webnovel

FAJAR

Bernama lengkap Zella Anurtika. Seorang gadis remaja yang hidupnya mulai berubah semenjak menjadi pacarnya Fajar Virennt Narendra. Sepanjang hubungan mereka berjalan, tidak ada satu haripun yang membuat Zella senang. Fajar terlalu dingin untuk digenggam dan terlalu jauh untuk digapai. Disisi lain ada Fajar Dirmasukma Septian yang terjebak friendzone selama 2 tahun dengan Zella. Meskipun begitu, Dirma memiliki pacar yang bernama lengkap Maura Vergina Putri. Akankah kehidupan Zella masih baik-baik saja selama ia masih berpacaran dengan Fajar? Ataukah mereka akan kandas saat mengetahui rahasia terbesar Zella ada pada Fajar?

Sankhaa · Teen
Not enough ratings
10 Chs

3. SANG PELUKA HATI

Layar ponsel itu menampilkan sebuah foto seorang cowok tengah mengucek matanya yang nampak sembab. Zella cukup tertegun dengan hasil jepretan kamera ponselnya. Karena saat pengambilan foto itu, Fajar baru saja menyatakan cinta padanya. Cowok itu menyatakan perasaannya langsung di rumah Zella. Suasana malam yang berbeda dari malam sebelumnya. Seumur hidup Zella baru merasakan indahnya berpacaran. Meski keindahannya hanya bertahan malam itu saja.

Kini hubungan mereka sudah berjalan hampir setengah tahun. Tentunya dari pihak Zella sangat senang. Entah dari pihak Fajar senang juga atau tidak. Bahkan Zella yakin cowok itu tidak mengingat tanggal jadian mereka.

Meski dikategorikan pasangan favorit, tapi ada saja orang yang tidak menyukai hubungan mereka. Kadang ada yang terang-terangan menggunjing penampilan Zella yang tidak pantas disandingkan dengan pangeran sekolah ini.

Bagi Zella, penampilan tidak selalu mengharmoniskan suatu hubungan. Kunci hubungan ada pada ikatan hati. Kalau salah satu lepas, maka tidak ada harapan bagi ikatan lainnya.

Lalu apakah selama ini Fajar sudah melepaskan ikatan cintanya?

Tiba-tiba kata-kata bijak Dirma melintas di pikirannya.

Dalam mencintai orang ada tiga proses. Menjalani, mengasihi, mengenang. Hal yang paling berat dilakukan orang itu ada di bagian proses mengenang. Karena bagi mereka, menjalani dan mengasihi akan sejalan jika keduanya saling terikat satu sama lain.

"Syaratnya harus terikat sama lain. Sedangkan gue sama Fajar aja nggak tahu masih terikat apa nggak?" kata Zella lesu.

Cewek itu menyenderkan punggungnya di dinding kamar mandi yang terasa dingin, begitu menentramkan jiwa raganya.

Layar ponsel itu masih berhadapan dengan wajah Zella. Cewek itu tidak pernah bosan menatap foto hasil jepretannya sendiri. Hanya satu-satunya di galeri ponselnya.

"Kata mereka, kamu itu baik. Iya baik karena mereka kenal kamu. Sedangkan aku yang jadi pacar kamu belum sepenuhnya kenal sama kamu. Selama menjalani hubungan ini yang ada di pikiran aku, kamu itu cowok paling jahat yang pernah aku kenal. Anehnya, kenapa aku nggak bisa benci kamu ya?"

Zella menghela napas berat. Rasanya percuma berkeluh kesah secara terus-menerus. Yang dibahas saja nampaknya tidak terlalu memperdulikan perasaannya. Lalu untuk apa masih dipertahankan?

Putus?

"Tapi masih cinta."

Ting! Zella berjengkit kala ponselnya berdering singkat. Matanya mendelik saat menangkap nama Fajar tertera di layar ponsel.

Fajar : Lo dimana?

Panjang umur! Baru saja Zella membahasnya, langsung muncul orangnya. Luar biasa!

