webnovel

Chapter 19

Agatha menatap Garron dengan tegas menjawab, "Aku tidak memiliki saran, dan tidak ada hal yang perlu ku jelaskan."

Anatha menatap kebingungan dan memotong omongan Agatha, "Lalu, apa maksudmu dengan pintu jiwa? apa itu hal random yang kau katakan?"

"Itu hanyalah omong kosong yang keluar dari mulutku secara tidak sengaja."

Keduanya terdiam mendengar jawaban dari Agatha. Anatha sendiri masih membingungkan jawaban dari sang kakak ia mengharapkan lebih untuk hal yang tidak ia ketahui.

"Selanjutnya apa yang kita lakukan?" ucap Agatha dengan cepat mengganti topik.

Dengan wajah yang kebingungan dan suasana menjadi canggung, Garron mengatakan saran seperti sebelumnya, Anatha berontak dan bertanya, "Siapa yang akan membangun kan jiwa Bibi Lilith? aku bahkan tak tau akan hal itu."

Garron terdiam canggung setelah mendengar perkataan Anatha sedangkan Agatha tiba tiba berkata, "Jika Garron lebih tau, coba saja jangan sampai kita terus menunggu."

"Tidak, aku ..., tak tau apa apa. Terlanjur memasuki energi ku, kurasa lebih baik ke jalan manual saja. Dari pada mengambil resiko."

"Terlalu lama menggunakan cara manual." sahut Anatha

"Tapi, kita sudah memasuki energi, apa itu masih kurang?" ucap Agatha

"Lebih baik coba saja, aku tak ingin mengambil resiko." sahut Garron.

Usaha dengan harapan yang di inginkan, mereka terus menggelitik kaki Bibi Lilith. Terlihat lucu dan aneh siapapun jika melihat bagaimana bisa berpikir seperti itu, tapi sebenarnya Agatha sedang cemas dengan posisinya, jangan sampai ada yang mengetahui tentang apa yang ia bisa, semua harus di rahasiakan.

*****

30 menit berlalu mereka mulai kelelahan, rasa tak sanggup untuk terus melanjutinya memilih untuk beristirahat sejenak, terkecuali Garron.

Dengan bersikeras setelah melihat kedua putri memilih istrihat ia berpikir ini tanggung jawabnya karena memberikan saran dan membawa mereka sampai kesini, "Ayolah, sekali saja, ku mohon." gumamnya dan berhasil melepaskan olesan dari pena bulu tersebut.

Mata penuh harapan dari Garron setelah berhenti sejenak dan ia menatap sekujur tubuh Bibi Lilith, berharap ada gerakan yang di timbul sedangkan Anatha dan Agatha mengobrol ringan sembari mengelap keringat yang bercucuran.

5 menit berlangsung setelah harapan Garron dan tampaknya telah usai, tidak ada pergerakan yang terlihat, "Baiklah, sepertinya tidak ada hasil." ucapnya putus asa

"Siapa bilang tidak ada hasil?"

Semua mata melotot, ketika mendengar seseorang berbicara. Dialah yang ditunggu tunggu!

"Bibi Lilith?! akhirnya." teriak Anatha meloncat dari kursinya, segera memeluk Lilith yang sedang duduk di kasurnya.

"Hampir saja aku putus asa." sahut Garron merasa lega

Dengan bangga Agatha memuji Garron sambil mengacungkan jempolnya, "Kerja bagus!"

Garron melihat hal itu mengacungkan jempolnya juga tepat di depan jempol Agatha dengan wajah tersipu malu, Anatha melihat hal itu ia segera mengacungkan jempolnya tepat di tengah posisi anatar jempol Agatha dan Garron dengan senyum riang miliknya, sekumpulan jempol di tengah kasur Lilith.

Semua merasa senang dan menyambut kehadiran Lilith terkecuali Agatha, "Kami harus menunggu waktu lama, lihat lah apa

yang kami dapatkan?"

"Terima kasih putri Agatha dan Anatha, terutama Garron, karena energimu yang ku hirup sampai aku terbangun karena terusik oleh energimu."

"Hahahaha, sebenarnya itu ide Agatha untuk terus menggelitik kaki Bibi Lilith." sahut Anatha tertawa.

"Aku tau sebenarnya Agatha hanya iseng dan kesal, bukan?" ucap Lilith.

"Ya seharusnya memang itu jawaban nya."

