7 Falling down

7

Menggunakan momentum dari serangan awal, keduanya memutar tubuh mereka dan menyambungkan gerakan mereka pada sebuah tendangan yang sama-sama diarahkan tepat ke kepala musuh masing-masing. Yang tentu saja juga sama-sama berhasil diblok menggunakan kaki mereka yang awalnya ditujukan untuk menyerang.

"Ha. . "

Posisi saling mengunci mereka hanya berlangsung selama sesaat. Valien langsung memutar badannya kembali dan melakukan tebasan diagonal dari atas mencoba mengincar kaki kanan Frie yang menopang berat tubuhnya sendirian saja. Sebagai reaksinya, Frie juga memutar badannya lalu sedikit melompat dari deck demi menghindari sapuan pedang Valien ke kakinya.

Hanya saja, hal itu adalah sebuah kesalahan. Valien tahu kalau serangannya ke kaki Frie tidak akan berhasil, yang dia mau hanyalah memaksa Frie melompat dan menjadikan tubuhnya berada di udara selama sesaat. Tempat di mana Frie tidak bisa memijakan kakinya, yang sebagai ekstensinya membuatnya tidak bisa melakukan manuver secara bebas.

"Ah . . . ."

Frie menyadari kesalahannya, tapi meski begitu dia tidak sedikitpun merasa panik. Jika di belakang badannya tidak ada minigun dan drum magazinenya yang menghalangi pergerakannya, dia bisa memutar badannya di udara. Hanya saja kali ini dia terpaksa harus melakukan hal yang dia anggap curang untuk melakukan pertahanan.

"Tch. . "

Dan hal itu adalah mengandalkan stats mentahnya untuk mengatasi serangan Valien. Atau dalam kasus ini, memusatkan regenerating shieldnya pada satu bagian untuk menangkis pedang Valien. Membuat benda itu dipaksa untuk berhenti beberapa senti dari lehernya.

Valien menyuruh partnernya untuk melompat ke belakang dan menjaga jarak lalu memerintahkan roh yang ada di sekitarnya untuk memberondong Frie dengan tembakan dari berbagai arah.

Yang tentu saja hanya berfungsi sebagai pengalih perhatian.

"Hmmm. . .. . . . ."

Kali ini, tidak seperti yang Valien duga. Frie tidak melanjutkan serangannya dan malah hanya berdiri dengan wajah bingung sambil melihat jari-jari di kedua telapak tangannya.

Dalam pertarungan ini, hasil akhirnya sudah ketahuan dan kedua partisipannya sama-sama tahu akan hal itu. Seperti sebuah drama di atas panggung, Valien sudah dituliskan akan kalah. Karena itulah pertarungan itu bukan pertunjukan untuk menentukan siapa yang akan menang atau kalah. Tapi untuk melihat seberapa keras Valien bisa memaksakan dirinya dan bertahan dari Frie. Dari Sekhmet.

Kesulitan Valien memberikan bahkan mendaratkan serangan pada Frie menunjukan dengan jelas akan hal itu.

Hanya saja, Frie tidak memasang wajah senang maupun bangga. Setelah menunjukan raut wajah bingung, sekarang malah menunjukan wajah kecewa. Sebuah hal yang membuat Valien jadi ikut merasa bingung.

"Ahh.. . .jadi begitu"

Dia melihat kalau kulit dari jari-jari Frie mengeluarkan sedikit darah. Yang tentu saja langsung Frie sembuhkan dengan menggunakan kekuatannya. Tapi hal itu sudah cukup membuat kepercayaan diri Valien naik satu level lebih tinggi.

Dengan bantuan para Visitor, seorang summoner, vessel, dan juga false god bisa mendapatkan kekuatan yang jauh berada di atas manusia biasa. Selain mendapatkan kekuatan dalam bentuk authority dari visitor yang mereka panggil, kekuatan fisik mereka juga biasanya dinaikkan levelnya. Tapi semua doping sihir itu punya batas.

Salah satu batas itu adalah keadaan fisik.

Misalkan ada dua orang yang sama-sama tubuhnya diberikan fortifikasi oleh seorang Visitor, keduanya akan punya level kekuatan fisik yang berbeda meski misalkan Visitor yang memberi mereka kekuatan itu sama. Jika satu orang punya tubuh kecil yang kurus, kekuatan yang bisa dia dapatkan secara natural akan lebih kecil dari seseorang yang punya tubuh kekar dan berotot. Seberapa banyak air yang bisa dikeluarkan oleh sebuah kran air hanyalah sebesar diameter internal pipanya, semakin besar ukurannya maka semakin banyak air yang bisa lewat di dalamnya. Sama seperti seperti kekuatan Visitor pada tubuh mediumnya.

Dan beruntungnya Valien, medium Sekhmet adalah seorang gadis muda. Yang secara fisik jauh lebih lemah dari level kekuatan fisik partnernya yang seorang prajurit dengan badan besar dan kekar.

Meski total kekuatan Valien sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan Sekhmet, tapi jumlah kekuatan spiritual yang bisa alirkan pada partnernya kelihatannya lebih besar. Mudahnya, meski Valien punya penyimpanan yang lebih kecil. Tapi dia memiliki pipa yang lebih lebar.

Dengan kata lain. . .

