webnovel

EP. 032 - Pen

Darsh kemudian mendatangi pemuda itu. Saat sudah dekat, dia menyapanya.

"Hai, anaknya Pak Sun! Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Darsh.

"Oh, Paman Darsh. Saya memang bekerja di sini mengembala kuda", kata anak Pak Sun.

"Kok bisa? Berarti kamu bisa bahasa Gaharunu?" tanya Darsh.

"Sedikit, sedikit bisalah, paman", kata pemuda itu.

"Bagaimana kabar terowongan?" tanya Darsh.

"Kalau hujan, saya menginap di Gaharunu. Baru pulang kalau gua sudah kering", kata pemuda itu.

"Oh ya, namamu siapa? Maaf, seiring bertambah usia aku sering lupa", kata Darsh.

"Saya Pen", kata pemuda itu.

"Baik Pen. Nanti malam kalau sudah selesai kerja, tolong temui aku di sini", kata Darsh.

"Ok. Baiklah", kata Pen.

Pen dan Darsh berpisah untuk melanjutkan kesibukannya masing-masing. Pen lanjut mengembala kuda dan Darsh lanjut berkeliling. Di tengah perjalanan, Darsh bertemu dengan Dhafi lalu memutuskan untuk berkeliling bersama.

Beberapa saat kemudian, Dhafi dan Darsh menemukan Stonehenge di belakang piramida. Stonehenge adalah bangunan yang terbuat dari batu besar yang berdiri melingkar. Bangunan ini berfungsi sebagai kalender matahari pada zaman dahulu. Dhafi dan Darsh melihat-lihat semua hal yang ada di sekitar Stonehenge termasuk tulisan yang terukir di batunya.

Suara rumput diinjak tiba-tiba terdengar oleh Dhafi dan Darsh. Seketika mereka diam. Ternyata suara rumput itu bukan dari mereka berdua. Semakin lama, suara itu semakin mendekat. Dhafi menengok ke belakang dan terlihat pria berbaju pegasus emas bersama seseorang. Dhafi langsung menyeret tangan Darsh untuk bersembunyi di balik batu.

Pria pegasus emas berdiri di tengah-tengah stonehenge. Dia berbicara dengan seseorang berpakaian hitam. Dhafi dan Darsh berusaha menguping pembicaraan mereka.

"Hast du alle Zutaten gesammelt? (Semua bahan sudah terkumpul?)" tanya pria pegasus emas.

"Schon. Wir müssen nur auf die Zutaten von Tirtanu warten. (Sudah. Kita hanya perlu menunggu bahan dari Tirtanu)", jawab pria berbaju hitam.

Pria pegasus emas membaca sebuah kertas yang diberikan oleh pria berbaju hitam. Dhafi dan Darsh yang penasaran dengan wajah si pegasus emas. Mereka mencermatinya sambil duduk menengadahkan kepala. Namun gagal karena pria pegasus emas terlalu menunduk.

Selesai membaca, pria pegasus emas mengangkat wajahnya. Saat inilah, Dhafi dan Darsh bisa melihat wajah pria pegasus emas. Ternyata, dia adalah pemuda tampan dengan kharisma yang luar biasa. Dia tinggi dan badannya sixpack. Dia langsung merobek kertas yang sudah dibaca menjadi potongan-potongan kecil lalu dilempar ke udara.

"Gute Arbeit. Stellen Sie sicher, dass die Zutaten von Tirtanu gut ankommen (Kerja bagus. Pastikan bahan tirtanu diterima dengan baik)", ucap pria pegasus emas.

Setelah mengucapkan itu, pria pegasus emas pergi meninggalkan pria berbaju hitam sendirian. Dhafi dan Darsh ingin mengikuti pria pegasus emas tapi mereka masih di padang rumput luas. Pasti ketahuan kalau mengikuti seseorang di sini karena tidak ada tempat persembunyian.

Dhafi dan Darsh kembali menatap pria berbaju hitam. Mendadak, pria itu menoleh pada mereka. Dhafi dan Darsh segera bersembunyi di balik batu. Kemudian, pria itu berjalan ke arah mereka. Untung batu itu berdiameter sangat besar.

Dhafi dan Darsh berputar ke sisi lain. Jantung mereka berdegup kencang. Mereka tidak siap jika ketahuan sekarang. Untungnya, pria berbaju hitam tetap berjalan lurus dan tidak menengok sedikit pun ke arah Dhafi dan Darsh.

"Fyuuuh… Hampir saja", kata Dhafi.

"Dia sudah jauh kan? Kalau sudah jauh, kita ambil kertasnya", kata Darsh.

Darsh dan Dhafi segera mengambil potongan-potongan kertas tadi. Darsh memberikan kertas itu pada Dhafi. Darsh juga meminta Dhafi untuk pulang ke basecamp terlebih dahulu karena dia akan menemui seseorang sebelum malam.

