20 Persahabatan Unik

Mobil toyota Rush melaju meninggalkan kota yang konon berasal dari kata teranging galih. Sebutan yang diberikan oleh Ki Ageng Sinawang, dan memiliki arti terangnya hatimu, berasal dari legenda Mbok Rondo yang memelihara gajah putih.

Mobil tersebut menuju kota sebelah, kota Tulungagung, kota yang tak berbeda jauh dengan kota trenggalek hanya saja kota tersebut terlihat lebih ramai.

Rio turun di tepi jalan tepat di depan terminal. dia melambaikan tangan kepada teman-temannya sebelum roda mobil merayap meninggalkannya. tak sesuai rencana awal, di mana ia berniat meninggalkan botol air mineral jumbo pemberian lek Manto. Pemuda yang memiliki hobi fotografi ini memeluk botol tersebut, mendekapnya hangat, mengingat wajah pria kesepian di rumah limasnya yang super besar tapi kosong itu.

Kini Mobil martin hanya menyisakan tiga orang saja. Dia yang sejak tadi tampak tak banyak bicara tiba-tiba meminta Martin turun dari kursi pengemudi.

Leandra mengambil tempat tersebut, dan Martin menyambutnya dengan bahagia sebelum mereka memasuki jalan panjang, tol jombang - surabaya.

Sayang seribu sayang, harapan Martin untuk beristirahat sembari menikmati jalanan yang lenggang dan tenang, luntur sudah.

Leandra menunjukkan watak aslinya, dalam hal berkendara. Pemuda tersebut memacu Toyota Rush dengan kecepatan tinggi melebihi batas toleransi Martin.

Martin mengomeli Leandra tiada henti sepanjang jalan, akan tetapi Leandra tidak bergeming. Jadi Nana memegangi calon dokter yang wajahnya merah akibat kemarahan, memintanya mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskannya pelan pelan, berusaha menenangkannya, daripada mereka bertiga berakhir di rumah sakit.

"Tutup matamu, ayolah tenang..., tenang..., mari kita tidur saja," ini rayuan nana kepada Martin.

"Yang benar saja! Kamu ingin kita semua...," Kalimat Martin terputus, sebab ia tidak ingin mengatakan hal yang tidak-tidak.

"Lalu harus bagaimana?" Kini nana lah yang muntab.

"Hentikan Leandra! minta dia berhenti sekarang!"

"mustahil! kamu tahu dia," mata nana menatap pria yang berkonsentrasi tinggi pada jalanan di depan mereka, pada kecepatan dan pada arah gerak.

"Dia, dalam mode keras kepala, kita tahu anak itu tak akan mendengar ocehan kita detik ini mau kamu berteriak sampai gendang telingaku pecah!" dua anak manusia di kursi penumpang bagian belakang ini saling menatap. Mereka meneguhkan persepsi masing-masing.

Sesuatu ketegangan akibat kecepatan tinggi yang mendorong adrenalin mereka naik menuju permukaan dan menguap, menjadi rasa resah, campur aduk.

Sedangkan pelakunya, Leandra tak memperdulikan apa pun kecuali kegilaannya. Pemuda ini masuki alam pikirnya sendiri. Dia butuh bergerak cepat, menuju sesuatu yang tak terkejar dan menjauh, sejauh-jauhnya dari sesuatu yang tidak di ketahui Nana maupun Martin.

Mata yang bersembunyi di balik bulu lentik itu, sesekali menyelinap menatap mengintip kaca spion di sisi kanannya.

Mengintip apakah mereka yang berada di belakang, yang tengah mengejarnya benar-benar telah tertinggal. tertinggal jauh sehingga dia bisa terbebas untuk kesekian kali dari orang-orang suruhan si Hipokrit, yang biasa di panggil bos Baz oleh orang-orang di sekitarnya.

"Martin! martin," nana menepuk pemuda yang memejamkan mata, berusaha tenang walaupun sebenarnya kakinya duduk tegang dan tangan kanannya mencengkeram kursi mobil kuat-kuat.

"tengok kebelakang!" nana yang terkesan lebih santai itu menoleh beberapa kali, memberi tahu si tegang Martin untuk memutar wajahnya.

"Aaaah! pantas!" suara keluhan ini milik martin, penumpang Leandra akhirnya menyadari apa yang terjadi, mobil mereka melesat cepat sebab siluet hitam berjumlah tiga sedang memburu mereka.

"Leandra! melipir ke kiri," ini suara Martin, pemuda ini pada akhirnya mendukung kegilaan temannya.

"hah! apa?" Leandra tak paham sebab ia terlalu berkonsentrasi pada jalan beraspal dengan tampilan yang sama.