Dia bisa melukai Sekhmet dengan secara langsung menghajar tubuh Frie. Dan jika dia bisa memojokkan Frie sampai kekuatan regenerasinya mencapai batasnya. Valien punya kesempatan untuk benar-benar menghentikan Frie di tempat itu.

"Haaaaa!!!!!."

Valien dan partnernya kembali menginisialisasi serangan. Mereka berlari dengan cepat ke arah Frie dan bersiap memberikan tebasan horizontal lagi. Tapi kali ini, Frie tidak memasang kuda-kuda beladiri melainkan menarik pistolnya dengan cepat dan mengarahkannya pada Valien.

Frie menarik pelatuk pistolnya dan. .

PANG…

Valien menangkis peluru pistol Frie dengan naturalnya.

"Ugh. . ."

Sayangnya, peluru yang ditangkisnya adalah benda yang sangat jauh dari kata normal. Stopping power yang dibawanya sama sekali bukan sesuatu yang bisa dihasilkan oleh peluru 9x19mm. Menangkis benda kecil terasa sama seperti menangkis sebuah palu besar yang diayunkan dengan sekuat tenaga.

"Semuanya! serang!!"

Pasukan Valien mulai menembaki Frie untuk memberikan perlindungan selama dia mendekati gadis itu. Sebelumnya dia sengaja menyebarkan pasukannya agar mereka tidak mudah diincar, tapi kali ini Valien memutuskan untuk menyuruh mereka semua membuat barisan.

"Main angka huh. . ."

Frie mengarahkan muzzle minigun yang ada di belakangnya ke arah kiri, memfokuskan regenerating shieldnya di bagian kanan, lalu dia juga terus menembakan pistolnya pada Valien yang terus mencoba mendekat.

"Bukan hanya angka!!"

Untuk menghindari semua pasukannya dihabisi, Valien membuat banyak dari mereka membuat barisan di depan bagian-bagian penting dari kapal itu seperti meriam, superstructure, dan peralatan komunikasinya supaya membuat Frie berpikir dua kali sebelum menyerang mereka.

"Haaa!"

Pengalihan perhatian yang dilakukan pasukannya berhasil, dan akhirnya Valien bisa masuk dalam zona pertahanan Frie. Memaksanya melakukan pertarungan jarak dekat.

"Jangan meremehkanku!"

Dengan gerakan yang seminimal mungkin, Frie menghindari tebasan vertical Valien. Setelah itu dia mundur setengah langkah ke belakang dan memutar badannya sembilan puluh derajat ke kanan. Membuat Valien yang akan memberikan follow up pada serangan pertamanya ,harus menghadapi minigun di belakang punggungnya lalu dipaksa untuk memasang pose bertahan.

Partnernya menancapkan astra di tangannya ke lantai kapal dan memposisikannya secara diagonal kemudian bersembunyi di belakangnya. Lalu, muzzle minigun Frie yang sekarang ada di hadapannyapun mulai berputar. Dan dalam beberapa detik, ratusan peluru yang kekuatannya sudah ditambah oleh divinity Shekmet memberondong Valien tanpa ampun.

"Aarrggghhh. . "

Roh yang jadi partnernya mengerang seakan sedang dihajar oleh seseorang. Yang tentu saja tidak membuat Valien heran mengingat setiap peluru yang ditembakkan ke arahnya punya kekuatan yang secara lateral bisa melemparkannya ke laut dengan mudah kalau dia sampai lengah. Dan yang lebih buruknya adalah, serangan itu datang dalam jumlah 2000 peluru per menit.

Meski badan utama astranya sudah dijangkarkan pada lantai kapal, tubuh partnernya masih terus terdorong ke ujung deck. Layaknya sedang menghadapi sebuah mobil yang sedang melaju, tubuh partnernya terus terbawa energi kinetik dari serangan Frie.

Begitu Valien tidak lagi bisa bergerak, Frie mengalihkan perhatiannya pada pasukan yang mengepungnya. Lalu menggunakan pistolnya yang punya kekuatan layaknya amunisi kaliber besar, dia menyerang roh-roh itu dengan mudahnya. Memangkas jumlah pasukan Valien, sedikit demi sedikit.

"Aaaaaaa"

Valien bisa menunggu sampai amunisi minigun Frie habis sebelum melakukan serangan balik, tapi dia memutuskan untuk mencoba memaksakan diri untuk maju. seperti yang sudah dibilang sebelumnya, Valien tidak bisa kehilangan terlalu banyak pasukannya jika dia ingin punya kesempatan memberikan perlawanan yang berarti pada Sekhmet.

Dia memberikan perintah pada parnernya untuk sedikit mengangkat astra yang jadi prisanya lalu memintanya mendorong benda itu ke arah Frie dengan susah payah.

"Berat. . . ."

Dia sudah memiringkan astranya untuk mengurangi energi kinetik yang diterimanya dari peluru minigun Frie. Tapi meski begitu tekanan yang diterimanya dari berondongan serangan Frie masih mampu membuatnya kesulitan bergerak.

Selain itu.

"Ini benar-benar gawat"

Astra Valien mungkin besar, tapi badan partnernya jauh lebih besar lagi. Jadi jelas tidak semua bagian tubuhnya bisa terlindungi dari serangan Frie. Dan bagian-bagian yang terlindungi itu sekarang mulai terkikis dan menghilang tanpa jejak layaknya kastil pasir yang terkena air laut.