Malam telah tiba. Darsh duduk di bawah pohon besar di dekat peternakan kuda. Pohon itu sama dengan pohon yang dia duduki tadi siang. Bedanya, sekarang semua yang ada di sini gelap karena tidak ada lentera sama sekali. Yang ada hanyalah sorotan sinar rembulan yang remang-remang.

Setelah menunggu cukup lama, Darsh melihat lingkaran oranye kecil mendekat padanya.

"Dia sudah datang ternyata", kata Darsh.

Semakin lama, lingkaran oranye kecil itu mendekat, terus mendekat, dan semakin dekat dengan Darsh. Ternyata lingkaran oranye kecil itu adalah api dari lilin kecil. Lilin itu dibawa oleh Pen, anaknya Pak Sun.

"Maaf, saya terlambat", kata Pen.

"Tidak apa-apa. Kita berangkat sekarang", ajak Darsh.

Hampir semua anggota tim Araukaria sudah pulang ke penginapan yang menjadi basecamp mereka. Mereka makan malam sambil bercanda ria. Hanya ada satu orang yang belum datang.

"Ngomong-ngomong, Darsh ke mana ya?", tanya Ian.

"Tadi dia bilang mau menemui seseorang terlebih dahulu", jawab Dhafi sambil menyumpit makanan.

Tiba-tiba terdengar suara pintu yang bergeser. Suara itu diikuti oleh banyak langkah kaki. Mendengar suara itu, semua prajurit Araukaria yang sedang makan mendadak diam membeku. Lalu mereka saling berpandangan melempar kode.

"Aku pulang… !" suara Darsh memecah keheningan dan kecanggungan di ruang makan itu. Tak berselang lama, Darsh muncul di pintu ruang tengah yang menjadi tempat makan tim Araukaria.

"Oalah… ternyata kamu Darsh. Aku kira siapa", kata Ian.

"Selamat malam semuanya, aku ingin memperkenalkan kalian dengan seseorang", sapa Darsh.

Lalu Darsh menganggukkan kepala ke arah kanan sebagai kode. Setelah itu muncullah seseorang dari balik pintu.

"PENNN… .! ! !" Ucap semua anggota Araukaria bersamaan.

"Pen. Kenapa kamu bisa ada di sini? Bagaimana kabar ayahmu?" tanya Hoshi.

"Ayahku sehat. Paman Darsh yang membawa saya ke sini", jawab Pen.

"Aku punya pengumuman penting. Jadi tolong semuanya diam. Diam dan dengarkan aku!", kata Darsh.

Mendadak, ruang tengah itu menjadi hening. Beberapa orang bahkan mengosongkan meja dan tempat duduk agar Pen dan Darsh bisa duduk. Begitu semuanya beres dan situasinya kondusif, Darsh memulai pembicaraan.

"Jadi begini. Ternyata, Pen bekerja di istana Gaharunu. Dia sudah bekerja di sana selama 3 tahun. Pen juga bisa berbahasa Gaharunu. Yang artinya… kita membutuhkan bantuan Pen untuk misi ini", kata Darsh.

"Ok, baiklah. Silakan kita makan dulu Pen. Kalian bisa duduk di sini! ", ucap Jenderal Calvin.

"Ok, sambil makan. Silakan sampaikan temuan kalian tadi satu persatu", kata Jenderal Calvin.

Satu persatu prajurit Araukaria menyampaikan temuannya tadi siang. Ian bilang kalau dia tidak mengerti satupun kata yang dibicarakan para datang istana. Jiru bilang kalau ada 4 gerbang di istana dan setiap gerbang dijaga 8 orang. Ternyata itu cocok dengan denah lokasi yang digambar Ren. Tibalah saat Ghazi bercerita.

"Sebenarnya, ada pintu masuk rahasia ke istana. Pintu itu ada di dekat piramida. Tapi sepertinya tidak bisa dibuka dengan cara biasa. Pintu itu hanya bisa dibuka dengan sihir", kata Ghazi.

"Sekarang sudah tahun 1345 dan kamu masih percaya sihir?" sindir Eiham.

"Tadi, aku melihat ada seorang wanita. Wanita itu berbaju putih dan masuk ke dalam piramida sambil membawa sesajen. Lalu dia kembali melalui semak-semak dan saat dia membaca mantra, semak-semak itu berputar dan memperlihatkan pintu di baliknya", kata Ghazi.

"Itu benar. Saya tahu perempuan itu. Dia penyihir paling hebat di Gaharunu dan dia menjadi selir kesayangan raja. Namanya Helena", jawab Pen.

"Kalau begitu, apakah kamu tahu siapa pria berbaju pegasus emas?" tanya Dhafi.

"Itu anaknya Raja Adhulpus. Raja Adhulpus memiliki dua anak laki-laki yang satu jadi Raja sekarang yaitu Raja Clodio Yang satunya, hanya anggota kerajaan biasa, namanya Carl. Carl sangat ingin menjadi penerus tahta Raja Adhulpus. Oleh karena itu, dia selalu memakai jubah milik ayahnya yaitu jubah hitam motif pegasus emas", jawab Pen.