"Pacu lebih cepat, tapi pastikan melipir ke kiri," pemuda tanpa kelopak mata itu bangun dari duduknya, kepanikannya hilang, dia berusaha menyelinap masuk di antara celah kursi pengemudi dengan tempat duduk sisi depan. Berusaha menjadi pengarah bagi Leandra.

Martin berhasil duduk di depan mengiringi keberadaan mereka berdua menjelma menjadi driver dan co driver dalam ajang balap mobil.

"Sekarang!" Martin mendorong leandra untuk memutar kemudi, melesat ke arah kiri memasuki rest area.

"kanan!" dan tangan Leandra lincah memutar lingkaran dalam genggaman kedua telapak tangannya, "kamu lihat truk itu!"

Leandra Mengangguk menjawab martin, "pastikan kau parkir di belakangnya!" dan Leandra sigap membanting mobil martin beberapa kali, mencuri gerak mobil lain yang sedang berusaha menemukan tempat pemberhentian, lalu menyelinap di balik truk kontainer besar berwarna hijau botol.

Nana yang sejak tadi menoleh kebelakang memastikan jarak di antara mereka dan mobil hitam pekat yang memburu di belakang, berseru: "huuh, selamat," memegangi dadanya, sembari menghembuskan nafas panjang.

Salah satu Mobil hitam itu melaju di antara jejeran mobil yang terparkir pada rest area ini, sepertinya bagian dari ketiganya, mungkin yang tadi paling dekat dengan jangkauan Toyota Rush menyadari bahwa Toyota itu lenyap dari jalan tol.

Untuk itu, satu mobil dari si hitam, bisa jadi yang paling belakang di minta memeriksa rest area terdekat.

Dan si hitam ini gagal.

Leandra menatapnya bersama bara api di mata yang menyala-nyala.

"Keluarga mu masih saja segila itu," Martin berkata sembari memberinya tatapan nanar.

Martin dan Nana tahu bagaimana anak muda berambut panjang ini tumbuh, Leandra tidak memiliki ibu, dia piatu, anehnya tatkala di tanya kapan ibunya meninggal dan sebab apa ibundanya tiada. Leandra muda tak bisa menjawabnya.

Ayahnya juga mustahil menikah lagi. Nama besar yang spektakuler itu adalah warisan dari keluarga sang ibu, jadi ayahnya sekedar seorang menantu yang memiliki fasilitas luar biasa sebab menikahi putri dari pemilik perusahaan pengecer waralaba yang tubuh bak jamur di negeri ini.

Bahkan ketika mereka berusaha keluar dari mobil Rush selepas menyadari si hitam telah menghilang.

Salah satu waralabanya berdiri kokoh di tengah rest area di kerumuni pembeli.

Bee Market namanya. Lambangnya lebah kuning, dan waralaba tersebut ada hampir di seluruh kota di negara ini atau bahkan di sekian meter untuk beberapa kota yang kepadatannya cukup menjanjikan dalam hal menciptakan atmosfir jual beli.

Sisi lain yang tidak diketahui orang selain Nana dan Martin, Leandra punya sedikit kelemahan dalam mengingat kenangan masa kecilnya.

Dia hanya bisa memahami beberapa kejadian saja, ingatanya berisikan peristiwa yang terjadi pada jenjang Sekolah Menengah Pertama, yang artinya hari-hari awal pertemanannya dengan Martin dan Nana. Masa sebelum itu entah lenyap kemana.

Dua anak dengan persahabatan unik sebab yang satu tak berkelopak mata, namun yang satu matanya pekat, lebar, besar serta kelopaknya tergaris kuat dan hidungnya mancung melebihi rata-rata orang asli negara ini.

Mereka terlalu asing waktu itu, oleh karena minoritas, keduanya menjadi lebih dekat.

Lalu datanglah pemuda pendiam, yang sama anehnya. sebab sering kali lupa nama-nama benda di sekitarnya.

Mereka sama asingnya, dan berkumpul menjadi satu kesatuan yang hampir bisa dikatakan sebuah kemustahilan.

Si Tionghoa akrab dengan si Arab dan mengasuh si VOC yang suka kebingungan akan hal hal sederhana.

.

.

_______________________

Hello sahabat, bantu saya dengan memberi komentar terbaik anda

Masukan pada perpustakaan

Peringatan! Jika buku ini berhenti update DM saya di Instagram

Sampai jumpa di hari yang indah

Nama Pena: dewisetyaningrat

IG & FB: @bluehadyan

Discord: bluehadyan#7481

avataravatar
Next chapter