7 Part 7

     Mereka baru saja keluar dari mini market. Yoona sudah membeli pembalut yang ia inginkan, juga membelikan Sehun cola—karena Sehun tidak membawa uang. Keduanya melangkah pelan menuju rumah. Diluar sana benar-benar sepi, sejenak Yoona merasa bersyukur Sehun mau menemaninya. Suara tangis bayi terdengar membisik. Yoona langsung mencari tahu dimana keberadaan bayi itu. Dari ujung jalan tidak jauh dari mereka, dilihatnya seorang pria setengah baya tengah menggendong seorang bayi laki-laki—yang tengah menangis. Kalau dilihat dari postur bayi itu, mungkin dia berumur kurang dari 1 tahun.

     "Apa yang sedang kau lihat?" tanya Sehun melihat Yoona yang hanya berdiri diam di tepi jalan, karena Yoona hanya diam, ia coba untuk mengikuti arah pandang gadis itu.

     Pria yang menggendong bayi itu menepuk punggung si bayi berkali-kali, mungkin agar si bayi itu berhenti menangis. Tetapi yang terdengar tangisan itu malah semakin kencang. Setelah tampak menghubungi seseorang dari ponselnya, pria itu mulai melangkah dan akan melewati Yoona. Sadar bahwa Yoona tengah mengamatinya, pria itu terlihat sedikit kaget, tapi terus melangkah hingga benar-benar melewati Yoona. Langkah pria itu berhenti di sebuah halte bis.

     "Dia sedikit mencurigakan." gumam Sehun yang sepertinya sepikiran dengan Yoona.

     "Itulah yang aku pikirkan dari tadi." sahut Yoona.

     "Kita ikutin saja." padahal Yoona tidak berniat sampai melakukan sejauh itu, tapi Sehun terlanjur mendorong tubuhnya agar segera melangkah menuju halte.

     Mereka berdiri di bagian belakang halte, tidak ingin pria yang menggendong bayi itu mengetahui keberadaan mereka—mengingat tadinya dia sempat melihat wajah mereka. Lama mengamati pria itu dan si bayi, membuat Yoona semakin yakin bahwa ada yang tidak beres dengan pria itu. Bagaimana tidak, bayi itu tampak sudah sangat kelelahan akibat terus menangis, dan pria itu hanya menepuk-nepuk punggungnya bahkan sesekali terlihat menepuk keras. Kecurigaan lainnya juga ketika si bayi semakin menangis histeris disaat melihat wajah pria yang menggendongnya. Lalu kecurigaan terbesarnya adalah fakta bahwa si bayi hanya mengenakan kaos berlengan pendek.

     Di tengah malam yang dingin seperti ini tidak mungkin untuk seorang ayah membiarkan anaknya kedinginan. Bahkan untuk ukuran orang dewasa saja akan merasa kedinginan jika hanya mengenakan baju selapis—abaikan Yoona yang memang hanya mengenakan piyama lengan pendek kesayangannya. Bis tiba dan dapat mereka lihat pria itu yang langsung menaiki bis dengan tergesa-gesa. Menunggu sedikit jeda, barulah mereka ikut menaiki bis itu.

     Mereka tidak mendapat jatah tempat duduk dan terpaksa berdiri di bagian tengah bis, sedangkan pria itu sudah duduk dibelakang sopir. Setidaknya mereka bisa lebih leluasa mengawasi pria itu. Ketika itu ponsel Sehun berdering dan langsung ia terima. Sedikit merunduk tidak ingin percakapannya didengar orang.

     "Kalian dimana?" tanya Jun Yeol si penelepon. Ternyata sebelum menaiki bis Sehun sudah lebih dulu mengabari Jun Yeol.

     "Kami masih didalam bis, hyung." bisik Sehun. Sementara itu Yoona mengambil foto pria yang menggendong bayi itu. Walau yang terlihat hanya rupa bagian belakangnya, paling tidak wajah sang bayi kelihatan—karena tengah bersandar di bahu pria itu. Setelah itu Yoona segera mengirim foto itu ke Jun Yeol.

     "Selanjutnya bis akan berhenti dimana?" dari suara yang terdengar, sepertinya Jun Yeol sedang menyetir.

     "Sepertinya Yeongdengpo. Kau sudah menghubungi teman-temanmu?"