Valien bisa memperbaikinya, tapi jika dia terlalu banyak terkena serangan dan terlalu banyak menggunakan energinya untuk memperbaiki mereka. Total kekuatan yang bisa dia gunakan untuk benar-benar melakukan pertempuran akan berkurang banyak. Dan bagi Valien yang kapasitas baterainya jauh di bawah lawannya, dia tidak bisa membuang-buang energi sembarangan.

"Tidak ada pilihan lain, aku hanya bisa berjudi"

Partnernya menggenggam erat gagang astra Valien lalu memfokuskan pandangannya pada Frie sambil terus berjalan maju. Lalu, begitu mereka sudah berada pada jarak sekitar sepuluh meter dari Frie.

"Sekarang"

Partnernya melompat dengan cepat ke arah kanannya, membuatnya lolos dari berondongan machinegun Frie untuk beberapa saat. Kemudian, memanfaatkan waktu yang sempit itu. Partnernya memutar badannya dan melemparkan astra Valien pada Frie dengan sekuat tenaga.

"Kau serius?"

Frie menghentikan serangannya pada pasukan Valien dan mencoba menembak jatuh astra Valien dengan pistolnya. Hanya saja, rate of fire pistol yang jauh di bawah minigun membuat Valien bisa menghindarinya dengan bergerak ke kanan dan kiri, atas dan bawah secara minim.

PACK.

"Guh. . "

Sebuah peluru spiritual dari salah satu anggota pasukan Valien berhasil lolos dari jaring regenerating shield Frie dan berhasil mengenai pinggangnya. Sebab peluru itu tidak memiliki material fisik, tubuh mediumnya tidak mengalami luka tapi meski begitu Frie masih merasakan sensasi dari serangan itu. Serangan yang secara literal menembus jiwanya, dengan kata lain tubuh spiritualnya.

Dia merasakan sakit, tapi rasa sakit yang diterima oleh tubuh spiritualnya itu hanya sebatas seperti sebuah tamparan. Sama sekali tidak berarti, hanya saja serangan itu berhasil memberikan mentalnya sebuah luka yang lumayan berarti.

"Memalukan"

Kemampuan multitasking Sekhmet bisa dibilang menakjubkan. Hal itu terbukti dari kenyataan kalau sampai saat ini, luka yang diterimanya hanyalah goresan di tangan Frie yang terjadi karena salah perhitungan dan juga tamparan spiritual yang sampai ke badannya karena konsentrasinya sedikit goyah.

Hanya saja dia tidak bisa puas dengan hal itu. Kenyataan kalau serangan dari roh manusia rendahan ada yang bisa menyentuhnya adalah hal yang sangat memalukan baginya.

". . . . . . ."

Dan hal itu membuat konsentrasinya sedikit lebih buyar lagi. Menjadikan jalur serangan astra Valien yang harusnya bisa Frie prediksi dengan dengan mudah hanya bisa dia hindari di saat-saat terakhir. Yang pada akhirnya, juga memberikan kesempatan pada shogun yang bergerak dengan cepat bisa memasuki area pertahannya tanpa halangan sedikitpun.

Lalu begitu jarak mereka sudah cukup dekat dengan satu sama lain.

"Urgaaaa. . . ."

Shogun langsung melancarkan sebuah pukulan penuh tenaga layaknya seorang petinju profesional tepat ke arah wajah Frie. Kecepatan, akurasi, dan kekuatan di balik pukulan itu sama sekali tidak main-main, dia menggunakan momentum dari seluruh otot di tubuhnya untuk melancarkan serangan itu. Jika seseorang menerima serangan itu secara langsung, bisa dipastikan kalau tubuh mereka akan langsung terlempar sebagai hasilnya.

". . ."

Mengetahui kalau tubuh Frie tidak akan bisa menghadapi serangan itu secara langsung. Sekhmet sedikit menggerakan tubuh mediumnya itu searah dengan pukulan yang diarahkan kepadanya lalu mengulurkan kedua tangannya ke depan tubuhnya. Membuat pukulan shogun meleset dan langsung tertangkap oleh kedua lengan Frie ketika tangannya terbawa momentum serangannya sebelumnya. Lalu, Frie memanfaatkan kekuatan momentum itu untuk kembali mengecilkan jarak di antara mereka sambil memberikan dorongan tambahan pada gerakannya.

Frie memposisikan kaki kirinya di belakang sendi kaki shogun lalu melakukan dorongan ke tubuh besar itu dengan sekuat tenaga. Dan yang terjadi selanjutnya adalah. . .

"Gahh. ."

Tubuh dari roh yang menjadi shogun terjatuh ke atas lantai deck kapalnya dengan mudah. Lalu tanpa membuang waktu, Frie menarik tangan kanannya ke belakang bersiap untuk balik memukul wajah lawannya.

"Tidak akan kubiarkan!!!"

Valien langsung kembali meluncurkan tubuh astranya ke arah Frie. Memaksa Sekhmet melompat dari atas tubuh shogun untuk menghindari serangan tadi. Setelah serangan itu, tembakan dari barisan pasukannya ikut menyusul yang kali ini Frie Hindari dengan menundukan badannya dengan rendah.