Saat jemarinya hendak membalas pesan itu, logika menghentikannya. Bukankah kemarin cowok itu tidak ingin ia mengganggunya? Lalu kenapa cowok itu mencarinya?

Fajar : Lo online ya, jangan sok gak lihat

Kalau sudah seperti ini, Zella tidak boleh membuat Fajar semakin emosi dengan menunggunya terlalu lama. Ck! Zella itu tipikal cewek penyabar sedunia ya.

Zella : Apa? Kamu mau bilang kalo kamu udah buang suratnya? Iya aku tahu kok kamu berangkat sekarang, gak usah minta maaf

Percayalah, dalam pesan panjangnya terselip luka hati yang cukup menganga. Jujur saja Zella sudah tidak kuat dalam menghadapi sikap dingin cowok itu. Selalu bersikap seenaknya. Wajahnya saja yang terlihat penyabar tapi hatinya remuk total.

Fajar : Lo dimana?

Zella : Bukan urusan kamu juga kan aku ada dimana

Fajar : Lo dimana?

Dari pada menghabiskan waktunya, Zella segera mematikan ponselnya lalu keluar dari kamar mandi. Ia paling malas kalau Fajar mulai kasar seperti itu. Padahal ia merasa tidak melakukan kesalahan. Tapi sikap Fajar seolah-olah dirinya telah melakukan hal paling fatal.

Saat kakinya mencapai pintu keluar, sebuah tangan menariknya cukup kasar.

Fajar?

Zella mengaduh kesakitan akibat cekalan Fajar di tangannya cukup kuat. Tapi Fajar tidak memperdulikannya. Cowok itu tetap berjalan dengan langkah cepat. Sedangkan Zella kesulitan menyamakan langkahnya dengan langkah cowok itu.

"Kasar banget sih!" pekik Zella kesal.

Fajar tidak menggubris, tetap melanjutkan jalannya. Zella hanya bisa pasrah dan mengikuti kemana Fajar melangkah.

Sesuai dugaan, Fajar membawa cewek itu ke belakang sekolah tempatnya nongkrong bersama teman-temannya. Cowok itu menyudutkan Zella ke tembok gudang lalu mengurungnya. Menghujani Zella dengan tatapan dingin.

"Apa yang lo lihat?"

"Kamu menatapku,"

"Apalagi?"

"Kamu mengurungku,"

"Terus?"

"Aku kangen kamu, Fajar. Aku kangen!" jawab Zella cepat seraya memeluk Fajar seerat mungkin. Mencium aroma tubuh yang maskulin. Aroma parfum yang tak pernah sekalipun Zella melupakannya.

Fajar membeku, Zella merasakannya. Cowok itu terdiam oleh suara tangisan Zella yang lirih namun perih.

"Kamu cuek! Kamu jahat! Kamu nggak mau ngehargain aku sebagai pacar kamu! Ingat, Fajar, hubungan kita hampir setengah tahun tapi kamu nggak ada niatan buat bahagiain aku. Kenapa? Apa aku kurang cantik? Aku kurang sempurna di mata kamu? Tolong jawab!"

"Gue mau kita putus."

Deg! Putus? Zella tidak menyukai satu kata itu. Satu kata yang penuh kemaksiatan. Terdengar menyakitkan. Ia tidak menyangka Fajar akan semudah itu mengatakan kata putus padanya.

"Hah? Hahaha." tidak tahu harus menjawab apa, Zella hanya bisa tertawa sumbang.

"Iya gue mau kita putus. Kurang jelas?"

"Maksud kamu putus yang bagaimana?"

"Kita putus ya putus. Masa lo nggak paham?"

"FAJAR!"

"Terus kita balikan biar gue bisa mengulang dari awal lagi. Boleh, 'kan?"

Sial! Prank kampungan! Boleh juga caranya dalam menghentikan detak jantungnya. Zella hampir kehilangan akalnya kalau Fajar benar-benar mengakhiri hubungan mereka hari ini.

"Selamat hari valentine, Lala sayang."