     "Oo, mereka sedang melacak keberadaan kalian. Yak, jangan lakukan hal-hal aneh. Kalian hanya perlu mengawasi saja. Aku tutup dulu." Yoona langsung menatap Sehun menunggu penjelasan.

     "Mereka sudah bergerak. Kita hanya perlu mengawasi." jelasnya masih berbisik.

     Seiring waktu berjalan, banyak penumpang yang memilih berdiri karena hendak turun sehingga menyisakan kursi untuk mereka. Dengan perasaan lega Sehun dan Yoona langsung menyisip di kursi barisan paling belakang. Keduanya memijit paha karena kelelahan berdiri. Baru saja duduk, bis sudah tiba di halte. Banyak penumpang naik-turun membuat Yoona harus berdiri guna melihat keberadaan pria itu. Dia masih duduk disana.

     "Dia tidak turun?" tanya Sehun hanya dengan gerakkan mulut. Yoona menggeleng padanya dan kembali duduk.

"Cepat hubungi Jun Yeol oppa." bisik Yoona yang langsung di lakukan Sehun. Tiba-tiba saja Yoona memukuli pahanya berkali-kali. Sehun menoleh padanya dan dilihatnya Yoona yang tengah menatap lurus kedepan. Ketika ia mengikuti arah pandangan Yoona. Dugg! Pria yang menggendong bayi itu tengah melihat kearah mereka. Reflek Sehun memutuskan panggilannya—padahal Jun Yeol baru saja mengangkat telepon darinya.

     Tatapan pria itu sangat bringas. Sehun tidak sepenuhnya takut, hanya tidak ingin terjadi hal-hal yang mengerikan saja—mengingat Yoona sedang bersamanya. Oh Tidak! Pria itu bangkit dari duduknya, masih terus menatap mereka bergantian, dia melangkah penuh hati-hati menuju kursi paling belakang yang hanya ada Yoona dan Sehun saja. Melihat kedatangan pria itu, Sehun langsung memerintah Yoona untuk bertukaran tepat dengannya. Yoona langsung merapat ke sudut disamping kaca bis. Lalu Sehun? Kini dia duduk bersampingan dengan pria itu. Drrrt! Drrrt! Kini ponsel Yoona yang bergetar. Buru-buru Yoona raih ponselnya dari dalam saku celananya lalu menerima panggilan itu yang ternyata dari Jun Yeol.

     "Jika kalian ingin anak ini selamat," pria itu membisik. "jangan halangi aku." Sehun tersentak dan langsung menahan tangan Yoona yang tengah menunggu panggilan itu diterima. Yoona menatapnya heran, tapi Sehun hanya menggeleng. Takut-takut Yoona mencoba untuk melirik pria itu, Dugg! Tenggorokkannya tercekat. Pria itu tengah menatapnya berang.

     Lagi-lagi Yoona memutuskan panggilan dari Jun Yeol—padahal Jun Yeol sedang mengatakan sesuatu padanya. Lama duduk dalam diam, barulah mereka sadari. Bayi itu sudah tak menangis lagi. Membuat perasaan keduanya semakin tersayat. Mereka benar-benar dalam keadaan serba salah. Tak terasa bis kembali berhenti di sebuah halte bis. Yoona langsung melihat kearah halte bis, berharap bisa menemukan Jun Yeol disana.

     "Turunlah." bisik pria itu ke Sehun. "dan jangan coba-coba untuk menghubungi polisi. Aku bisa saja menghabisi nyawanya saat ini juga." Sehun geram bukan main. Ia ingin sekali melakukan sesuatu, tetapi keselamatan bayi itu terancam. "cepat turun sebelum kulakukan sesuatu padanya!" erang pria itu dengan suaranya yang tertahan. Berusaha menahan amarahnya, Sehun genggam tangan Yoona lalu menarik gadis itu turun dari bis. Yoona berkali-kali menghentakkan tangannya karena tidak ingin turun, tapi apa daya, tenaga Sehun jauh lebih kuat darinya.

     "Yak! Apa yang kau lakukan! Kita tidak boleh turun!" bentak Yoona yang masih berusaha untuk naik kedalam bis, tapi Sehun terus menarik tangannya dan terus melangkah menjauhi halte. Dapat Yoona lihat pintu bis yang kembali tertutup lalu perlahan berlalu pergi. "yak Oh Sehun! Sebenarnya apa yang sedang kau pikirkan!" Yoona marah bukan main. Tapi Sehun hanya diam dengan otot rahangnya yang menegang.

