webnovel

EP. 008 - Pencarian

"Entah mengapa, firasatku mengatakan bahwa bukan Ehren yang membunuh Raja. Ehren sangat sayang dan dekat kepada ayahnya. Jangankan membunuh, Ehren tidak pernah membiarkan orang lain menghina ayahnya. Tapi hal ini terlalu rumit karena tidak ada saksi. Bagaimana jika kita mulai dari gas sarin?", kata Alatariel pada Calvin, pemimpin Tim Araukaria.

"Baiklah. Gas sarin terbentuk dari cairan sarin. Setahuku, tidak ada satupun orang yang menjual gas sarin di Tirtanu. Tapi ada seorang warga Tirtanu yang terbiasa menjual benda-benda aneh", kata Calvin.

"Baiklah, silakan mulai penyelidikan dari sana. Tolong, ya!", perintah Alatariel. "Oh ya, bawa ini ya! Ini adalah alat buatanku sendiri. Alat ini bisa mendeteksi keberadaan gas sarin baik di udara, kain, meja, atau tenggorokan", lanjut Alatariel.

"Baik, terima kasih, Yang Mulia", kata Calvin.

Alatariel memberikan Calvin dua alat pendeteksi sarin. Yang pertama berupa kertas dan yang kedua berupa alat berbentuk tabung T yang di dalamnya ada jarum yang terpasang. Tabung T bisa digunakan cek kadar sarin pada korban yang masih hidup dengan cara meniupnya. Meskipun bisa mematikan dalam 5-10 menit, gas sarin tetaplah gas. Dia butuh waktu yang cukup untuk menguap dan memenuhi ruangan. Efek berbahaya dari sarin bisa dikurangi dengan membuka jendela agar udara bersih masuk, segera mandi, dan berganti pakaian.

Di sebuah ruangan aula besar, ada banyak prajurit yang bersantai. Mereka menggunakan piyama putih yang berfungsi sebagai dalaman seragam jubahnya. Ada yang sedang tidur di pojokan, ada yang sedang membaca buku, dan ada juga yang bermain mahjong. Suara riuh disertai tawa menghiasi aula besar ini. "Kreeek....", pintu ruangan terbuka. Dibalik pintu itu, berdiri Calvin dengan raut wajah yang datar. Sontak semua prajurit di sana langsung berdiri dengan rapi.

"Aku punya pengumuman penting untuk semua tim Araukaria", ucap Calvin.

Setelah menatap ke seluruh anggota tim Araukaria yang ada di sana, Calvin melanjutkan ucapannya, "Kita akan memulai misi penyelidikan. Ini misi rahasia, dan tidak ada yang boleh tahu tentang hal ini. Yang artinya, kita tidak boleh menggunakan seragam kerajaan dan identitas diri. Kita akan menyamar seperti warga sipil biasa. Jika ada salah satu anggota yang meninggal, maka dia akan dimakamkan secara rahasia tanpa diketahui anggota keluarga. Aku tidak akan memaksa, tapi siapa yang mau bergabung?".

Suasana mendadak menjadi hening. Beberapa prajurit menunduk, sebagian prajurit menatap Calvin dengan tatapan kosong. Keheningan ini berlangsung cukup lama. "Aku ikut, Jenderal!" ucap seorang prajurit. Suara prajurit ini tiba-tiba memecah keheningan di malam itu.

"Aku bisa mendayung perahu, menahkodai kapal, dan berkuda berhari-hari juga boleh," lanjut prajurit itu.

"Baiklah, kau boleh ikut. Ada lagi?" tanya Jenderal Calvin.

"Biasanya misi seperti ini punya bayaran yang besar. Di mana ada resiko besar, di situ ada uang besar. Saya juga ikut Jenderal", kata prajurit lainnya.

Setelah dua prajurit itu mulai berbicara. Prajurit yang lain juga ikut bergabung hingga akhirnya ada 9 orang yang bergabung ditambah 1 orang lagi yaitu Jenderal Calvin. Keesokan harinya, mereka berangkat diam-diam lewat jalur bawah tanah rahasia yang menuju ke arah belakang istana.

"Sebelum kita berangkat, kita makan dulu di pasar!" kata Jenderal Calvin.

Jenderal Calvin mengajak seluruh anggota timnya untuk sarapan di pasar. Namun, dia mengajak dua orang untuk pergi ke suatu tempat. Jenderal Calvin meminta anggota yang lainnya untuk menunggu di sebuah warung di sekitar pasar. Jenderal berjalan kaki ke arah timur, melewati pasar, melewati pelabuhan, dan menuju ke arah hutan yang jauh dari hiruk pikuk aktivitas kota.

Ada sebuah gubuk kayu yang berdiri kokoh di tengah-tengah hutan. Di depan gubuk kayu itu ada papan nama berisi tulisan, "Semua Barang Ada, Semua Jasa Bisa". Jenderal Calvin dan dua prajuritnya memasuki ruangan itu. Di sana ada satu pria berusia sekitar 45 tahun yang berpipi tembam. Pria itu adalah penjaga toko.

