8 Part 8

     "Yak, kenapa kau membawaku kesini?" Yoona heran melihat mobil itu yang tengah memasuki kawasan rumah sakit jiwa.

     "Ada yang ingin aku lihat.." sahut Sehun tenang terus mengarahkan stir mobilnya menuju ke sebuah tempat.

     "Kau tidak sedang mengerjaikukan?" mengingat Sehun sangat jahil padanya.

     "Aku sedang tidak mood mengganggumu.."

     "Cih, secepat itu kau melupakan dosamu." mobil itu berhenti disebuah parkiran mobil.

     "Turunlah." Sehun tampak sangat tenang, semakin membuat Yoona curiga padanya. Tetapi walau begitu Yoona tetap saja mengikuti perintahnya.

     Mereka memasuki sebuah gedung yang langsung disambut dengan meja resepsionis. 2 orang karyawan laki-laki yang berada disana segera menyambut Sehun dengan ramah, bahkan kelewat ramah. Sampai menghampiri Sehun, menyalami Sehun hingga memeluknya gemas. Sehun tampak risih dengan perlakuan mereka.

     "Aku tidak bawa apa-apa.." perkataan Sehun membuat perlakuan mereka berubah seketika. Senyuman diwajah mereka tak terlihat lagi.

     "Kupikir kau akan membawakanku sandwich terkenal itu!" celutuk salah satu karyawan itu yang tampak masih remaja.

     "Aku lupa.." jawab Sehun masih sangat tenang.

     "Kenapa kau jarang sekali kesini? Apa kau sangat sibuk?" tanya karyawan lainnya yang sepertinya berumur 50an.

     "Ya, aku sangat sibuk." mendengar jawaban Sehun, Yoona mendecak geli. Sibuk apanya? Sibuk berkencan? Gumam Yoona yang ternyata didengar Sehun.

     "Kau mau menjenguk ibumu?" tanya pria tua itu. Sehun mengangguk seadanya. "mari aku antarkan."

     Menjenguk ibu? Ibu? Disini? Itulah yang terus Yoona pikirkan. Matanya tak henti-hentinya melirik Sehun yang tampak tenang, walau kerutan di kening pria itu menunjukkan hal lain. Mereka berhenti di hadapan sebuah pintu yang terdapat di ujung koridor. Tanpa mengatakan apapun pria tua yang mengantar mereka langsung pergi menjauh. Tinggallah mereka disana, dengan Sehun yang sudah berdiri termenung mengamati sosok ibunya dari balik pintu yang di bagian tengahnya terdapat kaca tembus pandang.

     Berbagai pertanyaan langsung menyerbu Yoona, tapi tak ada satupun yang ia lontarkan. Melihat raut wajah Sehun kini, entah mengapa ia dapat merasakan itu. Emosi dan rasa rindu yang bercampur aduk. Tapi tunggu? Ibunya sakit? Sakit mental? Tubuh Yoona merinding seketika. Ia sama sekali tidak tahu itu. Sehun tidak pernah mengatakan mengenai hal ini padanya, dan ia yakin anak kos lainnya juga tidak mengetahui tentang hal ini. Baru Yoona sadari, kenapa Sehun hanya berdiri diluar? Kenapa dia tidak masuk kedalam untuk menemui ibunya—yang tampak tengah duduk diatas tempat tidur menghadap jendela.

     "Kau tidak masuk?" pertanyaan Yoona reflek keluar dari mulutnya yang tak terkontrol. Sehun hanya menggeleng tanpa menoleh padanya. Pertama kali untuknya melihat ekspresi seperti itu diwajah Sehun. Pria itu tampak.. rapuh. Entah mengapa, mata Yoona berkaca-kaca, mungkin ia merasa prihatin. Segera ia alihkan pandangannya mencoba mengatasi perasaan aneh itu.

     "Yak, ayo pergi." belum juga Yoona seka airmata yang menggantung di sudut matanya, Sehun sudah melangkah pergi.

     "Kau tidak masuk dulu?" tidak menjawabnya, Sehun terus melangkah.

