23 Part 23

     "Apa bisa dibuka? Memangnya apa isinya?" tanya Junyeol setelah masuk kedalam ruang kerjanya—dimana Yoona, Kwang Soo dan Yong Bin tengah berada. Kenapa mereka bisa berada disana? Karena malam itu Yoona mendapatkan panggilan mendadak dari Jun Yeol yang meminta Yoona untuk segera ke kantornya pada malam itu juga. Syukur ada Kwang Soo dirumah. Ditemani si jerapah dan terpaksa membawa Yong Bin yang tengah mengantuk, Yoona langsung bergegas berangkat ke kantor pria itu. Lalu, apa yang membuat Jun Yeol menghubunginya di malam selarut itu?

     "Surat." sahut Yoona, memperlihatkan sebuah amplop yang berisikan beberapa berkas dan sepucuk surat didalamnya. Ya, itulah yang membuat Jun Yeol memintanya untuk datang. Karena akhirnya brankas yang dulunya Yoona cari sudah ditemukan.

     "Surat? Surat apa?" Kwang Soo dan Jun Yeol mendekat padanya untuk melihat isi dari amplop itu lebih dekat—sedangkan Yong Bin sudah berbaring setengah sadar disofa ruangan itu.

     "Aku tidak tahu." dan anehnya, Yoona juga tidak tahu menahu dengan keberadaan amplop didalam brankas itu.

     "Apa maksudmu? Bukankah brankas ini milikmu?" tanya Kwang Soo heran.

     "Brankas ini memang milikku. Tapi, seharusnya isinya bukan ini. Seingatku, aku hanya mengisinya dengan foto-foto masa kecilku." kata Yoona mencoba mengingat lebih dalam.

     "Jadi maksudmu, seseorang telah meletakkan amplop ini di brankasmu?" pertanyaan Jun Yeol dijawab anggukan dengannya.

     "Kita baca dulu, aku penasaran dengan isinya." dan mereka mulai membaca satu persatu pesan yang ada disetiap kertas. Tidak butuh lama, ketiganya sama-sama terdiam. Raut wajah mereka memperlihatkan ketidakpercayaan terhadap berkas dan isi surat yang telah mereka baca.

     "Yak, bukankah ini kasus yang sangat kau nanti-nantikan?" bisik Kwang Soo ke Jun Yeol. Jun Yeol termenung sejenak sebelum akhirnya menoleh pada Yoona.

     "Lakukan saja." kata Yoona terlihat pasrah.

     "Tapi dia tetap keluargamu." Jun Yeol tampak tidak tega untuk berkata lebih.

     "Keluarga?" Yoona tersenyum tipis memikirkanya. "jika dia keluargaku, tidak seharusnya dia menyakitiku dan orang-orang disekitarku." walau berkata seperti itu, Jun Yeol dapat melihat setitik kesedihan dari wajah Yoona. "oppa, selama ini aku selalu menghentikanmu. Tapi kali ini aku tidak akan melakukannya. Dia sudah melakukan kesalahan besar, kau harus segera menangkapnya." berusaha meyakinkan diri, Yoona menatap Jun Yeol dengan mantap.

     "Kau yakin?" Yoona mengangguk mengiyakan. Suasana hening sejenak.

     "Aku lapar.." dan Yong Bin memecahkan keheningan itu. Dengan ekspresi malas, mereka menoleh pada Yong Bin. Bocah itu masih menutup matanya dan masih berbaring di sofa. Belum ada reaksi dari mereka bertiga, mereka masih sedikit shock dengan isi surat itu. "aku lapar.." ulang Yong Bin lagi masih dengan kondisi yang sama. Ketiganya bersamaan menghela nafas penuh kepasrahan.

     "Yong Bin-a, bagaimana dengan spagetti?" tawar Kwang Soo.

     "Aku mau hyung." tidak diketahui apakah dia benar-benar lapar, karena bersuara saja sudah lemah—Yong Bin sudah tampak sangat mengantuk. Tetapi karena kebetulan mereka sedang bad mood, permintaan Yong Bin pun langsung mereka penuhi. Mereka langsung meninggalkan kantor itu—bersama Jun Yeol yang memilih menyudahi pekerjaannya pada hari itu.