     "Aish!" grutu Sehun melepaskan tangan Yoona. Ia mengacak rambutnya dengan kesal. Nafasnya menjadi tak beraturan karena menahan amarah.

     "Yak, jelaskan padaku!"

     "Aku terpaksa melakukannya!" sambar Sehun balas membentak Yoona. Dapat Yoona lihat mata Sehun yang memancarkan kekecewaan. "dia mengancamku." dan suaranya melemah di akhir.

     "Apa maksudmu?"

     "Dia akan melukai anak itu jika kita tetap berada didalam bis. Kurasa dia sudah tahu kalau kita mengikutinya." saking geramnya, Sehun sampai menendang tong sampah yang ada di dekatnya.

     "Yak.. Yak..!" teriak beberapa orang dari kejauhan. Yoona dan Sehun segera mencari tahu keberdaan suara itu. "sedang apa kalian disana?!!" terlihatlah oleh mereka. Sebuah mobil tengah meluncur pelan di jalanan dengan memperlihatkan 3 orang pria yang tengah menyelipkan kepala mereka dari sela kaca mobil. Kwang Soo dan Jong Suk tampak berebutan sela karena ingin melihat Sehun dan Yoona. "kenapa kalian turun!!!" dan kali ini teriak sang sopir yang tak lain yaitu Jun Yeol. Bukannya menghentikan laju mobilnya, yang ada mobil itu terus meluncur hingga tak terlihat lagi.

     "Bukankah itu mobilmu?" tanya Yoona menepis kesunyian—karena sedari tadi kedua manusia itu hanya diam.

     "Dia selalu menemukan kunci mobilku. Kupikir aku sudah menyembunyikannya dengan baik." Sehun hanya bisa mengela nafas dengan pasrah—tak habis pikir dengan tingkah si detektif yang tak pernah berhenti menculik mobilnya. "aa! Dia menggunakan mobilku untuk bertugas?!! Aish!" tapi disamping itu semua. Sesungguhnya kondisi mereka kini tampak sangat menyedihkan.

     Yoona tampak bodoh dengan piyama pisangnya yang mentereng—sekalipun itu dimalam hari. Lalu Sehun hanya mengenakan kaos polos berlengan panjang berwarna hitam dengan celana tidurnya yang hanya selutut. Dan yang lebih menyedihkan lagi, keduanya hanya menggunakan sandal jepit. Dimalam yang dingin itu tentu semua yang mereka kenakan akan sangat menyiksa. Tapi lebih buruknya, mereka benar-benar tampak menyedihkan.

     "Huuuh.." mereka menghembuskan nafas kesedihan bersamaan. Berdua berdiri di tepi jalan yang sepi. Menahan dingin menunggu kendaraan apapun lewat—yang penting mereka bisa kembali kerumah.

     "Kuharap bayi itu baik-baik saja."

     "Kuharap juga begitu."

--

     Akhirnya mereka tiba dirumah setelah menaiki sebuah taksi dan Yoona terpaksa membayar biaya taksi yang sangat mahal. Sepanjang melangkah masuk kedalam rumah Yoona terus-terusan memarahi Sehun—yang sepertinya memang sengaja tidak membawa uang—apalagi jika sedang bersamanya. Usai masuk kedalam rumah, mereka menemukan Ji Soo disana. Tengah menonton siaran televisi seorang diri di ruang keluarga. Tidak mungkin untuk tidur, keduanya memilih ikut menikmati film bersama Ji Soo.

     "Aa, nuna. Apa kau tahu itu? Ternyata bayi yang diculik itu adalah cucunya bibi penjual udon." Ji Soo membuka pembicaraan.

     "Bibi pemilik warung tenda langganan kita?" sela Sehun.

     "Oo, bayi itu anak dari putri keduanya."

     "Kau tahu dari mana?" tanya Yoona.

     "Sebelum berangkat, Jun Yeol hyung mendapat laporan dari kantor. Lagi pula, hanya dengan melihat foto yang nuna kirim, aku sudah bisa mengenali siapa bayi itu. Aku sudah beberapa kali melihatnya ketika sedang makan udon disana."