°

°

--

°

°

     Saat ini Yoona tidak berani untuk bertanya, hanya duduk diam disamping Sehun yang tengah menyetir. Sehun masih tampak tenang, bahkan kelewat tenang. Tetapi sikap tenangnya tak mampu menutupi manik matanya yang memperlihatkan kekhawatiran. Hal yang membuat Yoona semakin merasa gelisah, pria itu mendadak menjadi pendiam usai mereka meninggalkan rumah sakit itu. Mobil itu menjadi sangat senyap tanpa celotehan Sehun—yang biasanya memang sangat cerewet, sama seperti Yoona.

     Lampu merah menahan mobil mereka di sebuah simpang 5 yang setiap sisinya padat akan kendaraan. Gedung-gedung pencakar langit mengisi di sisi lainnya. Masing-masing gedung memiliki papan iklan yang entah mengapa serentak mempertontonkan sebuah berita, berita yang tak lain yaitu mengenai kabar pernikahan sang artis senior—yang tidak lain ayah Sehun. Lagi-lagi dapat Yoona lihat itu, sorot mata Sehun seakan berkata bahwa ia benci semua itu. Sesaat Yoona merasa bahwa ia tidak tahu banyak mengenai pria itu.

     Mereka tiba dirumah tanpa mengucapkan sepatah katapun. Yoona mencoba memahami kondisi itu dan memilih untuk tetap menutup mulutnya. Sehun masuk kedalam rumah lebih dulu, itu karena Yoona masih berdiri di ambang pintu masuk. Ia termenung sesaat, kepalanya dipenuhi dengan ekspresi wajah Sehun yang tak sepenuhnya terbaca. Ya, wajah itu terlalu tenang namun tetap memperlihatkan beberapa macam ekspresi yang berubah di setiap saat. Sangat tak terbaca. Tetapi yang jelas, Yoona merasa melihat sisi lain dari seorang Oh Sehun.

     "Kau tidak sedang membaca mantra kan?" seseorang menepuk kepalanya, mendorongnya kesamping lalu membuka pintu rumah itu. "cepat masuk dan bantu aku masak. Nanti sore adikmu yang luar biasa itu akan membawa temannya kesini. Aish, akan seperti apa kondisi rumahku nanti." ya, itu Kwang Soo. Ia melangkah masuk bersama beberapa kantong plastik yang berada di genggamannya. Perkataan Kwang Soo yang berdampak akan bahaya tentu menyadarkan Yoona.

     "Apa maksudmu, oppa?" tanya Yoona yang sudah mengikutinya menuju dapur.

     "Tadi dia menghubungiku melalui ponsel gurunya. Katanya teman-temannya ingin berkunjung kerumah ini."

     "Heee? Lalu, oppa mengijinkannya?" Yoona tampak resah. Kwang Soo hanya bisa mengangguk pasrah. "aish! Seharusnya oppa melarangnya!" bentak Yoona.

     "Yak, aku sudah berbaik hati pada adikmu, kenapa malah kau bentak-bentak!" Kwang Soo balik membentak.

     "Oppa, mereka itu luar biasa liar!" teriak Yoona. Ia seperti trauma akan sesuatu. Melihat ekspresinya, Kwang Soo melemas dan terduduk di kursi makan.

     "Bagaimana ini?" ringis Kwang Soo penuh penyesalan.

     Sedang apa mereka saat ini? Sedang terkapar di sofa. Yoona, Kwangsoo dan Jisoo—yang tadinya dipaksa membantu—tampak kelelahan usai menyelesaikan semua tugas memasak. Tidak, ada Sehun bersama mereka. Tapi Sehun tampak segar karena memang tidak membantu sama sekali. Pria itu hanya duduk santai bersama mereka sambil menyaksikan siaran televisi yang tengah menampilkan Variety Show kesukaannya. The Return of Superman.

     "Wuah, aku lelah sekali." keluh Kwang Soo.

     "Kubilang juga apa. Seharusnya oppa menolak permintaannya. Kita sudah masak sebanyak ini belum tentu juga mereka sentuh. Makhluk-makhluk itu pasti memiliki beragam macam selera." sela Yoona yang sepertinya sudah pernah mengalami hal tidak menyenangkan dengan makhluk yang ia maksud.

