webnovel

1 PROLOG

Suasana hutan tampak damai dan tenang. Seperti biasanya, langit yang biru tanpa awan. Hembusan angin terasa menyejukkan hati, dan ditambah dengan kicauan burung-burung, menambah kesan indah dan sunyi tempat itu. Ditempat yang agak terbuka, dengan padang rumput yang luas, dan jauh dari keramaian, terdapat sebuah gubuk kecil. Dan digubuk itulah lahirlah seorang anak.

"oooek, oooek" terdengarlah suara teriakan bayi dari dalam rumah, teriakan yang menjadi awal ataupun akhir dari segalanya.

Seketika, larilah pemuda berjenggot tipis yang habis berburu kedalam rumah. Pemuda itu membawa seekor kelinci ditangan kanannya dengan posisi terbalik, merupakan hasil buruan yang ia dapat.

Di dalam sebuah gubuk, diatas tempat tidur yang cukup nyaman, didapati seorang perempuan yang terlihat sangat bahagia. Perempuan itu memeluk erat bayi yang ada di pelukannya dan menangis bahagia karena kehadiran bayi tersebut. Bayi yang sehat dengan mata biru layaknya langit yang biasa ia lihat sehari-hari. Bayi yang akan tumbuh menjadi seorang gadis, yang cantik dan juga anggun.

Dengan datangnya lelaki yang habis berburu itu, sang perempuan pun meneteskan air mata bahagianya seraya memandangnya, memandang lelaki yang tidak lain dan tidak bukan adalah suaminya. Dibukalah mulut perempuan itu dan mulai mengucapkan beberapa kata untuk suami tercintanya.

"Akhirnya Mark."

Perkataan yang singkat, tetapi perkataan itulah yang dapat mewakili kegembiraan yang tak terbendung oleh perempuan itu. Ditambah dengan senyum tulusnya yang ia haturkan kepada suami yang sedang berdiri di sampingnya.

Perempuan dengan rambut coklatnya yang panjang yang dibiarkan terurai, dengan mata Hijaunya layaknya sebuah permata yang menghiasi wajahnya. Dengan digendongnya seorang bayi di pelukannya, dan dengan keringat yang mengucur, dan ekspresi kelelahan yang ia tampilkan, terlihat sekali perjuangannya. Perjuangan yang tidak bisa dibilang main-main, sehingga sekarang dia dipanggil dengan panggilan Ibu.

Sebuah pasangan yang sudah lama menikah, namun tak kunjung diberi sebuah anak, itulah yang terjadi pada mereka selama ini. Namun pada hari ini, pada saat ini, impian dan harapan mereka terkabulkan.

Seperti biasa, langit yang biru tanpa awan, heningnya suasana dan hembusan angin yang menenangkan jiwa. Itu semua selalu menjadi makanan setiap hari bagi orang yang tinggal di tempat tersebut. Tempat yang cukup jauh dari keramaian kota dan pemukiman penduduk lainnya.

Hari demi hari mereka lewati, dan anak itu akan tumbuh seiring waktu berlalu. Tumbuh di negeri yang subur dengan pemimpin yang amat sangat bijak, kata orang. Negeri yang makmur, tanpa kemiskinan dan juga tanpa penderitaan.

Anastasia, ya itulah nama kerajaan dari negeri ini. Anastasia, yang artinya bangkit kembali, dipimpin oleh seorang raja bernama Vladimir Richard. Raja yang gagah, berani dan amat tegas. Semua menghormatinya, menyanjung namanya, dan dijadikan sosok idola bagi banyak orang.

Kedua pasangan itu menikmati setiap detik dari waktu yang tersisa bersama dengan anaknya, dan tentu saja masih ada beban dan kewajiban yang harus mereka lakukan sebagai orang tua.

Hari yang damai dan juga sunyi berakhir dengan suara dari sekumpulan orang yang sedang berjalan dari kejauhan. Orang-orang itu memakai peralatan perang seperti tameng, pedang dan lainnya, diikuti dengan seorang lelaki yang gagah yang menaiki kuda kerajaannya. Entah mengapa raut wajah lelaki itu tampak sangat kesal dan meyeramkan.