     "Yak, coba hubungi mereka. Tanyakan bagaimana keadaan disana. Tidak, bagaimana nasib si bayi." tapi telepon dari Ji Soo tak juga di angkat. Tidak hanya Jun Yeol, Kwang Soo dan Jong Suk juga tak mengangkat telepon dari mereka. "aish, seharusnya tadi kita tidak turun!" Yoona membentak Sehun. Pria itu sampai terlompat kaget.

     "Hoh, lalu kau mau anak itu terluka?" balas Sehun bersikeras. Yoona hanya bisa meringis dengan ketidakmampuan mereka. Haaaachim! Dan akhirnya tubuh Yoona mengerti bagaimana caranya bereaksi pada udara dingin. "cih, kau bisa bersin juga?" cibir Sehun seraya melempar sebuah selimut ke wajahnya—selimut itu memang selalu berada di sofa.

'Berita gembira dari aktor senior kita. Kabarnya beliau akan kembali melangsungkan pernikahan ketiganya. Hari bahagia itu akan terlaksana tiga hari lagi. Sayangnya pernikahan kali ini berlangsung tertutup. Media sama sekali tidak diijinkan untuk meliput. Tamu undangan yang akan datang juga hanya dari kalangan keluarga saja, dan mungkin beberapa selebritis yang memang berteman dekat dengan beliau.'

     Yoona dan Ji Soo langsung menatap Sehun. Dilihatnya Sehun tampak tak peduli dengan berita di layar televisi itu. Seakan tidak ada yang salah, Sehun malah berselonjor santai hingga menaikkan kakinya keatas meja.

     "Yak.. Kau sudah tahu itu?" tanya Yoona menyenggol kaki Sehun. Sehun mengangguk santai.

     "Wah.. Daebak(luar biasa)!" sorak Ji Soo juga merasa geli. Yoona langsung mengumpat pada Ji Soo—hanya dengan gerakkan mulutnya dan tanpa suara. Kontras membuat Ji Soo mengatup mulutnya.

     "Bagaimana dengan ibumu?" tanya Yoona lagi, kali ini terlihat cemas.

     "Entahlah. Nanti juga akan tahu." jawab Sehun acuh.

     "Yak!" bentak Yoona padanya. Tak suka dengan sikap tak pedulinya itu. "apa kau tidak memikirkan perasaan ibumu?!!" Yoona malah terbawa emosi.

     "Aish, kenapa marah padaku? Sana marahi kakek tua itu!!!" menunjuk kearah layar televisi yang tengah memperlihatkan seorang pria yang memang sudah tampak seperti seorang kakek-kakek.

     "Yak! Dia ayahmu!" melempar bantal sofa ke wajah Sehun.

     "Aku tidak kenal dia!"

     "Durhaka sekali kau!"

     "Wuahhh!!!" Ji Soo berseru riang hingga berdiri tegak. Menatap layar ponselnya dengan sumringah. Yoona dan Sehun masih dalam posisi hendak saling melempar bantal, tapi malah terpaku pada Ji Soo karena penasaran dengan apa yang pria itu baca. "bayi itu selamat!"

     "Benarkah?" Sehun ikut berdiri tegak sepertinya.

     "Tahu dari mana?" begitu juga dengan Yoona.

     "Kwang Soo hyung baru saja mengabariku." kata Ji Soo menatap mereka bergantian. Keduanya tampak diam sejenak, seperti tengah memikirkan sesuatu. "kenapa?" Ji Soo merasa aneh melihat mereka yang hanya diam seperti itu.

     "Pas sekali, aku sudah sangat mengantuk." Yoona melangkah begitu saja masuk kedalam kamar.

     "Kenapa mereka tidak mengatakannya dari tadi. Aku menahan kantuk hanya karena menunggu kabar ini." celoteh Sehun yang juga sudah menaiki tangga siap masuk kekamarnya.

     "Dasar aneh." grutu Ji Soo dan lanjut menonton. Sebenarnya penghuni dirumah itu memang tidak ada yang normal, termasuk Ji Soo.

--

     "Oppa, dia siapa?" dengan rambutnya yang belum kering, menyusup di sela Kwang Soo dan Jong Suk yang tengah sibuk di depan kompor memasak sarapan.