Zella tidak tahu harus berkata apalagi. Intinya Fajar itu manusia paling brengsek yang memiliki banyak cara untuk membuatnya bahagia dan sedih dalam satu waktu. Awalnya jika ini bukanlah prank, ia yakin sekali wajah rupawan Fajar yang setiap malam terbayang akan bobrok setelah tangannya ini memukulnya.

"Kok nggak ada cokelat?" tanyanya heran, mencari-cari apakah Fajar sedang menyembunyikan bungkusan cokelat. Seharusnya hadiah hari valentine adalah cokelat, dimana makanan itu?

"Apa harus ada cokelat?" cowok itu malah balik bertanya dengan wajah dingin andalannya.

"Aku nggak meminta kamu bawa cokelat sih, tapi biasanya hari valentine pasti berhubungan dengan cokelat."

"Salah. Yang bener itu berhubungan dengan hari kasih sayang. Apa belum cukup kasih sayang yang selama ini gue berikan?"

"Kasih sayang?"

"Iya."

"Kamu anggap selama ini kita pacaran penuh dengan kasih sayang, iya?"

"Iya."

"Kamu nggak pernah ngasih kasih sayang itu! Kalau pernah--"

"Gue nggak mau bahas ini!" potong Fajar cepat.

"Terserah kamu, aku lelah."

Napas Zella terengah-engah. Gejolak dalam hatinya kian parah. Kalau hanya dengan pasrah adalah obatnya, kini Zella sudah pasrah dengan keadaan.

Zella benci pada dirinya sendiri yang mudah menangis. Pertengkaran yang biasa ia lakukan dengan siapapun tidak akan membuatnya mudah menangis. Lalu kenapa saat bersama Fajar, air matanya mudah sekali keluar?

"Lo itu kenapa sih? Kenapa lo bersikap seolah-olah gue yang paling salah disini, paling kurang ajar dan lo yang benar. Kalau kebanyakan ngungkit masalah sepele mending jauhin aja gue. Kelar, 'kan?"

"Aku hanya minta kamu bersikap layaknya pacar, aku hanya minta itu, nggak lebih. Apa sulitnya?"

"Yang selalu menyulitkan gue itu elo!"

"Menyulitkan bagaimana? Kamu tahu aku selalu bersabar terlebih saat kemarin seharian nggak ada kabar sama sekali, dimana letak kesulitannya?"

"Please, stop thinking about me!"

Akhirnya Zella menutup mulut setelah di rasa cukup banyak mengeluarkan semua keluh kesah yang telah lama membusuk di dalam rongga dada. Fajar menatapnya penuh kebencian. Sebelum pergi, cowok itu sempat memukul tembok di sebelah kepala Zella kuat hingga cewek itu dibuat terkejut dan hampir berteriak.

"I prefer you in the past. Always smiling when we meet accidentally. I miss those memories." bisiknya lirih dengan suara bergetar menahan isak tangis yang memaksa untuk dikeluarkan.

"Forget it!"

Dan saat itulah tangisan Zella semakin menjadi. Kakinya lemah tak kuat menahan beban tubuh hingga akhirnya ia terperosot dan terduduk diatas rerumputan.

Sesakit itukah mencintai seseorang?

Ada apa denganmu, Fajar?

Baru beberapa menit lalu cowok itu mengucapkan hari valentine. Baru beberapa menit lalu cowok itu memanggilnya sayang. Lalu apa jadinya sekarang? Awalnya Zella sudah mengumpulkan kalimat untuk membahas keluh kesahnya pada Fajar tapi cowok itu sepertinya menolak keras untuk menerima topik ini.

Apakah aku salah?

Semakin kesini terasa semakin sakit. Zella tidak tahu harus bagaimana lagi. Lelah memang tapi status mereka masih berpacaran maka ia harus bersikap layaknya seorang pacar.

Zella harus berusaha lebih keras lagi untuk bisa mencairkan es. Meski tanpa adanya panas, ia yakin bisa mencairkan dengan caranya sendiri. Karena baik Fajar maupun Zella, mereka sama-sama terlihat dingin di mata siapapun.

Dan mereka tidak tahu bagaimana caranya memahami perasaan orang.

***