Ms.Helen dengan mata yang terbuka melototi kertas di atas meja Garron, dengan heran menatap Garron dan bertanya, "Tulisan apa ini? apa kamu sedang menyumpah?"
Seisi kelas berdiri dengan tubuh condong mencoba melihat kertas yang ada di meja Garron, bahkan sampai ada yang menghampiri mejanya, "Duh ini kenapa pada jalan jalan sih?" ucap Ms.Helen mengamuk.
Murid yang berdiri dan mencoba memenuhi space meja Garron, kembali duduk ketika Ms.Helen mengamuk dan menatap tajam satu persatu mereka yang berdiri, sampai ketika suasana kembali sepi Ms.Helen masih mempertanyakan apa yang dimaksud dari tulisan dikertas Garron.
Dengan kebingungan yang masih terselimuti rasa sedih, Garron menjawab, "Itu hanyalah sebuah ungkapan perasaan saya dikelas ini, Ms."
"Lalu mengapa kamu menulisnya dengan huruf huruf aneh ini? bahkan seharusnya kamu tak tau tentang hal ini."
Dengan wajah pasrah ketika melihat Ms.Helen yang masih mencoba menggali lebih lagi, Garron menjawab, "Saya hanya mengikuti energi saya, Ms. Tidak bermaksud membuat hal negatif."
"Ah, yasudah jika tak diberitahu, kau akan menyesal loh, karena tak menutupi hal seperti ini." ucap Ms.Helen sambil berirama menuju papan tulis.
Semua murid menunggu Ms.Helen mereka melihat apa yang ditulis siswa White Children itu, tapi itu tak akan pernah terjadi, terlebih lagi disini ada dua putri kembar yang bisa dibilang mereka lebih lanjut dari yang lainnya.
"Kita lanjut, dan tinggalkan masalah Garron, Garron kamu bisa menyamankan dirimu disini, ada banyak hal yang belum kamu ketahui."
Seorang siswa perempuan mengangkat tangan disela pembicaraan Ms.Helen, "Sama seperti kami, Ms. Kami penasaran dengan apa yang dituliskan Garron, tolong beritahu kami!"
"Hey hey hey, siapa nama kamu gadis kecil." tiba tiba suasana mendadak diam, yang sebelumnya ricuh karena siswi tersebut, Ms.Helen menjawab dengan usil.
Melihat anak yang ia tanya hanya terdiam, teman sebangkunya dengan semangat menjawab pertanyaan Ms.Helen, "Nama dia Natya, Ms Helen."
Ms.Helen tersenyum tipis lalu kembali mengarah ke papan tulis, mengabaikan pertanyaan dari Natya bahkan juga jawaban dari temannya.
Seiring berjalannya waktu, semakin menghabiskan banyak energi dan semangat 85 dua sejoli putri kembar ini masih terlihat sangat Fresh, tentunya dengan teknik meminimalisir penggunaan energi, banyak hal yang sudah mereka pelajari.
"Bosan banget ya dikelas ini, tapi untung jam pelajaran Ms sudah habis, jadi Ms akan meninggalkan kalian dikelas neraka ini, yuhuu." ujar Ms.Helen dengan membawa tasnya menjahili mereka semua dengan suara tawa kecil, sangat meledek.
****
Dimeja kedua putri tersebut dibuang bingung setelah mengingat misi dari sang ayah, mereka bahkan tak tau harus mencari lembaran dari mana kemana tanpa adanya petunjuk, diselang perdebatan Anatha melirik ke arah Garron seakan akan ia lah kunci dari sebuah masalah.
"Udah gila? yakin? dia cuman pribumi loh, kita gak tau masa lalunya, dan ini rahasia, Anatha!" tegas Agatha menatap Anatha yang sibuk melirik Garron.
"Jadi kita harus gimana, Agatha. Kan dia sendiri yang bilang dia tau, kalau gak jangan semua deh kita kasih, kita minta petunjuk seterusnya kita yang ngerjain." saran Anatha
"Hmmm, yaudah deh."
Anatha dengan memahami situasi ia tau pasti Agatha tak akan mendatangi Garron, dimana setelah berbicara saja Agatha malah menghadap kedepan ia bahkan tak melirik Garron, mau tak mau harus Anatha, saat ia menyuruh Agatha berdiri karena ia ingin datang ketempat Garron, Agatha menahan tangan Anatha, ia mengingatkan Anatha suatu hal.
"Anatha, biarkan dia yang datang kesini, dia penasaran bukan? jika kau yang menghampiri nya bagaimana dengan martabat kita sebagai putri? lagian lihatlah perasaan dia, kau bisa merasakan nya?"