     "Eish.. Kau kasar sekali." Sehun melempar bantal sofa ke wajah Yoona. "jangan berkata seperti itu kepada mereka. Mereka cuma anak kecil yang hanya tahu bermain." Yoona terdiam sejenak, sesaat mengingat ekspresi Sehun beberapa jam yang lalu. Dia sudah kembali seperti semula, baguslah. Batin Yoona.

     "Syukurlah dulu waktu aku bekerja dirumahmu Yong Bin belum lahir. Mungkin aku akan berhenti bekerja lebih cepat." gumam Kwangsoo mengambil nafas dalam-dalam.

     "Ada apa dengan kalian?" Jun Yeol tiba dirumah bersama Jong Suk. Tak biasa melihat mereka pulang secepat itu.

     "Hyung, kenapa kalian bersama?" tanya Ji Soo yang menyadari itu.

     "Kami bertemu dirumah sakit." sahut Jong Suk yang sudah ikut duduk bersama mereka, begitu juga dengan Jun Yeol.

     "Lalu kenapa kalian pulang secepat ini?" tanya Ji Soo lagi.

     "Dia mengirimi kami pesan!" bentak Jun Yeol seraya menunjuk ke Kwang Soo.

     "Memangnya ada apa hyung? Apa yang mendesak?" Jong Suk bertanya—mengingat tadi Kwang Soo mengatakan 'Cepat pulang! Ini sangat mendesak!'

    "Hyung, kau menyuruh mereka pulang?" kata Ji Soo ke Kwang Soo. Dengan santai si jerapah mengangguk pelan.

     "Ada apa sebenarnya?" Jun Yeol tampak geram karena tak kunjung mendapatkan jawaban.

     "Begini hyung.." sambar Ji Soo. "Yong Bin mengundang teman-temannya kerumah ini."

     "Heee???" Jun Yeol melotot ekstra. Sepertinya ia juga tidak suka itu.

     "Lalu kenapa?" tapi Jong Suk tampak biasa-biasa saja.

     "Mereka pasti akan sangat berisik." ujar Kwang Soo.

     "Tidak masalah.. Aku yang akan menjaga mereka." seperti biasa, Jong Suk pasti akan sangat membantu.

°

°

--

°

°

     Sesuai seperti yang Jong Suk katakan, dirinyalah yang menjaga mereka. Tidak, Sehun ikut bersamanya. Mereka berkumpul di halaman depan rumah itu. Bermain bola kaki, kejar-kejaran, sembunyi-sembunyian hingga mendengar dongeng dari Sehun. Mereka tertawa bersama, bersorak bersama hingga melompat riang. Disaat mereka sudah tampak kelelahan, Kwang Soo dan Ji Soo langsung membawa makanan yang tadinya mereka masak ke halaman depan rumah itu. Makanan itu langsung diserbu oleh mereka. Yoona dan Jun Yeol juga membawa minuman beserta ice cream untuk mereka.

     Syukur jam bermain mereka tidak lebih dari 2 jam. Sebelum malam tiba bis sekolah sudah kembali menjemput mereka—untuk diantar kerumah mereka masing-masing. Kepergian mereka meninggalkan keheningan dirumah itu—yang sesungguhnya memang selalu berisik. Tetapi orang-orang dewasa itu tampak teruduk lemas di kursi taman. Mungkin mereka kelelahan. Lalu dimana Yong Bin? Bocah itu sudah masuk kedalam kamarnya.

     "Bukankah menyenangkan?" Jong Suk menyadarkan semuanya. "mereka memang membuat kita kelelahan, tapi tanpa sadar kita dibuat tertawa oleh mereka. Dan reaksi dari tingkah lucu mereka jauh lebih bermanfaat untuk kita yang sudah kelelahan dalam aktifitas sehari-hari. Kupikir mereka sukses menghibur walaupun mereka sendiri tidak berniat seperti itu." tanpa sadar yang lainnya mengangguk mengiyakan.

     "Baiklah.. Saatnya kita bersih-bersih.." ujar Yoona yang langsung membuat para pria mengeluh lelah, termasuk Jong Suk.