"Bersiap! sekali lagi!"

Dengan perintah dari Valien itu, Shogun kembali berdiri dan menyerang Frie sebelum dia bisa mengambil jarak lebih jauh. Dan sama seperti sebelumnya, makhluk itu kembali melancarkan pukulan-pukulan yang sekali lagi. Kelihatan berat, punya kekuatan, kecepatan, dan akurasi yang tidak akan kalah dari master bela diri.

Tapi

"Kau berkompetisi denganku dalam kategori yang salah!!"

Meski memang kemampuan bela diri yang ditunjukan oleh shogun bisa dibilang kelas satu. Tapi yang jadi lawannya adalah Sekhmet, Visitor yang spesialisasinya adalah bertarung dan berperang. Seorang dewi yang keganasannya bisa dibandingkan dengan singa. Dan bagi seseorang sepertinya, kemampuan bertarung shogun sama sekali bukan apa-apa.

Tubuhnya mungkin membatasi kemampuannya, tapi menangani serangan musuh adalah urusan lain. Dengan lincahnya, dia bisa menghindari serangan telekinetik astra Valien, dengan gerakan minim dia bisa mencegah pukulan shogun mengenainya, dan dengan timing yang akurat peluru-peluru supranatural dari pasukan Valien yang lain bisa dia tahan dengan regenerating shieldnya.

Bahkan, meski Valien dan yang lainnya berhasil memojokannya pada situasi yang sulit di mana dia tidak bisa menghindari. Frie masih bisa melempar tubuh besar shogun seperti master aikido, membelokan gerakan astra Valien dengan memberikan pukulan pada badan astranya menggunakan telapak tangannya, lalu membuat peluru dari pasukannya meleset dengan menembakan pistolnya sendiri pada peluru prajuritnya.

Semua itu membuat Valien sadar kalau dia terlalu naif. Dia sempat berpikir kalau dia bisa menghentikan Sekhmet di tempat itu dengan sedikit usaha. Tapi kenyataannya, seberapa keraspun dia berusaha dia tidak bisa menjatuhkan Frie. Dan bukan hanya itu, menyentuhnya saja sudah sangat susah. Dia mulai merasa kalau keberhasilan serangan pertamanya hanyalah sebuah kebetulan.

"Urghhaaaaaaa. . . ."

Dan sepertinya yang merasa mulai tidak sabar dan kesal bukan hanya Valien saja. Tapi juga partnernya. Tanpa perintah, partnernya mulai kembali berlari dan menyerang Frie dengan lebih ganas dari sebelumnya. Lalu, yang Valien maksud dengan ganas bukanlah secara tersirat tapi tersurat. Sebab serangannya kali ini tidak lagi seorang master bela diri melainkan seekor hewan buas. Dengan kata lain, serangan tanpa teknik yang hanya mengandalkan stats mentah seperti kecepatan dan kekuatan.

"Ini gawat"

Yang bilang hal itu bukan Frie tapi Valien. Meski memang kekuatan dan kecepatan serangan shogun jadi bertambah hampir dua kali lipat begitu jiwa liarnya keluar. Tapi hal yang semacam itu sama sekali tidak ada gunanya di depan Sekhmet yang adalah expert dalam menghadapi manusia. Jika Shogun punya bentuk yang sama seperti binatang buas, mungkin serangan membabi butanya akan jadi senjata yang ampuh. Sayangnya, tubuhnya masih berbentuk tubuh manusia. Dan meski serangannya tidak lagi punya tempo yang konsisten dan terkesan random, tapi sendi-sendi pada tubuh manusia punya arah gerakan yang bisa dengan mudah ditebak.

Sekali lagi, tanpa teknik kekuatan besarnya sama sekali tidak ada gunanya. Sekuat apapun serangan kalau tidak mengenai targetnya sama sekali tidak ada gunanya.

"Ugh. . . tenang sedikit orang tua!!!"

Valien tidak bisa membiarkan shogun terus mengamuk begitu saja, selain serangannya jadi semakin mudah diatasi pertahannya juga jadi tidak diperhatikan lagi. Membuat Frie punya banyak kesempatan memberikan counter dan mengikis health barnya, memaksa Valien harus membagi perhatiannya untuk mengembalikan keadaan tubuh shogun tadi..

"Oi! dengarkan perintahku!"

Hanya saja ada sesuatu yang lebih buruk dari hal itu. Jika Shogun terus mengamuk seperti itu, energi yang diambilnya dari Valien akan semakin besar jumlahnya. Dan mengingat total volume tank Valien jauh di bawah Sekhmet, pertarungan mereka bisa berakhir jauh lebih cepat dari yang Valien perhitungkan.

"Agh.. .kau!!"

Valien yang sedari terus memberikan follow up pada serangan Shogun dengan meluncurkan tubuh astranya dari berbagai arah merasa kalau tubuhnya tertarik sesuatu. Dan begitu dia melihat arah gaya tarik itu, dia menemukan kalau tubuh astranya melayang menuju ke tangan Shogun.

"Sial!!"

