webnovel

2 Elena Charlotte

Anak kecil itu terbaring meratapi nasib dan takdirnya. Takdir yang amat sangat mengerikan, dan takdir yang sudah ditentukan lama sebelum kita lahir. Anak itu hanya bisa terbaring, menunggu seseorang mengulurkan tangan untuknya, mengulurkan tangan untuk tubuh kecilnya. Walaupun hal itu terlihat seakan mustahil untuk terjadi, tetapi dia tidak pernah berhenti berharap.

Sekali lagi, aku terbaring di satu sudut dari gang kecil ditengah-tengah kota yang ramai, yang kupakai untuk tempat bersembunyi. Tempat itu kotor dan hanya terdapat sebuah kardus kecil yang menemaniku. Dengan tubuh kecilku, ku berusaha menahan dinginnya udara malam, dan jalanan yang membuat tubuhku menggigil.

Manusia adalah makhluk sosial yang diciptakan untuk bersosialisasi dengan sekitarnya. Seorang manusia dianggap bukanlah lagi dirinya jika dia gagal untuk bersosialisasi. Dibuang, disingkirkan, dan dikucilkan, dan itulah yang kualami saat ini.

"jadilah kuat dan kau akan mendapatkan segalanya" itulah kata-kata yang selalu kudengar saat ku kecil, dan dengan ingatan yang samar-samar, aku terus mencoba menjalani hidupku ini.

Aku hanyalah seorang manusia biasa yang lemah, dan tak bisa berbuat apa-apa. Semua yang kulakukan, dan yang kujalani, kuserahkan semuanya pada takdirku yang menyedihkan, walaupun kutahu, bahwa takdirku merupakan sebuah mimpi buruk bagi diriku.

"haaah~... kukeluarkan semua keluhan yang kusimpan sejak tadi.

Keluhan yang selalu kulontarkan di setiap hari yang aku jalani, seakan sudah menjadi kegiatan rutinitasku. Keluhan ini, selalu menemani disepinya tempat persembunyianku.

"CHAARLOOTTEE, DIMANA KAU!!!" teriak seorang pria paruh baya bertubuh kekar dan berjenggot lebat.

Aku hanya bisa bersembunyi di pojokan gang. Gang kecil yang harusnya tidak bisa ia lewati dengan tubuh besarnya. Gang itu kira-kira hanya selebar bahu anak kecil saja. sebenarnya jika kalian menyebutnya celah, itu juga tidak salah, karna lebarnya kurang lebih hanya 30 cm -tolong jangan dibayangkan.

"akkh dia datang. Apa yang harus kulakukan?" gumamku.

Namaku Elena, Elena Charlotte. Aku lahir dari pasangan yang bisa dibilang biasa-biasa saja. Aku kabur dari bossku -orang yang tadi memanggilku Charlotte. Aku bekerja di sebuah bar kecil ditengah kota. Bar itu sangat ramai setiap hari. Mulai dari remaja sampai yang tua, bahkan aku sering melihat pasukan atau penjaga istana sedang mengisi waktu luangnya di bar itu. Aku bekerja sebagai pengantar makanan dan minuman disana.

Bar itu merupakan bar yang terkenal di kerajaan ini, kerajaan Victoria. Kau bisa melihat dan bertemu dengan segala macam ras dan manusia di bar itu. Bahkan, karena sangat terkenalnya dan ramainya bar ini, pernah ada rumor bahwa "bar ini tidak akan kehabisan satu pelanggan pun, karena bar ini menerima semua pelanggan, bahkan seorang pembunuh dan perampokpun datang ke bar ini hanya untuk minum. Karena hanya di bar ini lah mereka dapat minum, menikmati hasil jerih payah mereka tanpa menyembunyikan identitasnya" Itulah yang sering kudengar.

"1...2...3 haah~.. hanya tiga koin emas. Beli makanan apaan ya? ucapku.

Di kerajaan Victoria sistem pembayarannya menggunakan koin. Terdapat dua koin di kerajaan ini. Koin emas dan perak. satu koin emas dapat ditukar dengan sepuluh koin perak. Barang-barang atau makanan di kerajaan ini sangat mahal, sepotong roti saja bisa bernilai 1 koin emas. Penginapan di kerajaan Victoria terkenal dengan kualitasnya dan tentunya dengan harga yang super mahal, permalam bisa sampai 100 koin emas.