"Oh, ada pak tua penjual ikan! Ada yang bisa kami bantu?" tanya pria pipi tembam pada Jenderal Calvin yang biasa menyamar sebagai penjual ikan.

"Anda punya racun apa saja?", tanya Calvin.

"Kami punya jenis racun apapun seperti sianida, belerang, dan beberapa racun lainnya", jawab pria pipi tembam penjaga toko.

"Aku tidak ingin beli racun hewan. Aku ingin membeli cairan sarin?" kata Calvin.

"Untuk apa, anda membeli racun dengan dosis sekuat itu?" tanya penjaga toko.

"Aku dengar jika racun ini diolah dengan benar, racun ini bisa menjadi obat untuk penyakit menular", jawab Calvin dan tentu saja ucapan itu bohong.

"Tidak ada yang menjual sarin di Tirtanu".

"Lalu negara mana yang menjual itu?"

"Itu zat berbahaya yang keberadaannya di rahasiakan", jawab penjaga toko.

Segera, Calvin mengeluarkan genggaman kantung uang yang penuh dengan koin perak. Penjaga toko langsung memeriksa uangnya dan dia malah berkata tidak tahu. Lalu, Calvin meletakkan beberapa koin emas di meja. Penjaga toko itu tetap bilang tidak tahu.

"Ok, ini pertanyaan terakhir. Di mana aku bisa mendapatkan cairan sarin?" tanya Calvin.

"Aku tidak tahu. Sungguh. Lagipula tidak ada orang yang pernah membeli cairan sarin padaku sebelumya", kata penjaga toko.

"Wah, sia-sia aku datang dari jauh ke sini", kata Calvin sambil mengambil kembali uang koinnya.

"Sebentar... Tunggu! Di daerah perbatasan Tirtanu dan Andalan ada daerah yang bernama Terra Nulius. Daerah itu dinginnya bukan main. Jika musim dingin, sepanjang mata memandang hanya ada salju. Jika musim panas, daerah itu berubah menjadi hamparan pasir dan batu. Aku dengar, 7 kerajaan besar sering melakukan ujicoba senjata di sana. Namun, penjagaan di sana sangat ketat", kata penjaga.

"Ok, terima kasih atas informasinya", kata Calvin. Dengan buru-buru dia menuju pintu.

"Tunggu!" kata penjaga.

Calvin yang sudah berjalan membuka pintu tiba-tiba berhenti. Dia menoleh lagi ke arah penjaga dengan wajah yang masam.

"Kau tidak pergi ke Terra Nulius, kan? Kau yakin mau ke sana dengan pakaian serba hitam seperti ini? Jika kau mau ke Terra Nulius, kau butuh mantel putih ini", kata penjaga.

"Baiklah, aku beli 10 mantel", kata Calvin.

Setelah membeli beberapa barang dan bernegosiasi dengan pria tembam penjaga toko, Calvin segera meninggalkan gubuk bersama dua prajuritnya yang menunggu di depan pintu. Dia dan rombongannya kembali lagi ke warung yang ada di pasar.

Jenderal Calvin segera membagikan perbekalan dan mengatur strategi. Setelah sarapan, dia segera berangkat menuju ke Terra Nulius. Butuh beberapa hari untuk tiba di sana. Perjalanan panjang tim Araukaria dimulai.

Sekarang, musim dingin yang paling dingin dimulai. Beberapa sungai sudah membeku. Beberapa pelabuhan juga ditutup karena laut sedang beku. Namun di suatu tempat, ada kapal besar yang berjalan menerobos badai salju. Kapal itu sangat besar dan kuat. Saking kuatnya, kapal itu bisa menghancurkan lautan es beku menjadi kepingan es kecil.

Es beku yang dilalui kapal besar berubah menjadi laut yang cair. Tiba-tiba muncul sebuah benda warna kuning yang timbul dari dalam laut di belakang kapal. Ternyata benda itu adalah jasad manusia yang sudah membeku. Penampilan jasad itu seperti boneka manekin besar. Jasad itu mengapung dan bergerak menjauhi kapal. Lalu, jasad itu memasuki perairan yang diatasnya tertutup es bening.

Beberapa hari kemudian, 10 orang dari tim Araukaria sudah tiba di sebuah desa paling ujung dari Kerajaan Tirtanu. Di sana mereka menitipkan kuda-kuda yang mereka naiki ke sebuah peternakan. Setelah itu, mereka berganti pakaian dan menggunakan mantel putih. Setelah makan dan menghangatkan diri di sebuah penginapan, mereka jalan kaki menuju Terra Nulius.

Terra Nulius paling mudah dimasuki saat musim dingin di malam hari. Dengan catatan, tidak menggunakan penerangan apapun selain cahaya bulan dan bintang. Tim Araukaria terus berjalan menuju ke sana walaupun gelap. Mereka bergandengan tangan agar tidak ada anggota yang tercecer. Mereka berhenti di sebuah area bebatuan di dekat tebing. Di sana, mereka membangun igloo sebagai basecamp sekaligus tempat berlindung dari badai salju.