webnovel

Fire Twins

Dewa telah meninggalkan dunia. Kekaisaran Oblitus penguasa benua runtuh dan seluruh benua dibawa ke dalam kehancuran. Kejahatan bukanlah hal yang baru. Nyawa bukanlah barang berharga. Kedamaian hanyalah impian naif. Kelaparan dan kemiskinan menguasai benua.Bertarung atau mati, membunuh atau dibunuh, tak ada orang yang bisa dipercaya. Frans anak yang dianggap jenius, putra seorang pahlawan ,dengan keluarga yang lengkap dan bahagia bertahan sebagai seorang bangsawan perbatasan ditengah runtuhnya kerajaan dan invansi kedua kekaisaran. Meskipun begitu, "Haaa, apakah aku sebaiknya jatuh kesandung dan pura-pura lupa ingatan saja ya?". Kembarannya terlalu emosional, Ayahnya seorang pahlawan tapi selalu pesimis, hanya ibunya saja yang bisa dia percaya. Semua mengandalkannya sebagai 'jenius' tapi dia tak menyukainya. Perjalanan panjang tentang arti sebuah cinta,keluarga dan kekuatan menantinya.

Anthest_48 · Fantasy
Not enough ratings
18 Chs

Ibu dan Saudara Laki-Laki

'Hmm'

Edwin terus terdiam dari tadi,hal itu sangat tidak biasa.

Meskipun Frans sudah menduga alasan kenapa saudaranya diam, ia tetap tak bisa memahaminya.

Umur mereka baru 13 tahun secara fisik mereka akan kalah dengan orang dewasa,jadi mengapa saudaranya berlari ke daerah berbahaya karena orang yang ia cintai ada di sana? Mengapa?

Bagi Frans, sebuah hal bodoh mengira bahwa seseorang akan memiliki kekuatan pahlawan ketika berusaha menolong orang yang mereka cintai.

Bakat dan berkah dewa adalah faktor pendorong sesorang bisa menjadi pahlawan. Frans melihat bahwa tugas seorang pemimpin menempatkan seseorang sesuai dengan kemampuan/bakat mereka.

Oleh karena itu ia tahu betul apa yang tidak bisa dia lakukan dan mempercayakan kekuranganya untuk ditutupi oleh orang lain.

Perasaan adalah hal yang mendorong seorang pemimpin untuk bertahan dan mengendalikan diri.

Baginya perasaan adalah sebuah hal yang harus dimiliki setiap pemimpin,namun perasaan bukanlah segalanya ketika memimpin.Karena perasaan itu membutakan. Tapi tindakan Edwin semenjak dari hutan tadi sungguh mengherankan bagi Frans.

'Aku tidak akan melakukan hal segila itu…tapi apakah aku tidak akan melakukan itu jika aku jadi Edwin?…tidak, aku juga akan melakukanya jika yang mengalami masalah bukan Tina tetapi Ibuku… Hmm aku cukup paham jika kondisinya diubah seperti itu'

Frans dan Edwin bersama dua prajurit sampai di lokasi dimana kuda-kuda pasukan paman di tinggalkan. Segera setelah itu Frans dan Edwin masing-masing menunggangi kuda bersama kedua prajurit.

Karena Frans dan Edwin belum bisa mengunggangi kuda, Frans dan Edwin masing-masing duduk di depan prajurit yang mengantar mereka.Kedua kuda bergerak cepat melintasi jalur hutan menuju kastil.

+++

"Kemana mereka pergi?"

Seorang wanita memakai gaun merah serupa dengan warna matanya. Rambut kuningnya yang digulung.

Wajahnya yang seperti berumur 30 tahun namun wajahnya itu masih dapat memikat hati semua pria . Ia berdiri diatas gerbang benteng kayu yang meilindungi kastil.

