webnovel

FAJAR

Bernama lengkap Zella Anurtika. Seorang gadis remaja yang hidupnya mulai berubah semenjak menjadi pacarnya Fajar Virennt Narendra. Sepanjang hubungan mereka berjalan, tidak ada satu haripun yang membuat Zella senang. Fajar terlalu dingin untuk digenggam dan terlalu jauh untuk digapai. Disisi lain ada Fajar Dirmasukma Septian yang terjebak friendzone selama 2 tahun dengan Zella. Meskipun begitu, Dirma memiliki pacar yang bernama lengkap Maura Vergina Putri. Akankah kehidupan Zella masih baik-baik saja selama ia masih berpacaran dengan Fajar? Ataukah mereka akan kandas saat mengetahui rahasia terbesar Zella ada pada Fajar?

Sankhaa · Teen
Not enough ratings
10 Chs

9. MASA LALU YANG KEMBALI

Siang itu Pak Gunawan mengadakan praktek basket di lapangan. Zella nampak kelelahan setelah berhasil memasukan bola ke dalam ring. Lantas ia segera menepi untuk mengatur deru napasnya.

Pak Gunawan menutup buku daftar nilai seraya mengucapkan kalimat penutup pelajaran. Lantas seluruh murid berjalan kembali ke kelas untuk berganti pakaian.

Zella pun kembali beranjak dari duduknya dan melangkah lemas menuju kelas. Namun ia berhenti kala tidak sengaja melihat seorang cowok yang berjalan santai menuju ke area belakang sekolah.

Tanpa berpikir panjang lagi, ia segera memanggil cowok itu, "Fajar!"

Fajar reflek menoleh. Wajahnya datar seperti biasanya tapi tidak dengan tatapannya. Sorot matanya sangat teduh.

Melihat sorot mata itu membuat darahnya berdesir dan ya, cukup lama Zella tidak melihat tatapan seperti itu.

"Kamu baik-baik aja, 'kan?" tanya Zella seraya menyunggingkan senyuman terbaiknya. Ia ingat hal yang paling disukai oleh Fajar adalah senyumannya.

"Biasa aja." jawab Fajar cepat.

"Soal semalam...." ujar Zella dengan gumaman bingung dan ragu.

Fajar menghela napas pelan. Tidak heran memang memiliki pacar seperti Zella. Dia itu cewek. Pasti selalu menggunakan hati dalam menyelesaikan sebuah masalah. Sedangkan Fajar itu cowok. Apapun itu pasti otaknya dulu yang dipakai. Masalah hati itu urusan terakhir.

"Nggak usah inget kejadian yang tadi, udah berlalu juga, 'kan?" jawab Fajar seraya mengelus puncak kepala Zella lembut.

Zella terkesima mendapat perlakuan langka itu dari Fajar. Ia berpikir kalau saat ini dirinya sedang bermimpi. Namun itu nyata! Dan apalagi? Ucapannya itu. Tentu ingatannya masih tajam. Fajar pernah mengatakan kalimat itu lewat pesan singkat beberapa hari lalu.

"Kadang aku nggak paham sama isi pikiranmu. Hobi banget bikin orang lain heran."

Sudut bibir Fajar tertarik ke atas. Ucapan Zella seolah-olah sebuah candaan belaka.

"Itu artinya mereka peduli sama gue. Heran berubah menjadi penasaran. Biar mereka penasaran sama hidup gue."

Zella menghempaskan telapak tangan Fajar diatas kepalanya.

"Harus begitu ya? Aku sih nggak mau penasaran sama kamu. Soalnya aku udah tahu semua tentang kamu."

Fajar menaikan sebelah alisnya, "Sok tahu lo."

Zella memberengut. Lantas ia mencubit lengan Fajar sampai membuat cowok itu meraung kesakitan.

"Gila anak mami galak banget oi!"

Zella tertawa renyah mendengarnya. Hal paling membahagiakan ya ini, kalau Fajar berubah menjadi cowok yang friendly. Karena saat itu Fajar tidak akan mengeluarkan kata-kata pedas yang pastinya akan membuat Zella tersakiti.

Tanpa berpikir lagi, Zella langsung memeluk Fajar seerat mungkin. Menghirup aroma maskulin yang selalu menjadi candu baginya. Karena bagaimanapun juga, Fajar itu bukan tipikal cowok yang mudah didapatkan.