     Kwang Soo dan Ji Soo sedang sibuk mencuci piring kotor. Jun Yeol dan Jong Suk merapikan rumah—yang tadinya sempat diberantakin para mahkluk. Lalu Yoona dan Sehun mondar-mandir dari halaman rumah ke dapur untuk membawakan piring kotor. Seperti saat ini, walau ia merasa sudah menyelesaikan tugasnya, Yoona mencoba kembali ke halaman depan rumah itu. Sekedar mencari tahu apakah halaman itu sudah bersih atau tidak. Yang ia dapat malah sosok itu disana. Sehun tengah duduk berselonjor di kursi taman, menatap langit dengan raut wajah sendunya. Membuat Yoona kembali teringat pada kondisi ibu pria itu. Tanpa pikir Yoona langsung menghampiri Sehun lalu duduk disampingnya.

     "Kau sedang memikirkan ibumu?" Sehun tak menjawab pertanyaannya, hanya helaan nafas pria itu yang terdengar. "kenapa kau tidak pernah menceritakan ini padaku?" tanya Yoona lagi. Sehun tetap bungkam. "apa mereka juga tidak tahu mengenai ini?" ia masih saja diam. "yak.. aku sedang bertanya padamu. Jangan diam saja." perlahan wajah itu menoleh padanya. Pertama kali untuk Yoona ditatap dengan ekspresi seperti itu.

     "Kenapa? Kau mengkhawatirkanku?" suaranya terdengar pelan dan sangat lembut. Yoona dapat merasakan itu, Sehun tampak berbeda. Tapi karena ia tidak sedang memikirkan apapun, Yoona hanya menganggap itu hal wajar.

     "Tentu saja.. Kita sudah seperti keluarga." jawab Yoona santai. Perkataannya membuat Sehun duduk dengan tegak—tak lagi berselonjor malas.

     "Keluarga?" tanya Sehun lagi.

     "Oo." rasanya sangat geli dan sangat mengganggu. Sehun menatapnya lekat dan rasa aneh itu semakin mengganggu Yoona. "karena itu.." tangan Yoona reflek bergerak menyentuh kepala Sehun. Entahlah, Yoona berpikir bahwa yang akan ia lakukan dapat menghilangkan situasi kaku itu. "kau bisa menceritakan masalahmu pada kami.." bagaikan seorang kakak, Yoona mengelus rambut Sehun, berharap ia bisa tampak seperti nuna pria itu—walau Sehun tidak pernah mengakuinya. "kami pasti akan membantumu." sambungnya. Dugg! Ada apa ini? Kenapa dia menatapku seperti itu? Benar sekali, perlakuannya malah membuat Sehun menatapnya semakin lekat. "kenapa? Apa aku salah bicara?" Yoona menjadi gugup. Bodohnya lagi, ia baru menyadari itu, posisi mereka sangat dekat. Seraya berdehem pelan, Yoona tarik tangannya dari kepala Sehun. Oh tidak! Sehun menahan tangannya! Mata Yoona melotot melihat tangannya yang digenggam erat oleh pria itu.

     "Terima kasih.." ujar Sehun, tapi tidak dengan wajah tenangnya. Senyum nakalnya sudah timbul di wajah tampannya. "tapi.. Kuperingatkan padamu.." Sehun mendekatkan wajahnya, terus bergerak mendekat hingga nyaris mencium Yoona. "jangan terlalu dekat padaku.." Yoona sampai kesulitan bernafas dan lucunya ia tidak mampu bergerak sedikitpun. Masih pada jarak yang sangat dekat, Sehun melanjutkan perkataannya. "kau tahu? Aku hampir saja menciummu." bisik Sehun. Puas melihat Yoona yang diam kikuk, ia pergi begitu saja. Masuk kedalam rumah dengan senyuman penuh kemenangan. Lalu bagaimana dengan Yoona. Gadis itu tengah kejang-kejang tak jelas. Yoona geli bukan main dengan perkataan Sehun.

Continued..

Suka dengan cerita ini?

avataravatar
Next chapter