°

°

     Mereka masih diperjalanan menuju kafe pilihan Kwang Soo. Kini Yong Bin sudah benar-benar tidur. Tapi karena tiga manusia dewasa yang ada didalam mobil itu butuh waktu santai, mereka tetap melanjutkan perjalanan itu. Jun Yeol sempatkan untuk menghubungi anak kos lainnya. Hanya Ji Soo yang menerima telepon darinya—dan pria itu juga tidak mau menyusul karena sudah tiduran di kamar tercintanya.

     "Tapi, kemana Jong Suk? Bukankah ini sudah sangat larut malam? Tidak biasanya dia belum pulang selarut ini." kata Kwang Soo masih fokus menyetir.

     "Entahlah, dia tidak menerima telepon dariku." sahut Jun Yeol.

     "Lalu Sehun? Dia juga tidak?" tanya Kwang Soo lagi.

     "Aku sih tidak terlalu mengharapkan kedatangannya, dimalam seperti ini dia pasti sedang sibuk dengan gadis-gadisnya yang.." kalimat itu terhenti. Ekspresi Jun Yeol memperlihatkan penyesalan atas kalimat yang sudah terlanjur ia katakan. Disampingnya—Kwang Soo yang tengah mneyetir—juga memperlihatkan ekspresi yang sama. Dalam waktu yang sama, kedua lelaki itu melirik Yoona yang duduk diam dibelakang mereka. Kwang Soo meliriknya melalui kaca spion dan Jun Yeol melirik langsung setelah memiringkan posisi duduknya.

     "Kenapa? " Yoona terlihat bingung dilirik seperti itu.

     "Begini, aku tidak bermaksud menjelek-jelekkannya—"

     "Lalu kenapa?" sela Yoona menyela perkataan Jun Yeol. Ia terlihat sangat santai seakan tidak ada yang membuatnya tertarik dari pembahasan itu.

     "Yoona-a, mungkin selama ini kau sering melihatnya berlaku nakal, tapi sebenarnya Sehun adalah pria yang baik. Percayalah padaku.." dan Kwang Soo mencoba mensterilkan pikiran Yoona.

     "Kalian ini kenapa sih?" Yoona semakin tampak kebingungan.

     "Aish.." Kwang Soo dan Jun Yeol mendecak kesal—kesal pada diri mereka yang tidak bisa berterus terang.

     "Yak, kau pasti menolaknya kan?" celutuk Kwang Soo yang sudah tidak bisa menahan mulutnya lebih lama lagi.

     "Menolak? Menolak siapa?"

     "Aish, Sehun.. Sehun!" sambar Jun Yeol kepanasan menunggu reaksi darinya.

     "Apa maksud kalian?"

     "Dua malam yang lalu—"

     "Aa.." Kwang Soo dan Jun Yeol terdiam—sementara Kwang Soo masih berusaha menyetir sebaik mungkin. "kalian pasti menguping? Lagi? " tebak Yoona dengan sangat yakin. Tak ada jawaban dari mereka. "pantas saja pada malam itu kalian terus-terusan melirikku! Ternyata kalian telah menguping pembicaraan kami ya?!!! Ketika kalian memberikan surprise padanya, aku sudah merasakan ketidakberesan diantara kalian!"

     "Yoo-Yoona-a, jangan marah-marah dulu." suara tinggi Yoona mampu membuat siapa pun merasa down. Tak terkecuali Jun Yeol sang detektif.

     "Yak, Jong Suk lah yang lebih dulu menguping! "

     "Benar sekali!" seru Jun Yeol membenarkan perkataan Kwang Soo.

     "Kami hanya mengikutinya!"

     "Itu juga benar!"

     "Sudahlah! Lupakan saja!" putus Yoona.

     "Eee? Maksudmu?!!" dan kedua pria itu masih saja kepo.

     "Kau benar-benar menolaknya?" tambah Kwang Soo tak percaya.

     "Kau menolak seorang Oh Sehun?"

     "Ya! Aku menolaknya! Memangnya kenapa?!!"

     "Kenapa? Kenapa kau menolaknya?!!"

     "Tanya saja padanya!!!"

     "Aish, kalian ribut sekali! Aku tidak bisa tidur!" erang Yong Bin karena terbangun.

     "Diamlah!!!" bentak ketiga manusia dewasa itu.