Cowok dingin ini konon katanya hampir tidak pernah mau di sentuh oleh cewek manapun sebelum mengenal Zella. Zella tahu itu semua dari Dirma yang sudah lama mengenal siapa Fajar sebenarnya.

Zella mendongak menatap wajah tampan cowok ini, "Jarang banget kamu kayak gini sama aku."

"Anggap aja ini bentuk permintaan maaf karena semalam gue marah besar sama lo."

Zella melepaskan pelukannya, beralih menggenggam erat tangan Fajar yang nampak putih bersih. Ya, Fajar selalu menjaga kebersihan tubuhnya. Itulah mengapa sampai kapanpun, Zella tidak pernah bisa membenci cowok itu.

"Terus, keadaan Naya bagaimana?"

Ingatannya langsung tertuju pada Naya. Zella penasaran dengan keadaan gadis itu. Bukan hanya Fajar saja yang menyayangi gadis kecil itu tapi Zella juga. Semenjak pertama kali melihat Naya di rumah--bertepatan dengan Fajar menyatakan cintanya--Zella mulai menyukai gadis berambut keriting itu. Sangat lucu dan manis.

"Dia udah rebahan di kamarnya. Lagi pula luka ringan meskipun kalau berjalan pincang."

"Kamu harus tanggung jawab. Dia kecelakaan juga gara-gara mencari kamu." cibir Zella.

"Salah dia sendiri nggak hati-hati. Gue, 'kan nggak bikin dia celaka, La."

Benar juga! Berdebat dengan Fajar tidak akan ada selesainya. Dia memiliki kalimatnya sendiri untuk melumpuhkan lawan bicaranya. Terkecuali dengan Ayahnya. Fajar berpikir berkali-kali jika harus berdebat dengan Pak Dani.

"Lo masuk kelas gih. Gue mau nongkrong sebentar."

Zella mengangguk, tidak lupa juga dengan senyuman yang masih ia pertahankan.

"Senyumannya di pending dulu, La." ujar Fajar memandang Zella datar, "Takut mati gue." lanjutnya.

Sekali lagi Zella mencubit lengan Fajar. Fajar meraung meminta ampun. Panas sudah lengannya saat ini. Seperti habis dibakar sampai membuat bekas kemerahan di lengannya.

Zella hanya terkekeh melihat betapa menyedihkan pacarnya sekarang. Wajah yang memerah menahan kesakitan itu menjadi kebahagiaan tersendiri untuk Zella.

Kejam? Yasudahlah.

Benar apa kata orang. Bahagia itu sederhana. Dan sesederhana itu Fajar mengembalikan cintanya.

Setelah Fajar mengucapkan pamit, Zella pun melangkah menuju kelas. Beberapa menit lagi pergantian pelajaran. Zella segera pergi ke kamar mandi untuk mengganti pakaian olahraga dengan seragam osis.

Sesampainya di kelas, Zella melihat Dirma sedang duduk terpekur di bangku sembari memainkan ponsel. Lalu ia tak sengaja melihat ada lebam dibagian pelipis dan sudut bibirnya.

Saat ada yang bertanya padanya perihal itu, dengan santainya Dirma menjawab, "Habis di tinju maling."

Lantas Zella melangkah menghampiri bangku cowok itu. Sadar akan kedatangan dirinya, Dirma mengalihkan tatapannya ke segala arah.

"Dirma." panggil Zella.

"Egar, yok nongkrong!" teriak Dirma dengan menghiraukan panggilan dari Zella.

"Gue ikut, Dir." seru cowok lainnya yang bernama Alfan dan diikuti oleh beberapa cowok di kelas ini.

Zella cukup terperangah dengan sikap Dirma barusan. Perubahan Dirma membuatnya heran sekaligus bingung dan bertanya-tanya apakah ia memiliki salah padanya sehingga Dirma tidak memperdulikan keberadaannya?

"Sakit banget duh hatiku."

Zella menoleh saat mendengar suara Siska dari belakang tubuhnya. Cewek sekelasnya itu tersenyum miring kemudian menatap Zella sekilas.

"Kok ada ya jenis manusia kayak lo, Zel? Lo mungkin penduduk planet lain kali ya. Soalnya kelakuan lo itu bikin mata gue perih sumpah." ujar Siska diikuti gelak tawa dari kedua temannya yang selalu setia dibelakangnya.