Mata bulat kecil shogun yang sebelumnya bersinar emas mulai kembali ke warna aslinya yaitu merah darah. Yang artinya, kontrol Valien atasnya mulai luntur, dan sebaliknya roh Valien mulai tercemar oleh roh Shogun. Ingatan, kenangan, perasaan, dan banyak perasaan Shogun lain mulai mengalir ke dalam otakanya seakan mencoba menulis ulang isinya.

"Keluar dari kepalakuuuu!!!"

Layaknya sebuah hard drive yang sudah hampir penuh, semua data baru yang dimasukan ke kepalanya memaksanya harus menghapus data lama yang tidak lagi dianggap perlu. Dan bagi shogun, data-data seperti kenangan dan ingatan Valien sama sekali bukan hal yang penting. Yang tentu saja adalah keputusan yang tidak akan Valien setujui.

"Aaarrrrggghhhhhhhhh!!!!!"

Shogun balas berteriak seakan mencoba mengancam Valien untuk diam. Dan kali ini, tidak seperti sebelumnya. Valien tidak mengatakan apa-apa untuk membalas intimidasi itu. Bukan karena takut tentunya, tapi karena dia harus memfokuskan semua energinya untuk mencegah pikirannya terkorupsi oleh partnernya.

Konflik internal itu pada akhirnya membuat entah itu Valien maupun Shogun tidak lagi bisa fokus pada musuh utama mereka. Dan tentu saja, Sekhmet tidak punya niat untuk membiarkan kesempatan besar itu begitu saja.

Dia langsung berlari dengan cepat menuju Shogun, merendahkan badannya begitu partner Valien itu menyerang balik, lalu memutar badannya dan memberikan tendangan yang berisi seluruh tenaganya pada tubuh besar orang tua itu. Melemparkan Valien dan Shogun secara horizontal ke arah laut.

Tidak lama kemudian, begitu tubuh Shogun mulai jatuh Frie langsung memberondongnya dengan tembakan dari minigun yang ada di belakang punggungnya untuk membuatmnya terus naik ke udara layaknya sebuah kombo dalam video game. Shogun mencoba bertahan dengan menggunakan astra Valien sebagai perisai, tapi jelas benda itu tidak bisa melindungi seluruh tubuhnya. Dan semua bagian yang tidak terlindungi langsung hancur seperti pasir yang terbawa angin.

"Aaaarrrrggghhh . . . ."

Setiap tumbukan dari peluru yang mengenai astra Valien punya kekuatan untuk melemparkan tubuh shogun yang besar dan berat. Jadi tentu saja mereka juga punya kekuatan untuk membuat astra Valien terlempar dari tangan Shogun. Tapi mengetahui kalau nasibnya akan berakhir kalau senjatanya sampai lepas dari tangannya, shogun memegang benda itu dengan sekuat tenaganya.

"Cih!"

Mungkin pikirannya sudah hampir sepenuhnya berubah menjadi layaknya seekor binatang buas, tapi pengetahuannya selama jadi manusia masih ada dan bisa dia ingat dengan mudah. Oleh sebab itulah, Shogun paham jika dia bisa bertahan cukup lama seberapa banyakpun peluru yang ada dalam magazine minigun Frie. Mereka pasti akan habis juga.

Dan ketika Frie tidak bisa menembak lagi. Shogun akan mengayunkan astra di tangannya dan mendapatkan momentum untuk melemparkan badannya kembali ke deck kapal. Lalu setelah itu, dia akan menerobos pertahanan Frie dan melakukan pertempuran jarak dekat di mana kebanyakan senjatanya tidak bisa digunakan.

Begitulah rencananya. Tapi.

Boom. .

"Aaarrggghh. . "

Tentu saja rencana sederhana semacam itu dengan mudah Frie tebak. Oleh karena itulah, begitu minigunnya kehabisan peluru dia langsung menarik tiga buah MANPADS buatan Amerika, FIM-92 Stinger yang sebelumnya jadi bagian dari pertahanan kapalnya. Lalu meluncurkan misil dari ketiga launcher itu secara manual untuk memastikan kalau serangannya tidak akan meleset.

"Aaaaa!!!"

Shogun mencoba menebas misil yang meluncur ke arahnya, tapi Frie yang mampunyai kekuatan untuk mengontrol senjata juga mampu mengontrol timing dari ledakan misil yang diluncurkannya. Tepat sebelum astra Valien bisa memotong benda itu jadi dua, Frie meledakan isinya dan melemparkan tubuh shogun semakin jauh dari kapal Frie.

"Masih ada lagi!!!!"

Misil kedua Frie datang, kali ini mengetahui melakukan counter sama sekali tidak berguna. Shogun memutuskan untuk sepenuhnya berlindung dari ledakan serangan kedua itu dibalik astra Valien. Hanya saja, meski hal itu bisa melindunginya dari ledakan secara langsung. Gelombang kejut dari ledakan itu melemparkannya lebih jauh dari kapal.

"Dan yang terakhir!!"

Frie mengayunkan tangan kanannya ke bawah layaknya sedang seorang karateka yang sedang menunjukan caranya menghancurkan tumpukan batu bata di depannya.

"Dengan ini, semuanya selesai!"

Mengikuti gerakan tangan Frie, misil terakhir yang sebelumnya terus meluncur ke atas langit akhirnya berbalik lalu melesat ke arah tubuh Shogun yang masih ada di udara. Seakan tidak terpengaruh angin, misil itu terjun lurus tanpa sedikitpun mengalami deviasi.