     "Oo! Itu Jong Suk hyung!" seru Yong Bin tengah melotot seraya menunjuk keluar kaca. Jari telunjuknya mengarah ke sepasang kekasih—mungkin—yang berada diseberang jalan dan tengah melangkah santai masuk kedalam sebuah kafe. Kwang Soo yang ikut melihat itu dengan reflek menepikan mobilnya di pinggir jalan. Kini semua mata mengamati sepasang kekasih itu—yang wajah prianya sangat menyerupai Jong Suk. "keundae, kenapa Jong Suk hyung bersama Suzy sonsengnim?" dengan polosnya Yong Bin berkata seperti itu.

     "Apa maksudmu?!!" bentak ketiga manusia dewasa itu lagi.

     "Wanita yang bersama Jong Suk hyung, guruku! Suzy seonsaengnim(guru)!" Yong Bin balas membentak.

     "Heee???"

°

°

--

°

°

     "Hyung, tundukkan kepalamu." bisik Jun Yeol kepada Kwang Soo.

     "Baiklah! " kata Kwang Soo yang nyaris menempelkan wajahnya ke meja kafe. Kafe? Ya. Saat ini mereka sudah berada di kafe yang sama—tempat dimana Jong Suk dan guru cantik itu berada. Lalu mengapa Kwang Soo harus merunduk seperti itu? Karena jarak mereka terlampau dekat, tepat disamping meja Jong Suk—setiap meja terdapat dinding penghalang yang hanya setinggi 1 meter—dengan pot tanaman yang menghiasi dinding penghalang tersebut. Cukup menghalangi pandangan, tetapi Kwang Soo terlalu tinggi untuk tertutupi tanaman tersebut. "kau dengar? Apa yang mereka bicarakan?" tanya Kwang Soo ke Jun Yeol dengan suaranya yang tertahan.

     "Mereka belum mengobrol sama sekali." tuturnya sambil mengintip dari sela pot tanaman. "hanya senyum-senyum tidak jelas." Jun Yeol mengatakannya dengan memperlihatkan mimik geli. Sementara itu Yong Bin tengah menikmati cheese cake dan susu coklatnya dengan tentram—tanpa terkecohkan sedikitpun—walaupun ia batal memesan spagetti karena berada di kafe yang salah.

     "Eish, tidak seru." perbincangan mereka membuat Yoona tersenyum miris. Ternyata selama ini aku tinggal bersama para penguntit. Begitulah yang ia pikirkan.

     "Oppa, kenapa kalian tidak mencari pacar saja?" mulut Yoona langsung di bungkam Kwang Soo yang kebetulan duduk disampingnya. Dia berkata tanpa menahan volume suaranya—mungkin lupa dengan kondisi itu.

     "Yak, kecilkan suaramu!" erang Jun Yeol berusaha mungkin menahan teriakannya.

     "Dari pada kalian berlaku bodoh seperti ini, lebih baik kalian—"

     "Hyung? Yong Bin-a.. Kalian sedang apa?" seseorang menegur mereka. Itu Bukan suara Jong Suk. Tapi Sehun. Kenapa ada dia disini!!! Batin ketiga manusia yang terciduk itu. Dengan menahan malu, Yoona tepis tangan Kwang Soo yang masih membungkam mulutnya. Oo? Siapa wanita yang berdiri disampingnya? Yoona melihat keberadaan seorang wanita disamping Sehun—dengan penampilan seperti wanita karir yang sangat elegan—dan lumayan cantik.

     "Sehun-a.." dan kali ini suara Jong Suk terdengar. Yoona, Kwang Soo dan Jun Yeol langsung meringis menahan malu—Yong Bin masih sangat tentram dengan santapannya. "oo, kalian? " dan keberadaan mereka sudah terdeteksi. "sejak kapan kalian disini?" Jong Suk sudah menghampiri meja mereka.

     "Kalau begitu aku pergi dulu, ada yang harus aku kerjakan." kata Sehun. Saking tampak sibuknya, ia sampai lupa melihat kearah Yoona. Benar sekali, wanita itu memang datang bersamanya. Batin Yoona lagi yang tengah mengamati Sehun dan wanita itu—mereka menaiki lantai dua kafe itu. Hidupnya memang tidak pernah jauh dari wanita. Yoona mendadak tak bersemangat.