     "Aish, sana keringkan dulu rambutmu!" Kwang Soo mendorongnya agar menjauh, tapi sedetik kemudian Yoona kembali menyusup di tengah mereka.

     "Pengawal ayah Sehun." kata Jong Suk dengan lembut seperti biasa.

     "Pengawal? Kenapa tampan sekali?" sungutnya seraya mencuri udang goreng tepung yang ada di meja.

     "Tampan apanya!" entah kapan datangnya, Sehun merampas udang goreng dari tangan Yoona lalu melangkah pergi menuju ruang keluarga dimana sang pengawal menunggu. Yoona ingin memaki, tapi ia mengatup kembali mulutnya karena si pengawal tengah melihat kearah dapur. Ia curi udang lainnya. "oppa, bagaimana mana caranya kalian menyelamatkan bayi itu?"

     "Aku yang menyelamatkan bayi itu.." kali ini Jun Yeol yang merampas udang yang ada di tangannya. "sementara aku bertugas, mereka asik minum-minum di warung tenda." Yoona ingin marah, tapi rasa penasaran lebih unggul dari pada kata-kata mutiara yang hendak ia lontarkan.

     "Memangnya apa yang terjadi?" Yoona dan Jun Yeol malah asik mengobrol di meja makan. Sedangkan Kwang Soo dan Jong Suk masih sibuk memasak. Lalu Sehun tampak bertahan mendengar si pengawal yang tengah menyampaikan pesan sang ayah. Aa, Ji Soo? Dia masih tidur setelah begadang hingga pagi. Yong Bin sih sudah berangkat sekolah sedari tadi.

--

     Dimana Yoona saat ini? Didalam mobil Sehun. Sedang apa? Menemani, tidak, dipaksa Sehun untuk menemaninya mencari kado. Sebenarnya Yoona tidak terlalu suka berpergian dengan Sehun, apalagi di siang hari seperti itu—dimana orang bisa melihat wajah mereka dengan jelas. Mengingat Sehun memiliki banyak teman wanita, memikirkannya saja membuat Yoona merinding geli.

     Sehun mengatakan bahwa ia ingin membeli sesuatu untuk kado pernikahan sang ayah. Ya, kakek tua yang mereka lihat di televisi pada malam itu adalah ayah Sehun. Walau Sehun selalu menolak untuk mengakui itu. Karena memang hubungannya dengan sang ayah tidak terlalu baik. Keretakan hubungan mereka terjadi sejak sang ayah menikahi wanita lain dan menjadikan wanita itu isteri keduanya. Sejak saat itulah Sehun berhenti berhubungan dengan kakek tua itu dan hanya menganggap ibunya sebagai satu-satunya orang tuanya. Namun, apa mau dikata? Publik sudah lebih tahu dan dengan sangat terpaksa ia harus hadir di acara pernikahan itu.

     "Toko buku? Kau mau membeli buku?" tanya Yoona ketika dilihatnya Sehun yang tengah memarkirkan mobilnya di depan toko buku.

     "Aku akan memberikan kado terbaik untuknya." ujar Sehun dengan seringai devilnya.

     Terlalu melelahkan untuk mengikuti Sehun. Yoona memilih duduk disebuah kursi seraya terus mengamati Sehun yang tampak bahagia dengan niat jahatnya. Ia tak habis pikir, kenapa Sehun harus mengajaknya jika pada akhirnya pria itu tampak asik dengan kegiatannya sendiri. Lama mengamati pria itu, baru Yoona sadari, banyak remaja labil yang diam-diam mengarahkan kamera ponsel ke arah Sehun. Yoona yakin sekali kalau mereka tengah mengambil gambar atau apalah. Mereka juga tampak kegirangan dengan yang beberapa dari mereka sampai melompat gemes. Seperti melihat artis saja! Dia itu playboy terkutuk terburuk yang pernah ada! Erang Yoona dalam hati, tak suka melihat mereka jatuh hati pada pria itu—yang menurutnya jauh dari kata baik.

     "Yak, sini." Sehun mendadak memanggilnya, membuat remaja-remaja itu melihat kearahnya. Ttarrr! Bagaikan disambar petir, Lirikan maut dari mereka langsung menghujam matanya. Sekujur tubuhnya langsung bereaksi hingga merinding geli. "cepat kesini." panggil Sehun lagi.