Zella menghiraukan apa yang diucapkan oleh Siska. Baginya itu tidak penting sama sekali.

"Gue heran sama lo, Zel, heran banget sumpah." ujar Siska lagi dengan penekanan di setiap katanya.

"Pacarannya sama Fajar, tapi kebersamaannya sama Dirma. Apa lo waras?"

Zella menghela napas berat. Entah kenapa ada saja orang yang membuat moodnya hancur. Padahal sebelumnya ia merasa baik-baik saja setelah bercanda bersama Fajar.

Melihat lawan bicaranya hanya diam saja membuat Siska geram. Lantas ia menggebrak meja hingga membuat perhatian sekelas teralih padanya.

"Cewek murahan kayak lo seharusnya nggak ada di kelas ini! Pantas nggak dapet temen! Sekalinya dapet temen malah ngerusak hubungan orang! Lo itu sampah!!"

Zella mengulas senyum tipis seraya menepuk bahu Siska dua kali, "Gue emang sampah, tapi gue itu sampah yang bisa didaur ulang. Nggak kayak lo yang cuma ampas doang."

Mendengar kalimat mematikan itu membuat Siska naik pitam. Hampir saja ia melayangkan tangannya untuk menampar Zella namun dengan sigap sebuah tangan menghalanginya.

"Mulai hari ini gue jadi temennya."

Baik Zella maupun Siska menoleh ke asal suara. Siska terkejut setelah mengetahui pemilik tangan yang mencekalnya saat ini tidak lain tidak bukan adalah Kinanti Reysandra.

"Kinan?!" teriak Siska seraya membulatkan bola matanya terkejut.

Disisi lain Zella termangu oleh paras cantik Kinan. Namun jelas ia heran dengan cewek itu. Untuk apa dia mengatakan ingin berteman dengannya. Sebuah kalimat yang sangat mustahil terdengar di telinga.

"Gue nggak mau Zella di tindas sama cewek ampas kayak lo. Ngerti?" ujar Kinan dengan nada berat.

Siska yang merasa terintimidasi pun langsung mengalihkan tatapannya.

Kinan pun melepaskan cekalannya dan beralih mencekal tangan Zella lalu mengajaknya keluar dari kelas.

Sedikit cerita mengenai Kinan yang Zella ketahui. Namanya itu Kinanti Reysandra. Cewek yang tak kalah pintar dengan Siska. Anak tunggal dari keluarga cukup terkenal dan idola bagi kaum adam di SMA Garuda. Aura kecantikan yang selama ini melekat pada Kinan mampu membius siapa saja yang melihatnya.

"Lo nggak usah jadi teman dia. Percaya sama gue, hidup lo bakal sengsara kalau dekat sama Zella!" teriak Siska.

Lantas Kinan menghentikan langkahnya lalu memutar badannya. "Dan gue lebih sengsara kalau punya teman kayak lo."

Siska tergelak dan tidak bisa mengeluarkan suaranya lagi untuk membantah keputusan Kinan. Pantas Siska marah. Sedari dulu memang Siska ingin sekali bisa dekat dengan Kinan. Namun setiap Siska mencobanya, Kinan selalu saja menghindarinya.

Disini Zella bisa menyimpulkan kalau Siska itu hanya ingin numpang tenar saja. Agar dirinya terlihat ada di mata para cowok.

Tanpa Zella sadari, Kinan membawanya ke kantin.

"Lho, Nan? Kok ke sini? Kelas kita lagi jam masuk."

Kinan mengangguk, "Guru lagi rapat."

Zella hanya membulatkan bibirnya seraya menganggguk-angguk saja.

"Lo serius, Nan, mau berteman sama gue?"

Kinan mengangguk lagi.

"Serius?"

Kinan mengangguk lagi.

Zella tidak percaya ternyata ada orang yang mau menemani dirinya. Bahkan Zella merasa tidak pantas dikenal siapapun. Terlebih lagi saat bersama Fajar, ia merasa terlalu rendah untuk bersanding dengan cowok itu.

"Orang no life kayak lo seharusnya nggak boleh dibiarin begitu aja."

Zella mencuramkan alisnya tidak mengerti.

"Ini gue, Zella. Kinan, sahabat lo semasa kecil."

***