"Sepertinya kami akan pulang terlebih dahulu, meski masalah belum terselesaikan. Kurasa sudah terlalu lama waktu yang dihabiskan di rumah ini, kedepannya kami akan mengunjungi mu, dan masih membawa masalah yang sama." ucap Garron.

Mendengar hal itu Agatha dengan kesal memotong pembicaraan Garron, "Memangnya siapa yang mau kesini lagi? sangat merepotkan."

Anatha dengan reflek menepuk tangan Agatha, "Sutt, kami akan berusaha sering mengunjungi mu Bibi, terlebih dari menyelesaikan misi atau kesempatan belajar dengan mu, atau juga hanya sebatas liburan."

"Hahahaha, tenang saja aku akan terus menerima kedatangan kalian, selama aku masih hidup."

Dengan posisi yang masih terduduk di atas kasur miliknya, Lilith memperhatikan mereka setelah membalas ucapannya dengan senyuman dan beres beres barang yang mereka bawa, tubuh yang masih lemah Lilith memilih untuk menetap di atas kasur, ia tak bisa mengantar mereka sampai ke tempat tujuan.

"Bibi, kami ingin pamit, terima kasih untuk hari ini! dan cepat lah sembuh!" teriak bahagia Anatha.

"Kami pamit pulang, lalu aku yang akan mengantar mereka, cepat lah sembuh, kawan." ucap Garron

Mereka bertiga pun keluar dari rumah itu, hanya Agatha tanpa mengucapkan salam ketika keluar, dengan langkah kaki paling depan Anatha menepuk pundaknya, "Hey, kenapa tidak salam pamit dengan Bibi Lilith?"

Agatha menjawab sembari berjalan tanpa melihat ke arah Anatha, "Aku sudah menitipkan milikku kepadamu."

"Itu curang!" ucap Anatha

Agatha hanya membalas senyuman yang tak ia tunjukkan kepada Anatha, semua berjalan pulang dengan mengenakan jubah hitam seperti di awal, hari dimana matahari akan terbenam dan kembali kerumahnya, sejauh jauhnya perjalanan mereka sampai dengan aman dan lancar, mereka berpisah Agatha memilih masuk terlebih dahulu sedangkan Anatha masih sedikit menjauh untuk berpamit dengan Garron.

"Sampai nanti! dan terima kasih untuk hari ini, terhitung dengan Agatha."

Setelah itu Anatha menjauh dan masuk kereta kuda, kereta yang berjalan tapi Anatha masih melambaikan tangannya dengan tubuh yang setengah keluar menghadap ke arah Garron. Berlangsung beberapa menit ke depan, sampai Agatha menarik tangan Anatha dan berakhir sampai disitu.

Garron menarik penutup kepalanya, dan pergi berjalan dengan bergumam, "Sangat lucu."

*****

Selang beberapa saat setelah duduk di kereta kuda, mereka tiba dengan lancar, dan memasuki kerajaan banyak pertanyaan yang disiapkan, seperti nya hanya pikiran Anatha.

Agatha memilih kembali ke kamar terlebih dahulu, untuk membersihkan diri dan tidur, ia sangat kelelahan. Sedangkan Anatha memilih menemui sang ayah tanpa mengantar laporan apapun, karena buku itu masih di simpan Agatha.

"Permisi...., ayah" ucap Anatha dari pintu luar.

Mendengar anaknya memanggil sang ayah mengizikan masuk, tapi ia melihat tangan kosong yang dibawa masuk, "Bagaimana dengan hari ini? apa semua selesai dengan baik?"

"Tidak, seharian kami terjebak masalah, hanya masalah sepele bukan hal yang besar."

"Masalah? jelaskan apa yang terlibat dengan kalian."

Anatha mendapati sang ayah yang menatap serius, kedua bola mata miliknya menatap Anatha dengan sangat dalam bahkan memilih berhenti menulis dan memperhatikannya.

Perasaan yang canggung dan gugup Anatha menjawab, "Tidak ayah, itu bukan masalah yang besar, hanya rasa penasaran ku yang lebih besar, banyak hal yang harus ku pertanyakan. Apa ayah bersedia menjawab nya?"

"Perasaan macam apa ini?" gumam sang ayah.

Dengan wajah yang ragu akan pertanyaan anaknya ia terpaksa menjawab dengan senyuman, "Tentu saja, katakan hal yang ingin kamu ketahui, ayah akan menjawabnya."