Maya baru berani keluar dari kamar, setelah Abim pergi cukup lama, itu juga ketika kamarnya di ketuk halus oleh mbak Wanti.
"Makan dulu May," ujar mbak Wanti dari balik pintu, dan ketika Maya muncul dari dalam kamar, mengangguk sambil membuang muka, seperti tak ingin wajah sembabnya terlihat oleh mbak Wanti, mbak Wanti pun dibuat khawatir.
"Lah ngopo koe nangis May?" (kenapa kamu menangis May?) Tanya mbak Wanti yang masih bisa melihat sisa – sisa tangisan di wajah Maya, sambil mengelus rambut Maya dari belakang dengan lembut.
Mereka berjalan beriringan menuju ruang makan yang juga satu ruangan dengan dapur, Maya hanya menggeleng, entah kenapa juga dia merasa sedih, padahal beberapa menit yang lalu dia merasa sangat kesal, marah, karena cowok yang seharusnya paham, bahwa dari awal mereka berkomunikasi lewat telepon, Maya sudah menolaknya, tapi masih saja ngeyel datang .
Support your favorite authors and translators in webnovel.com