Vladimir Richard, orang yang disegani dan juga dihormati dinegri ini sedang memasang wajah yang menakutkan. Wajah yang sangar ditambah dengan kumis dan jenggot merah darahnya, membuatnya layak disandang sebagai orang yang mungkin paling ganas di negeri ini. Dengan mata tajamnya, ia memandang dan melihat gubuk kecil yang berada tepat didepannya, seperti seorang pemburu yang mengincar buruannya.

Didalam gubuk, Mark kaget bukan main, terutama ketika berhadapan dengan masalah atau hal yang selama ini dia dan isterinya hindari.

"ANNA BANGUN, BANGUN ANNA, ANNA!!"Kata Mark sambil membangunkan istrinya.

"Kenapa Mark, apa kau tahu sekarang jam berapa?" jawab perempuan itu yang masih setengah tertidur.

"yaa aku tahu jam berapa, tapi apa kau tahu di luar ada apa?! Ayahmu datang!"

Isterinya yang baru bangun dari tidurnya yang pulas di ranjang yang hanya cukup ditiduri 2 orang saja, kaget sekaget-kagetnya. Dia tak percaya akan secepat ini ayahnya datang.

"APA!?"

"bicaranya nanti saja, bawa anak kita, kita akan pergi."

"pergi lewat mana?"

"lewat pintu depan, ya lewat pintu belakanglah. Gimana sih?" pria itupun makin jengkel terhadap istrinya.

"sebentar aku akan siap-siap." Ujar Anna

Mereka pun bersiap-siap dengan perbekalan yang secukupnya dan pergi menuju hutan, dan tentunya lewat pintu belakang. Mereka berlari dan terus berlari, melewati hutan yang lebat yang berada tepat dibelakang gubuk mereka.

Mark membawa sebuah pedang untuk berjaga-jaga, dan lalu menggandeng istrinya.

Anna terus berlari dengan menggendong anaknya, ia sekejap melihat punggung dari pria yang disukainya itu, punggung seorang lelaki yang selama ini ia kenal, punggung yang sudah mebantunya dan menemaninya selama ini.

Mereka akhirnya sampai disebuah pondok kecil yang berada di tengah hutan. Pondok itu sangat kecil, kumuh, dan ditumbuhi lumut-lumut. Pondok itu semua terbuat dari kayu yang hampir reot dan dimakan rayap. Hanya sepasang obor sebagai penerang yang pondok itu punya. Tepatnya disebelah kiri dan kanan.

"Kenapa kita kesini Mark?" tanya Anna kepada suaminya, terlihat dari ekspresi bingung yang Anna tampilkan sekarang.

"Dengar Anna, aku mengenal seorang penyihir hebat yang mungkin dapat membantu kita"ujar Mark.

"Mungkin? Apakah penyihir itu dapat dipercaya?"

Kata mungkin yang dikatakan oleh suaminya, sudah menjadi sebuah pertanyaan besar bagi isterinya, ditambah ia membawanya ketempat yang misterius itu. Seram, adalah kata yang dapat menyimpulkan keadaan gubuk itu, dan juga apapun yang berada disekelilingnya.

"aku juga tidak tahu, tapi kita tidak punya pilihan lagi. Apa kau mau terus-terusan lari seperti ini Anna?"

"Apa yang akan kau lakukan Mark? Mengapa penyihir itu rela membantu kita? Apa yang kau pertaruhkan?" ujar Anna yang sambil menggendong anaknya.

Sebuah permintaan akan tercapai apabila ada sebuah imbalan yang mengikutinya, semua orang tahu akan masalah ini. Apalagi mendapat bantuan dari seorang penyihir, yang katanya sudah lama punah dan hampir tidak diketahui keberadaannya.