Kemudian.

Layaknya bintang yang jatuh, misil itupun akhirnya menabrak tubuh Shogun dan memukul jatuh astra Valien dari tangannya sebelum ledakannya menghapus keberadaan Shogun dari dunia itu. Dari jauh, kejadian itu persis seperti reka ulang dari carita dalam kitab yang mengisahkan tentang setan dan iblis yang dijatuhkan dari langit menggunakan bintang jatuh.

"Istirahatlah di sana!"

"Hmm. . .. "

Frie melihat ke tempat di mana Shogun jatuh selama beberapa saat. Dari arah itu dia masih bisa merasakan kalau Shogun dan Valien masih belum tamat. Tapi meski begitu, Frie memutuskan untuk tidak lagi memikirkan keberadaan keduanya. Sejak awal, keduanya sama sekali bukan tandingannya. Hanya saja karena dia ingin bermain-main dia membiarkan mereka melawannya dan tidak menghabisi mereka dengan satu serangan telak.

Dalam keadaan mereka yang sekarang, tanpa Frie harus melakukan apapun mereka akan menghilang dari dunia ini. Keberadaan Valien sudah sama seperti sebuah lilin yang seluruh tubuhnya hampir dibakar oleh api. Sedikit tiupan saja akan menghapus keberadaannya. Oleh sebab itulah, dengan langkah ringan Frie kembali berjalan masuk ke dalam kapalnya sambil mengumpulkan semua landing craft yang dia kerahkan untuk membantai pasukan Valien sebelum kembali melanjutkan perjalanannya.

Propeller kapal Frie mulai berputar dan mendapatkan kecepatannya, mendorong benteng mengambang itu meninggalkan Valien yang saat ini mulai tenggelam ke dasar laut sebelum akhirnya menghilang.

"Aa. . . …"

Valien yang sekarang hanyalah sebuah roh, jadi dia sama sekali tidak memerlukan udara untuk bernafas. Jadi, tenggelam ke dalam laut seharusnya sama sekali tidak mengancam nyawanya. Hanya saja, meski dia hanya sebuah roh yang harusnya tidak ada lagi di dunia ini. Di dalam sana,dia tetaplah masih seorang manusia.

Oleh sebab itulah.

Meski dia tidak memiliki paru-paru untuk diisi air, dia masih merasa kalau lehernya seperti sedang dicekik, membuat nafasnya terasa sesak.

Meski dia adalah makhluk supranatural yang normalnya bisa ikut dikategorikan sebagai monster. Dia masih merasa takut ketika dia tenggelam semakin dalam ke dasar laut dan kegelapan sedikit demi sedikit mulai menyelimuti tubuhnya.

"Aaaaaaaaaa...."

Dan meski secara teknis dia sudah mati. Dia merasa benar-benar takut untuk menghadapi kenyataan kalau dia akan menghilang dari dunia ini, kalau sekali lagi. Dia akan mati.

"Aku tidak ingin mati!!!"

Dia berpikir kalau dia ingin agar hidupnya segera berakhir, dia berpikir kalau dia sudah siap untuk mati, dan dia berpikir kalau terus hidup dalam keadaannya yang sekarang jauh lebih buruk daripada mati.

Hanya saja, ketika dia benar-benar menghadapi pintu kematian dia sadar kalau dia masih ingin hidup. Dia masih terlalu takut untuk menghadapi kematian, dan dia tidak ingin berakhir menghilangkan dari dunia ini tanpa ada seorangpun yang tahu.

"Tolong akuuuu!!"

Dengan teriakan itu, Valien mulai menggerakkan tubuhnya dan mulai mencoba berenang ke permukaan. Tapi sayangnya, sebab dia tidak memiliki tubuh fisik, sekeras apapun dia berusaha untuk berenang naik, air yang ada di sekitarnya sama sekali tidak bergerak dan tidak mampu mendorong tubuhnya. Malah sebaliknya, yang terjadi adalah tubuhnya tenggelam semakin dalam.

Tubuh spiritualnya terikat dengan astra miliknya, oleh sebab itulah dia tidak bisa pergi jauh-jauh dari benda itu. Dan sebab senjata itu terus tenggelam, Valien tidak punya pilihan lain kecuali ikut tenggelam bersamanya.

"Aku tidak ingin mati!'

Valien terus berusaha berenang naik, tapi seperti ingin menertawakan usahanya. Tubuhnya terus tenggelam semakin dalam layaknya ada tangan tak terlihat yang menariknya masuk semakin dalam ke kegelapan di bawahnya.

"Aku tidak ingin sendirian lagi!!!"

Kemudian, seakan merespon harapan itu. Bayangan-bayangan hitam layaknya tinta mulai mengalir naik dari banyak tempat di dasar laut. Yang tidak lama kemudian sedikit demi sedikit membentuk tubuh dan wajah layaknya manusia.

Tentu saja mereka semua, sama seperti mantan pasukan Valien juga adalah roh-roh dari orang-orang yang mati di sana. Dan tentu saja, mereka tidak datang untuk menolong Valien. Satu-satunya tujuan mereka keluar hanyalah untuk berebut mengambil alih kontrol atas tubuh spiritual gadis yang lilin kehidupannya itu sudah hampir padam.