Kastil Frontiera yang berdiri di tengah Hutan Kapersus tergolong besar, dibangun di atas bukit dan dilindungi oleh dua lapis benteng, dinding terluar adalah dinding kayu dan dinding yang terdalam adalah sebuah benteng batu yang tebal.

Sebuah aliran sungai mengalir di belakang kastil dan terlihat sungai buatan dibangun mengitari dinding terluar kastil. Siapapun bisa tahu bahwa kastil sekuat ini membutuhkan waktu lama untuk di bangun.

Menyerang kastil seperti ini bisa dikatakan mustahil tanpa mengorbakan banyak prajurit. Namun kastil ini pernah jatuh ketangan musuh selama perang pertama kerajaan melawan kekaisaran.

Bangsawan yang menguasai kastil megkhianati kerajaan dan menyerahkan kastil tanpa perlawanan. Akibatnya kerajaan mengalami kerugian besar untuk bisa mengambil kastil ini kembali.

Meskipun dilindungi oleh kastil yang kokoh ,wanita tersebut menatap ke arah jalur hutan dengan penuh rasa khawatir.

Ia melihat beberapa penduduk bersama barang-barang mereka berjalan memasuki benteng kastil tetapi tidak satupun dari mereka adalah kedua putranya.

Jhosepin Lancaster adalah istri baron Lancaster. Dia adalah seorang rakyat jelata yang menjadi bangswan setelah menikahi suaminya. Pernikahan atas dasar cinta yang penuh kesetiaan.

Cinta mereka mebuahkan dua anak kembar yang merupakan tanda keberuntungan. Meskipun mereka bukan kembar perempuan seperti yang ramalan katakan tentang kedatangan 'Saint'. Kehadiran mereka adalah hal yang paling berharga di kehidupan wanita ini.

"Ed,semoga kau juga baik baik saja."

Suaminya adalah seorang pahlawan perang melawan kekaisaran sebelumnya, jadi khawatir adalah hal yang tidak perlu,tetapi sebagai seorang istri yang tak bisa berbuat banyak,hanya doa kepada Dewa Agung yang bisa dia lakukan.

"Tentu saja madam, saya yakin kedua tuan muda dan tuan baron akan baik-baik saja"

Seorang wanita berpakaian sederhana yang berusaha menenangkan nyonya Lancaster adalah pelaya pribadinya.

"Ana, bukankah kau juga punya seorang putri di desa dekat perbatasan?"

Pelayan tersebut memiliki suami dan anak yang tinggal di desa perbatasan menggarap lahan pertanian.

Tinggal di perbatasan sama aja dekat dengan malaikat maut, kau tidak tahu kapan musuh menyerang dan mereka akan menjadi target pertama penyerangan.

'aku pernah menawarkan agar putrinya ikut tinggal bersamanya di kastil,setidaknya putriya akan aman,tapi aku masih tak mengerti kenapa ia menolak ia hanya beralasan bahwa putrinya tidak akan mau tapi itu tidak masuk akal.'

"… saya yakin putri saya Tina akan baik-baik saja madam, saya yakin ia akan kemari bersama suami saya "

Melihat rasa yakin dari pelayannya membuat nyonya Lancaster menjadi lebih tenang. Ia pernah pergi ke desa perbatasan bersama suaminya dan kedua anaknya, di sana mereka bertemu keluarga Ana.

Umur Tina tidak telalu jauh dengan putra-putranya dan salah satu anaknya mulai lebih akrab dengan Tina sejak saat itu.

'Haaah,kenapa aku merasa tidak tenang ketika mengingat Edwin,perilakunya memang seperti seharusnya untuk anak seumurannya, apakah ini karena aku terlalu nyaman dengan Frans yang lebih dewasa daripada umur aslinya?'

Ia kemudian teringat kejadian saat Edwin menolong Tina yang tenggelam di kolam dekat desa, padahal dia masih belum bisa berenang.

'Oh Dewa, semoga anak nekatku baik-baik saja.'