"Ketika di bar aku mendengar cerita tentang penyihir hebat di hutan ini, aku lalu pergi kesini dan aku berbincang dengan penyihir itu, dan dia bilang dia bisa sihir, seperti memindahkan orang, te-teleport-apalah itu". Jelas Pria yang bernama Mark kepada isterinya.

"Aku tidak tahu pasti sihir apa itu karena selama ini aku memang buruk kalau berbicara tentang sihir.Tapi aku telah memintanya mengirimkan kau dan anak kita ke tempat yang jauh dari kerajaan ini." Sambung Mark.

"soal harga dan bayarannya ...maafkan aku Anna, aku tidak bisa mengatakannya karena, tidak akan memberitahukan hal ini kepada orang lain sebelum waktunya, itu termasuk harga yang nenek itu berikan. Dan terlebih lagi aku sudah berjanji dengan darahku."

*kreeek

Terdengarlah suara pintu gubuk terbuka, diikuti dengan nenek-nenek berambut putih dengan kalung dan hiasan dari tulang dan gigi binatang. Nenek itu pendek ditambah lagi dia agak bungkuk, persis seperti kurcaci. Dia berjalan memakai tongkat yang terbuat dari kayu dan juga ranting-ranting pohon yang dihiasi dengan bunga-bunga yang baunya sangat menyengat.

"Oh Mark aku tak percaya kau benar-benar datang" ujar nenek itu.

"Maaf mengganggu pagimu nek, ini istriku dan anakku yang aku ceritakan kemarin." Ujar Mark yang sambil mengenalkan istri dan anaknya ke nenek itu.

"Pagi nek"

"Pagi, Kau Anna ya?, kau cantik seperti yang diceritakan Mark, dan anakmu lucu. Kau tidak ada waktu lagi ya, baiklah aku akan menyiapkannya untukmu Mark, tapi ini akan memakan banyak waktu" ujar nenek itu sambil masuk kedalam rumah.

Penyihir di kerajaan Anastasia memanglah langka, sampai-sampai ada rumor bahwa kelangkaan tersebut diakibatkan karena perburuan penyihir. Para penyihir dibunuh dengan satu tuduhan yang sama, yaitu hilangnya anak-anak di kota tersebut. Padahal kabar burung hanyalah kabar burung, belum tentu benar dan hanya meresahkan banyak orang, terutama bagi para penyihir.

"Anna, lebih baik kau masuk sekarang" suruh Mark kepada Anna

"Haaah!!? Lalu bagaimana denganmu Mark?"

"Aku akan memancing orang-orang itu dan menjauh dari sini."

"lalu, kau meninggalkan kami begitu saja?!" ujar Anna.

Dengan dipegangnya lengan baju Mark, Anna berusaha mengajak suaminya untuk ikut bersama mereka, dan memasuki gubuk nenek tua itu.

"kau juga harus ikut dengan kami Mark, Pliss~"

Anna sudah tahu kemana arah pembicaraan ini, dan karena itulah, matanya, mata indahnya sudah hampir ingin mengeluarkan cairan kesedihan miliknya.

"Anna dengar, kalau seperti ini terus, kita akan tertangkap dan tidak bisa melarikan diri lagi, anak kita akan diambil dan kita akan menyesal nanti." Ujar Mark meyakinkan isterinya

"ya aku tahu, aku tahu itu, yang aku tanyakan bagaimana jika kau tertangkap? Kau akan di hukum mati, itu yang dijanjikan oleh ayahku."

"Sebenarnya aku tidak ingin mengucapkan ini, mungkin tugasku sebagai ayah cukup sampai disini, sebenarnya aku ingin melihat anak kita beranjak dewasa, tapi jika aku tetap diam saja, tidak akan ada yang selamat. Oleh karena itu cukup kau dan anak kita saja yang selamat."

"tolong Mark, jangan lakukan ini padaku." Anna terus memohon kepada suaminya, agar dia ikut pergi dengannya dan anaknya.