"Jangan tinggalkan akuu!!!"

Valien terus melawan, tapi sayangnya perlawanannya sama sekali tidak ada gunanya. Begitu asatranya sampai di dasar laut dan menancap di salah satu karangnya, tubuh Valien pun menyusul dan memaksanya untuk mendarat di tempat yang sama. Lalu, setelah itu. Apa yang harus dia lakukan?

Jawabannya adalah.

Tidak ada.

". . . . . . . "

Sebab secara literal memang dia tidak melakukan apapun. Kalau keadaannya normal, dia bisa menggunakan kekuatan telekinesisnya pada pedangnya dan menggerakan astranya ke daratan. Tapi dengan keadaannya yang sekarat, yang bisa dia lakukan sekarang hanyalah duduk menunduk lalu memeluk kedua kakinya sambil menanti akhir kehidupan keduanya untuk datang. Membiarkan kegelapan yang sedari tadi dia hindari untuk menyelimuti, bukan hanya tubuhnya tapi juga pikirannya.

Tapi. .

"Daripada hanya diam menunggu mati, bagaimana kalau kau melakukan sesuatu yang lebih berguna?"

Layaknya sebuah klise dalam manga shounen, tiba-tiba Valien mendengar sebuah suara yang kedengarannya tidak ingin agar gadis itu menyerah begitu saja. Suara yang tentu saja, tidak seperti dalam manga di atas. Dia tahu sumbernya dan dia tahu maksud aslinya.

Suara itu bukan berasal dari sesuatu yang tertidur di dalam dirinya, tapi sesuatu yang mencoba masuk ke dalam dirinya. Suara yang berasal dari roh-roh di sekitarnya.

Tapi sayangnya, harapan kecilnya itu juga tidak ada yang punya niat untuk mengabulkannya. Begitu dia mencoba menutup matanya dan menyerahkan sisa kehidupannya untuk digunakan oleh roh di sekitarnya.

Normalnya, dia akan melawan sebab dia tahu kalau tubuhnya berhasil mereka bajak bencana akan mengikutinya. Hanya saja, sekarang dia tidak merasa perlu melakukannya mengingat jika nyawanya sudah akan berakhir. Meskipun dia membiarkan mereka membajak tubuhnya, paling lama dia hanya akan bertahan selama beberapa jam.

"Ahah. . . .kalian benar juga"

Selain umurnya yang hanya tinggal paling lama setengah hari itu, lokasinya juga berada sangat jauh dari pemukiman membuatnya bisa mengamuk sesuka hati tanpa takut melukai siapapun. Jika ada orang yang mungkin terluka, orang itu hanyalah Lapis Onofrie dan Valien tentu saja tidak keberatan kalau ada sesuatu yang terjadi padanya.

"Kalau begitu datanglah dan mengamuk bersamaku!!!"

Dia tidak tahu tujuan masing-masing dari roh-roh yang ada di sekitarnya setelah mendapatkan tubuh spiritualnya. Tapi saat ini dia tidak peduli akan hal itu sebab secara literal dia akan mati hari ini. Oleh sebab itulah, meski mereka ingin balas dendam pada seseorang, ingin mengacaukan dunia, ingin menyebarkan kebencian, atau ingin hal-hal buruk apapun mereka tidak akan punya kesempatan untuk melakukannya.

"Jangan buru-buru mengambil keputusan nona Valien!"

Valien tahu kalau suara yang dia dengar tidak datang dari sekitarnya tapi langsung disiarkan ke dalam kepalanya. Tapi meski begitu, sebagai reaksinya dia masih melihat ke kanan dan kiri, ke belakang dan jauh ke depan, lalu yang terakhir. Ke atas, di mana dia melihat ada sebuah benda yang turun ke tempatnya dengan pelan.

"Apa-apaan penampilanmu itu Ferza?"

Sekali lagi. Valien tahu kalau tidak ada orang normal yang bisa menyelam ke dasar laut tanpa menggunakan peralatan tambahan. Tapi begitu dia melihat Ferza yang mulutnya disumpal dengan alat bantu pernafasan, kepalanya dipasangi google besar, badannya diselimuti diving suit, dan punggungnya ditumpangi tank oksigen besar. Dia tidak bisa menahan dirinya untuk menanyakan penampilannya sekarang.

Penampilan Ferza sekarang bisa dibilang sangat jauh dari image pangeran tampan berkuda putih yang datang untuk menyelamatkan seorang tuan putri. Sama sekali tidak bisa dibilang menarik ataupun keren.

"Gah. . jangan komentari penampilanku"

Hanya saja, kedatangannya sudah bisa membuat perasaan Valien yang sebelumya carut marut jadi lebih tenang.

"Ahaha. . .kalau begitu. . .kenapa kau berubah pikiran?"

"Aku . . .

Tidak seperti Valien yang sebelumnya, sekarang dia tahu kalau Ferza bukanlah pemuda malas yang tidak ingin melakukan tugasnya. Tapi seorang pemberani yang berani melawan arus, seseorang yang punya banyak tanggung jawab, dan punya prioritas yang arahnya jauh dari keinginan Valien untuk menjadi pahlawan. Oleh sebab itulah seharusnya dia tidak bisa mengubah pikirannya dengan mudahnya.