Anatha terdiam dengan tangan terbelenggu ia malah dibuat bingung dengan pertanyaan Agatha, bagaimana bisa dia merasakan perasaan orang lain? Anatha bergumam, "Aku tau dia berbeda tapi tak harus membuat orang bingung kan."
Anatha kembali duduk dengan tangan yang dilepas Agatha, dia menatap Agatha dan bertanya, "Kau bisa merasakan milik orang lain?" Tatap Anatha dengan serius.
Reflek Agatha mendorong wajah Anatha yang menatapnya secara dekat, "Merasakan punya orang lain? pertanyaan macam apa itu." jawab Agatha kesal.
"Oiya, maksudku semua perasaan orang ada di dirimu?"
Dengan jengkel Agatha terus terang menunjukkan rasa kesalnya, "Apanya sih masa nampung semua perasaan orang?! maksudmu apa sih Anatha!"
Malahan Anatha yang dibuat kesal dengan jawaban Agatha yang kurang meyakinkan, ia berpikir seperti nya ada sesuatu yang disembunyikan, mana mungkin orang seperti Agatha lama mengamati situasi? bahkan dia sangat sensitif, gumam Anatha.
Sedangkan Agatha, ia merasa akhir akhir ini mengetahui lebih dari yang ia kira, bahkan lebih dari yang ia inginkan, "ini bukan lah hal yang menyenangkan." ucap Agatha terhadap Anatha.
"Baiklah jika itu yang terbaik." balas Anatha
Anatha kembali berpikir setelah melihat kakaknya yang terlihat lebih aneh dari sebelumnya, Anatha berpikir tadi mengapa ia bisa menjawab seperti itu? apa pikiran ku sedang dibaca?
Muka Anatha terlihat sangat jengkel, sedangkan Agatha dengan perasaan dan jantung yang berdegup keras ia menoleh sebelah kanan membuang muka dari Anatha, "Astaga, gak sengaja kebaca!!" Agatha bergumam panik.
Anatha yang menyadari hal itu mendekati Agatha yang sedang menutup mulut dan tangan ditengah tengah dadanya, "Kau sakit?" ucap Anatha mendekatkan wajahnya ke hadapan Agatha.
Respon Agatha yang kaget malah mendorong wajah Anatha dengan telapak tangannya, Anatha yang terlihat polos dan penasaran terdorong seketika, "Minggir minggir, muka mu nyemak banget."
"Ih, kau ya udah berapa kali dorong mukaku, kotor tuh tangan mu bau jigong." gindik kesal Anatha.
"Habisan loh ya muka mu dekat banget."
Perdebatan antara dua kakak dan adik, bel pun berbunyi menandakan mereka dibolehkan pulang setelah belajar berbagai hal, ada hal yang menarik membuat Anatha sangat excited ketika pulang, yaitu pengecekan box sihir.
Box sihir berisi sebuah bola putih yang berkilauan disinari cahaya berwarna biru dan pink terlihat sangat indah, tapi sebenarnya bola itu memiliki masa lalu yang cukup kelam, hanya tertutup warna yang indah membuatnya disukai orang.
Gunanya bola putih dari box sihir adalah memberikan sebuah pertanyaan atau pernyataan, itu semua disesuaikan oleh materi mereka hari ini, jika tidak bisa menjawab tentunya ada konsekuensinya, karena setiap perbuatan membutuhkan tanggung jawab, konsekuensi yang diberikan sangatlah beragam tidak di satu titik yang akan membosankan, semua hal tak terduga bisa terjadi semasa mereka pulang.
Anatha yang berloncat riang dilihat oleh Agatha disampingnya, "Loncat aja terus sampai ni sekolah jadi punya kita."
"Habisan, seneng bangettt udah mau pulang, dan satu hal, materi hari ini banyak banget!!!" ucap Anatha bahkan dia ingin berteriak saat itu juga.
Garron yang melihat Anatha yang sangat ceria ia sengaja lewat depan Anatha, dan bertanya, "Kulihat tadi putri Anatha loncat kegirangan, ada apa sebabnya?"
"Astagaaaaaa, masa Garron gak tau si, lihat didepan gerbang orang orang pada ngantri kan, itu mereka lagi pengecekan ilmu,
pengecekan ilmu ini dilakukan seminggu bisa 1-2 kali saja loh, karena dilakukan masa masa random, biasanya tepat ketika dasar dasar praktek dan materi di pelajari di hari yang sama."
"Hah, kok bisa ada sistem seperti ini?"