Dengan nafas beratnya, dan dengan suara yang menunjukkan bahwa lelaki itu kesakitan didalam hatinya, dia memegang kedua pundak isterinya dengan tangan berisi yang ia punya dan mulai melanjutkan perkataannya tadi kepada isterinya, perkataan yang mungkin menjadi sebuah inti dari semua percakapan mereka selama ini.

"Maaf Anna, aku serahkan anak kita padamu, makanannya, kebutuhannya, dan semuanya aku serahkan padamu. Seharusnya aku tidak mengatakan semua ini dan aku juga tidak mau mengatakan semua ini, seakan aku memberikan tugas yang sangat amat besar padamu. Aku minta maaf Anna, karena tidak bisa membantumu mengurus anak kita." Ujar Mark dengan raut muka yang sangat menyesal.

Raut muka yang sangat-sangat menyesal yang ia tunjukkan kepada isterinya, merupakan raut muka yang akan menjadi pertama dan terakhir kalinya yang pria itu perlihatkan.

Suara orang berlari semakin terdengar, yang artinya pasukan atau orang-orang itu sudah semakin dekat. Dan itu menjadi sebuah peringatan dan sebagai alarm bagi Mark untuk menguji kekuatannya.

"aku harus pergi sekarang." ujar Mark.

Tanpa kata, Anna hanya dapat mendengarkan perkataan dari suaminya. Dan dengan berat hati, dia harus bergabung dengan rencana suaminya, walaupun itu adalah hal yang sangat pedih bagi sebuah keluarga.

"ya, lakukan sesukamu, itu yang sering kau lakukan. Kau selalu menolong orang tetapi kau tidak memikirkan apa yang akan terjadi padamu nantinya. Kau tidak banyak berubah ya Mark?. Tapi karna sikapmu itulah kau bisa membuatku jatuh cinta padamu."

Anna melapangkan dadanya, dan mulai merelakan kepergian suaminya, degan kata-kata yang khas dan familiar bagi Mark.

"Jangan kalah Mark, aku tidak akan memaafkanmu kalau kau kalah. Anak ini yang akan menjadi saksinya Mark" Kata Anna sambil menahan air matanya.

"apa yang kau katakan? Aku memang buruk soal sihir, tapi kalau soal pedang lebih baik kau bawakan sepuluh harimau untuk menjatuhkanku" ujar Mark sambil mengeluarkan pedangnya.

"Mark!! Aku ada permintaan untukmu." Pinta Anna kepada Mark.

"ada apa Anna?"

Anna pun mengambil nafas panjangnya dan mengeluarkannya kembali, selang beberapa lama, kemudian diapun mengatakan permintaannya tersebut.

"Sebut namaku Mark, nama asliku, nama yang sudah lama kubuang, dan nama yang kau suka."

Pria itu pun terdiam, diam tanpa kata. Setetes demi setetes, air mata pria tersebut keluar dan mulai terjatuh, dan membuat suasana disana sangat damai, amat sangat damai. Pria itu pun kemudian mulai menggerakkan bibirnya, mulutnya, dan lidahnya, dan mengabulkan permintaan istrinya.

.....

suara angin berhembus menyamarkan segala suara yang ada, dan yang terdengar hanyalah hembusan dari suara angin itu sendiri. Tetapi, jawaban yang diminta Anna sudah tersampaikan.

"terima kasih Mark. Dah Mark" salam Anna.

"selamat tinggal Elena" salam Mark kepada anaknya sembari ia mencium keningnya.

"aku sangat sayang pada mu Anna, jaga diri kalian baik-baik"

"kau tahu aku juga sayang padamu Mark."

Pada saat itu, tanpa ada tangisan, mereka tersenyum bahagia, memperlihatkan keharmonisan dari sebuah keluarga.

Lalu Mark membawa pedangnya dan berlari menuju orang-orang yang mengejar mereka dan memancingnya menjauhi gubuk, memberi waktu kepada nenek tua dan Anna untuk menyelesaikannya. Anna dan anaknya pun, masuk setelah diberi kabar dari nenek tua pemilik gubuk tersebut bahwa persiapannya sudah selesai.