Yang tentu saja adalah asumsi yang bisa dibilang salah besar. Setidaknya berdasarkan individunya sendiri. Sebab apa yang terjadi hanyalah. . .

"Aku hanya baru sadar kalau ternyata, aku ini benar-benar bodoh"

Atau daripada bodoh, lebih tepat dibilang kalau dia itu plin-plan.

"Hah?"

Valien ingin menanyakan lebih banyak tentang hal macam apa yang Ferza temukan setelah dia pergi. Dan Ferza sendiri ingin menjelaskan kalau dia bukanlah orang yang sehebat Valien kira.

Tapi keduanya paham kalau mereka tidak punya banyak waktu. Oleh karena itulah, mereka langsung menuju pokok pembicaraan mereka.

"Kau masih ingin jadi pahlawan kan? Valien?"

Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya tubuh Ferza berhasil mendarat di permukaan dasar laut di mana Valien dan astranya berada. Lalu, begitu dia sampai tepat di depan gadis itu, Ferza langsung berlutut dan menundukan badannya untuk menyamakan tinggi badan mereka.

"Tentu saja!"

Tidak seperti saat dia tenggelam, kali ini matanya sudah kembali dipenuhi dengan kehidupan. Keputusasaan, kesedihan, dan keinginannya untuk menyerah sudah tidak ada lagi ada di sana.

"Kalau begitu, kau tidak butuh kekuatan kegelapan lagi kan?"

Dengan gerakan yang mulus, Ssuku menyapu air yang ada di sekitarnya. Lalu, di saat yang bersamaan noda-noda layaknya tinta hitam yang masih mencoba menyelimuti tubuh spiritual Valienpun menyebar ke segala arah seperti debu yang ditiup angin.

"Valien"

Ferza mengulurkan tangannya pada Valien dengan penuh keyakinan. Keyakinan kalau mereka kalau Valien juga menginginkan hal yang sama sepertinya.

"Jadilah milikku!"

Entah sudah berapa lama dia menantikan seseorang mengatakan hal itu padanya. Setelah sekian lama, akhirnya dia bisa melakukan tugasnya lagi, mewujudkan keinginannya untuk jadi pahlawan, dan setelah sekian lama juga. Akhirnya dia bisa merasa tidak sendirian lagi.

". . . .Kelamaan"

Bagi Valien yang sudah tidak lagi punya keluarga, teman, dan bahkan kenalan dari eranya. Memiliki seseorang yang bisa menemaninya adalah sesuatu yang sangat penting untuk menjaga hatinya agar tidak terus tertinggal di masa lalu.

Bagi Valien yang sudah mati, memiliki tujuan untuk dikejar adalah sebuah hal yang sangat penting untuk menjaga pilar penyangga pikirannya agar tidak runtuh. Dan bagi Valien yang tidak lagi punya tubuh fisik. Memiliki seseorang yang membutuhkannya adalah satu-satunya hal yang bisa membuat jiwanya tidak menyerah untuk terus berada di dunianya yang sekarang.

"Maafkan aku. . ."

Ferza bisa memberikan banyak sekali alasan kenapa dia bisa membutuhkan waktu yang selama itu untuk mengambil keputusan mengikat kontrak dengan Valien. Tapi dia tahu, apapun alasan yang akan keluar dari mulutnya hanyalah sesuatu yang dia buat untuk menutupi keplin-plannya.

Oleh sebab itulah, saat ini. Yang bisa dia lakukan hanyalah dengan jujur minta maaf pada Valien.

"Namaku Valien, anak dari raja para dewa, Indra"

Valien menjulurkan tangannya pada Ferza sebelum menggenggam telapak tangan pemuda itu dengan erat. Sesuatu yang normalnya tidak bisa dia lakukan sebab tubuhnya yang murni dalam bentuk spiritual. Hanya saja, ketika dia akan melakukan proses penjalinan kontrak dengan summonernya adalah ketika dia bisa mendapatkan sebuah pengecualian dari peraturan itu. Hanya di saat itu saja, dua makhluk yang harusnya sudah dipisahkan dunia itu bisa saling menyentuh.

"Aku berjanji! Aku tidak akan mengecewakanmu!"

Ferza balas meremas telapak tangan kecil Valien. Yang kali ini bisa dia rasakan kelembutan dan kehangatannya. Sesuatu yang menandakan kalau gadis itu adalah nyata, ada di sana, dan bukan sekedar bayangan dari masa lalunya.

"Mulai detik ini, aku adalah milikmu!"

PING

Sebelum genggaman tangan keduanya bisa jadi lebih erat lagi. Sebuah suara layaknya bel terdengar dari arah astra Valien yang menancap tidak jauh dari tempat mereka berada. Suara itu jadi tanda untuk tubuh spiritual Valien mulai berasimilasi dengan tubuh fisik Ferza.

"Kau siap Valien"

"Ya!"

Dengan begitu, tubuh Valien berubah jadi cahaya, menyebar layaknya kunang-kunang, lalu satu-persatu partikelnya masuk ke dalam tubuh Ferza. Bersamaan dengan astranya yang terbang ke tangan pemuda itu layaknya kapak ajaib milik seorang dewa perang botak dari Yunani.

"Saatnya untuk ronde ketiga!!"

avataravatar