Oh iya, ada satu lagi koin yang dapat digunakan di kota Victoria ini. Koin pla-platinum, ya koin platinum. Koin ini sangat diistimewakan di kota ini. Jarang sekali orang kalangan biasa yang memiliki koin ini, atau harus kuakui mungkin tidak ada. Koin ini hanya dimiliki oleh bangsawan kelas atas, dan digunakannyapun dalam perdagangan yang berkelas.

Bahkan hanya jika kau mempunyai koin ini dan membawanya berkeliling kota, mungkin orang-orang akan mengiramu seseorang yang besar, dan berpengaruh bagi kota ini, dan kau akan merasa seperti artis pada waktu itu. Yaa mau bagaimana lagi, satu koin platinum, mungkin setara dengan sepuluh ribu koin emas, atau bahkan lebih, tapi setauku tidak mungkin kurang dari sepuluh ribu.

Baik itu harga makanan, minuman, dan tempat tinggal sangat tidak sepadan untuk gaji yang diterapkan dikota ini. Bukan diterapkan sih, tapi sudah terbiasa. Dikota ini para pekerja di nilai sangat rendah, apalagi pekerja dari kalangan bawah. Jadi tidak heran jika orang-orang di sini banyak yang tidak terurus, ditambah dengan korupsi, dan juga penggelapan pajak. Yang kaya akan tetap kaya dan yang miskin akan tetap miskin, seperti itulah hukum di kerajajan ini.

Tapi aku percaya, pasti ada orang yang baik dinegeri ini. Orang yang akan memandang kami seperti manusia.

"dua roti dan semangkuk bubur..gak papalah, daripada pulang tidak membawa apa-apa."

Dengan membelikan semua itu uangku langsung habis tanpa sisa.

Setelah membeli makanan yang dapat kumakan, aku segera berlari ke rumahku agar bosku tidak dapat menangkapku. Oh iya, mungkin kalian akan bertanya mengapa aku sampai dimarahi oleh bossku tadi. Baiklah akan ku jawab.

Yang menjadi masalah utama adalah, aku adalah orang yang teledor, intinya setiap kali aku melakukan perkerjaan atau aktifitas, pasti ada saja kesalahan yang selalu mendampingiku. Waktu itu aku menumpahkan tiga porsi makanan dari menu spesial yang ada di bar kami, dan menumpahkannya tepat di kepala pelanggan tetap kami, pelanggan yang kami anggap lebih istimewa dari yang lain. Pasti semua orang akan marah kepadaku, tidak terkecuali bosku.

"besok...cari pekerjaan baru lagi kali ya?".

Aku berjalan sendiri dengan membawa kantung makanan didekapanku. Kuterus melamun melihat jalanan didepanku, jalanan yang gelap. Seketika, aku sadar bahwa pada waktu itu air hujan mulai menetesi kepalaku.

Akupun berlari pulang dengan makanan yang baru saja kubeli yang kudekapkan di pelukanku, mencegah agar rintik-rintik hujan tidak membasahinya. Oh iya, jalan yang biasa kulalui adalah jalan setapak yang cukup panjang dan berkelok-kelok layaknya labirin. Aku mengambil rute belakang, hal itu kulakukan hanyalah untuk menghindarkan diriku dari keramaian kota.

Setelah benar-benar keluar dari kerumunan banyak orang, dan keluar dari kebisingan kota Victoria, aku sampai tepat di kediamanku. Tempat yang sepi, sunyi, dan kosong, itulah yang menggambarkan betapa indahnya kediamanku, tempat tinggalku.

Tok tok tok

"Aku pulang~"

Aku tinggal digudang bekas, yang bisa dibilang cukup luas jika hanya ditempati untuk dua orang saja, gudang yang dulunya digunakan untuk menyimpan bahan-bahan makanan. Karena gudang ini

tidak digunakan, akhirnya aku membeli gudang ini dengan susah payah.

