dewi tersenyum.

"kalau bisa, Susi ingin ini" ucap Susi yang kemudian menunjukkan sebuah produk di aplikasi online di ponselnya.

"Susi tadinya mau beli online, tapi ongkos kirimnya mahal banget" ucap Susi menjelaskan barang yang ingin dibelinya, barang itu adalah boneka peluk berbentuk Komodo berwarna coklat oranye berukuran besar, Susi sangat senang mengumpulkan boneka binatang di kamarnya untuk menemaninya tidur, meski sudah memiliki banyak boneka ia tidak pernah bisa menahan keinginannya untuk membeli lagi jika ada kesempatan.

"waahh lucu juga, tapi itu keliatannya malah kayak cicek daripada Komodo" ucap Kartika mengejek boneka yang ingin di beli adik terkecilnya itu.

Susi cemberut mendengar ejekan kakaknya itu namun ekspresinya itu malah terlihat lucu dengan pipi yang menggembul.

"Susan juga mau di belikan apa?" tanya Kanjeng dewi.

"Ehhhh...umm" Susan terhenti sebentar, memikirkan barang yang di inginkannya yang mungkin dapat di belikan ibunya. "Susan mau di belikan kain putih polos saja, kalau bisa yang bahannya Katun atau Sutra kasar" Susan menjelaskan barang yang di inginkannya.

"kain polos, buat apa?" tanya ibunya penasaran.

"Susan rencananya mau buat kain baik Ketika Kembali ke kapal sekolah nanti, itung itung untuk isi waktu" Susan menjelaskan sambil tersenyum.

"baiklah, nanti ibu belikan" jawab Kanjeng dewi dengan senyum.

Kartika dan ibunya meninggalkan urusan keraton pada Susan dan adiknya untuk beberapa hari kedepan. Dengan di bantu oleh para abdi dalem, Susan dan adiknya akan menjalankan tugas tugas dasar dari seorang pemangku kekuasaan di keraton, tugas seperti menjamu tamu penting yang berkunjung dari daerah lain, menemani turis manca negara yang mungkin ingin mempelajari mengenai budaya keraton, menerima kunjungan dari sekolah dan institusi Pendidikan, dan masih banyak lagi. Susan meskipun tidak sering ada di keraton karena ia terus bersekolah di sekolah asrama, ia telah mendapatkan pengetahuan dasar seputar tugas tugas sebelumnya dari kakaknya, sehingga sedikit banyak ia sudah siap untuk menghadapi beberapa situasi tersebut.