     "Iya iya!" Yoona melangkah cepat menuju Sehun sementara para remaja labil disana masih melayangkan lirikkan terseram mereka padanya. "ada yang bisa saya bantu, Tuan?" malah berkata dengan keras. Berharap mereka berhenti meliriknya seperti itu.

     "Apaan sih." kening Sehun mengerut mendengar perkataannya.

     "Kenapa? Ada apa?" dan Yoona mendadak berbisik padanya.

     "Kau tidak ingin membeli sesuatu? Cepat pilihlah akan aku bayar." ujarnya yang sudah memegang beberapa buku di tangannya.

     "Tidak tuan. Aa, tuan sudah selesai ya? Kalau begitu kita bayar sekarang." Yoona kembali menaikkan volume suaranya. Dengan tergesa-gesa ia dorong tubuh Sehun agar segera melangkah menuju kasir.

     "Ada apa denganmu?" Sehun menahan tangan Yoona yang hendak mendorong tubuhnya.

     "Cepat jalan saja. Mata mereka benar-benar seram. Aish, mereka norak sekali." bisik Yoona lagi.

     "Aaa.." Sehun tersenyum setelah menemukan jawaban dari tingkah aneh Yoona. "mereka?" malah menunjuk kearah remaja labil itu. Para remaja itu langsung bersorak histeris karena Sehun tersenyum kepada mereka. "masa begitu saja takut." dan sekarang sudah merangkul tubuh Yoona hingga tampak seperti memeluk.

     "Kau gila? Cepat lepaskan!" kuat betul tenaga pria itu, Yoona sampai sulit melepaskan tangan Sehun yang mencengkram bahunya.

     "Sudah diam saja."

--

     Mereka sudah masuk kedalam mobil tapi Sehun merasa tidak nyaman untuk mulai menyetir. Itu karena mulut Yoona terus melancarkan kata-kata asing yang tak cocok dengan wajah manisnya. Berisik sekali didalam mobil itu. Sehun masih berusaha untuk tidak menghiraukannya dan memilih membiarkan gadis itu hingga lelah, nyatanya Yoona tak juga tampak kelelahan malah kalimatnya semakin brutal.

     "Berkat kau, aish sialan kau. Aku tidak suka tatapan bringas dari mereka! Membuatku tampak jahat saja! Kenapa kau hanya diam saja? Kau tidak berniat meminta maaf?" Sehun hanya menutup mata mencoba menyaring kata-kata tak pantas itu. "ini yang buat aku malas pergi denganmu! pasti akan banyak orang aneh melirik-melirikmu dan setelah itu kau pasti akan menempel padaku. Hah, aku sudah tahu niat busukmu itu. Kau pasti berniat membuat mereka menjadikanku target pembullyankan? Jahat sekali kau!" teriaknya diakhir kalimat. Ia tarik nafas sejenak hendak lanjut memaki. "dan kau.." mulutnya mendadak mengatup. Yoona sampai menyudut hingga menempel ke pintu mobil. Kenapa? Karena Sehun sudah merapat pada wajahnya, tapi tanpa menyentuhnya. Mereka diam beberapa menit dalam posisi itu. Tampak tenang, Sehun amati wajah kaget Yoona dari jarak yang sangat amat dekat. Entah mengapa, Yoona merasa sesak nafas. "kau mau apa?" bisik Yoona lebih lirih dari bisikkan. Sehun tersenyum melihat Yoona yang tampak tak berdaya.

     "Seat belt please.." bisik Sehun dengan senyumannya yang sudah mengembang penuh kemenangan. Ia kembali ke posisinya siap untuk menyetir. Sedangkan Yoona tengah berusaha menyadarkan diri. "aa.. Jadi itu kelemahanmu? Arraso. Akan aku gunakan lain waktu. Sekarang saatnya kita jalan-jalan.."

     "Apa? No! No way! Aku tidak mau! Aku mau pulang saja! Yak, antarkan aku pulang! Aku tidak mau pergi denganmu lagi!"

     Sehun tertawa lepas namun tampak menyeramkan. Entah apa yang tengah ia rencanakan. Yang jelas, mengganggu Yoona adalah kegemarannya.

Continued..

Disini Yoona terlalu bodoh atau terlalu polos? Gak peka banget. Haha..

avataravatar
Next chapter