Aku tinggal bersama adikku. Ibu ku sudah meninggal dan Aku tidak tahu apa-apa tentang ayahku, entah dia masih hidup atau sudah mengunjungi ibuku di akhirat sana, bagaimana pun juga aku tidak tahu. Yang aku tahu sekarang aku hanya memiliki satu adik, adik perempuan yang lucu dan menggemaskan.

*kreek. Suara pintu terbuka dari dalam, diikuti dengan munculnya seorang anak perempuan yang lucu dan tampak energik.

"ah, kakak rupanya. Selamat datang kak~. apa kakak membawa makanan?" tanyanya dengan senyum besarnya yang manis.

Senyuman yang biasa kulihat, senyuman yang dapat meredakan semua masalah yang telah aku alami, terutama masalah dunia. Senyumannya tidak berubah dari dulu, dan aku tidak akan membiarkan senyuman itu berubah. Aku janji itu.

"tentu saja, tapi... hanya ini yang bisa kakak bawa untukmu?" kataku sambil melihatkan isi kantung yang berada di tanganku.

Mau bagaimana lagi? Bayangkan saja, kalian mempunyai seorang adik yang menunggu kalian dirumah, dan adikmu juga menunggu kedatanganmu dengan bawaan, atau makanan yang bisa ia nikmati, sedangkan kau hanya membawa roti dan bubur yang rasanya hambar dan tidak seenak dipikirannya. Intinya makanan yang kau bawa, hanyalah makanan untuk penunda lapar, bukan makanan yang dapat mengenyangkan apalagi dinikmati. Aku siap dengan apa yang akan dikatakan oleh adikku kepadaku. Tapi satu hal yang perlu kalian ketahui, adikku bukanlah adik biasa, dia...

"apa maksud kakak? Selama itu berasal dari kerja keras kakak , aku akan senang kak. Walaupun hanya sepotong roti ataupun sebutir nasi. Tenang saja kak." Ujarnya .

Sudah kubilangkan kalau aku mempunyai adik yang lucu dan juga menggemaskan. Oh iya dan satu lagi dia sangat baik, bukan baik sih, tapi lebih ke sikapnya yang dewasa.

Emma, Emma Victoria, itu adalah namanya, lebih tepatnya itu nama adikku. Dia lebih suka dipanggil Emma, menurutnya Victoria itu terlalu bagus untuknya, alasan yang aneh bukan?

Dia berumur sepuluh tahun, berbeda tujuh tahun denganku. Selama hidupnya dia hanya berada di sekitar rumah saja, dia tidak sekolah, dan lagi-lagi itu juga salahku. Tubuh kecil dengan wajah yang imut ditambah rambut merah panjang yang bergelombang yang ia punya, membuatku semakin bersemangat untuk menjalani hidup ini.

Aku ingin sekali membelikan pita rambut kepada adikku, melihat rambutnya yang semakin panjang yang hampir menyentuh pantatnya. berbeda denganku yang hanya mempunyai rambut pirang panjang yang kusut yang selalu kukuncir dan kuikat. Dan yang lebih parahnya lagi, tinggiku. Aku dan adikku yang berbeda tujuh tahun hanya memiliki selisih tiga puluh senti saja! What?!!..

Pintu rumah kututup dan kami mulai menikmati hasil dari jerih payahku, tentu saja setelah aku membersihkan terlebih dahulu segala kotoran yang berada pada diriku. Disaat ku mandi, Emma menyiapkan peralatan untuk makan. Ku lewat pintu belakang untuk menuju sungai yang tepat berada di samping gubuk kami.

Di samping gubuk kami terdapat sungai yang mengalir, dan untungnya sungai itu jernih, jadi ku gunakan saja untuk mandi. Mungkin kalian akan bertanya lagi, mengapa mandi disungai? Yaa.. mau bagaimana lagi, aku tak punya cukup uang dan tenaga yang bisa kugunakan untuk meyewa orang membuatkanku tempat khusus mandi, atau membuatnya sendiripun aku tak bisa. Yang bisa kulakukan hanyalah menikmati yang bisa kunikmati, walaupun dingin~. Masalahnya ditempatku jarang sekali dikunjungi oleh seseorang, jadi aku tak perlu kuatir, lagipula siapa yang mau mengintip gadis sepertiku?

Setelah selesai, ku kembali menuju ke kediamanku, dan disanana adikku sudah menungguku. Sebenarnya yang ia tunggu adalah makanannya. Emma biasanya selalu makan denganku, jadi untuk memulai menyantap makanan dia harus menunggu kehadiranku, tergantung keadaan. Tanpa meja, kami pun mulai menyantap makan yang berada tepat didepan kami.

"kak.. apa kakak pernah dengar tentang pencuri yang berkeliaran di kerajaan ini?" ujar Emma yang sambil menyantap makanannya.

Akhir-akhir ini, banyak sekali berita atau kabar yang membahas tentang pencuri, penyusup atau apalah itu yg berkeliaran dikerajaan ini.

Pencuri itu layaknya kabut malam atau bayangan hitam, kau melihatnya tetapi dilain sisi kau juga tidak melihanya. Jika kau menatap matanya, maka kejadian mutlak selanjutnya adalah, terpisahnya kepala segar dari badanmu yang masih berdiri tegap, melayang diudara layaknya burung yang baru dapat terbang, dan terjatuh sangat keras ketanah. Dan runtutan kejadian itu hanya selang beberapa detik saja. sebenarnya aku mendengar semua itu dari bapak-bapak gosip yang sedang mabuk di bar tempatku bekerja tadi. Dan satu lagi, aku tak menjamin kebenarannya.

"pencuri? Ohh.. kalau kakak mendengar tentang penyusup di kerajaan. Mungkin orangnya sama kali ya?"ujarku dengan memegang roti yang kubeli tadi.

"serem ya kak? Bagaimana kalau pencuri itu kesini?"

Akupun terdiam sejenak, memikirkan jawaban yang terbaik yang akan kuberitahukan kepada adikku, disamping umurnya yang masih kecil.

"kau aneh Emma, mana ada pencuri mencuri kerumah yang tidak layak untuk dicuri? Mungkin dia akan berpikir lagi."

"ya.. tapi kan tetep serem kak."

"sudahlah, kalau berbicara terus nanti buburmu jadi dingin lo!" ujarku yang ingin mengakhiri pembicaraan ini.

Malam itu sangat dingin, tidak seperti biasanya. Angin berhembus masuk melewati jendela-jendela kecil dari gudang yang kami tempati, membuat tulang-tulangku merasakan dinginnya angin malam itu. Aku dan Emma tidur satu ranjang yang beralaskan jerami, dan hanya diselimuti oleh satu kain tipis saja. tentu saja kain itu tidak cukup hangat untuk mengalahkan angin yang bertiup melewati celah-celah jendela yang ada di gudang kami.

Ketika tidurku mulai nyenyak, aku terbangun karena suara dari banyak orang yang sedang berlari dari kejauhan, seperti sekumpulan orang yang mengejar pencuri, ataupun seperti segerombolan serigala mengejar buruannya.

Tiba–tiba terdengar suara asing di dalam tempat tinggal kami. Suara endapan dan langkah kaki yang seharusnya tidak ada. Sudah kubilang bahwa aku dan adikku hanya tinggal berdua dan tidak ada teman ataupun tetangga yang tinggal disekitar gubuk kami.

Aku pun memberanikan diri untuk mengecek ke bawah. Sebenarnya gudang yang kami tempati bertingkat, dulu oleh pemilik gudang ini, lantai bawah biasanya digunakan untuk menyimpan gandum ataupun hasil perkebunan lainnya, dan lantai atas biasanya untuk jerami. Dia meninggalkan beberapa jeraminya disini, dan jerami itu yang biasa kami pakai untuk tidur.

Saat itu sangat gelap, maklum kami tidak punya sistem penerangan, kalau pun ada harus kubuat terlebih dahulu. Aku melirik kekanan dan kekiri tetapi tidak ada siapa-siapa, ya karena gelap sih, jadi aku memang tidak melihat apa-apa, hehehe maaf~

Tanpa aba-aba, dan tanpa peringatan, aku sempat merasa seseorang sedang memegang kedua pundakku, dan kemudian, tiba-tiba tubuh ku terbanting dan akupun hilang kendali, dan ketika ku sadar, aku terlentang dan terbaring di lantai, dan terdapat seseorang yang menahan kedua lenganku.