     "Tidak. Kebetulan Yong Bin sedang ingin cake, karena itu—"

     "Tadi kau mau membelikanku spagetti hyung, bukannya—" lagi-lagi tangan Kwang Soo bergerak cepat untuk membungkam mulut orang, dan kali ini korbannya adalah Yong Bin.

     "Aku juga sedang ingin coklat panas, karena itu kami kesini." tambah Jun Yeol diikuti cengiran pasrahnya. Syukur Jong Suk terlampau baik dan jarang mencurigai seseorang. Dengan sangat mudah akhirnya mereka berhasil mengelabuinya. "kau sedang bersama siapa?" Jun Yeol mulai berlaku 'Pura-pura bodoh'.

     "Aa, itu.. Yong Bin-a, Suzy sonsengnim sedang bersamaku, kau tidak mau menyapanya?" dia sama sekali tidak menutupinya dan malah tampak bersemangat.

     "Tidak perlu. Setiap hari juga bertemu dengan sonsengnim." tolak Yong Bin dengan lembut—tapi menusuk. Jong Suk hanya tertawa mendengarnya—sedangkan ketiga manusia yang terciduk lainnya tengah menatap sinis si bocah sombong.

     "Bagaimana dengan kalian? Mau aku kenalkan dengannya?"

     "Aa, tidak perlu. Oppa lanjutkan saja mengobrol dengannnya. Kami tidak lama, sebentar lagi juga akan pulang." sebelum Kwang Soo dan Jun Yeol merusak pertemuan itu, Yoona langsung menyelamatkan momen indah Jong Suk dan guru cantik itu.

     "Baiklah jika begitu." kini Yoona lah yang di tatap sinis dengan kedua lelaki aneh yang duduk bersamanya.

     "Kau ini kenapa sih?!"

     "Kami kan juga ingin mengobrol dengan guru cantik jelita itu."

     "Cari wanita lain saja. Yak, Yong Bin-a, bukankah kau sudah selesai? Kalau sudah mari kita pulang. Aku akan membayar tagihannya, kalian langsung ke parkiran saja." ucapnya tanpa putus. Sekilas Yoona tampak kesal, Kwang Soo dan Jun Yeol juga menyadari itu.

    "Hah, ada apa dengannya.."

    "Kenapa mendadak emosian begitu."

     "Nuna sedang cemburu. Ayo, sebelum nuna memaki kita." bocah itu turun dari kursinya lalu melangkah santai menuju pintu keluar.

     "Wah.. Kakak dan adik sama-sama unik."

     "Lebih tepatnya aneh." mereka segera menyusul Yong Bin dengan langkah besar.

°

°

     Banyaknya pelanggan pada malam itu membuat Yoona harus mengantri—berdiri dibelakang 4 orang yang juga hendak membayar tagihan mereka. Disaat masih menunggu, sesekali matanya melihat kearah lantai dua—tempat dimana seharusnya Sehun berada—tapi lokasi tempat duduk pria itu tidak dapat ia temukan dari bawah. Kencan? Cih. Dia bahkan lupa dengan perkataannya. Gumam Yoona pelan. Benar sekali, hari dimana Sehun menyatakan perasaannya, ia sempat berkata bahwa mereka akan pergi berkencan. Tapi nyatanya, setelah 2 hari berlalu, pria itu tidak juga menghubungi Yoona. Bahkan mereka jarang bertemu—karena Sehun selalu pulang larut malam. Mereka hanya bertemu ketika sarapan dan itu sangat singkat.

°

°

     Yoona sudah selesai membayar dan kini sudah melangkah keluar dari kafe. Mata sayunya seketika membesar ketika ia tidak dapat menemukan mobil Kwang Soo di parkiran. Penuh kekecewaan ia raih ponselnya lalu menghubungi nomor si jerapah. Tidak diangkat. Ia coba menghubungi nomor itu lagi, tetap tidak ada jawaban. Tampak sangat kesal, kali ini ia mencoba untuk menghubung nomor Jun Yeol.

     "Halo?"

     "Oppa! Kalian dimana? Kenapa tidak ada di parkiran?!!" bentak Yoona ketika Jun Yeol menerima panggilan darinya.

     "Kenapa harus berteriak?!!" suara Jun Yeol mengecil—mungkin dia sedang menjauhkan ponselnya dari telinganya—dikarenakan serangan dari suara melengking Yoona. "bukankah tadi kau yang meminta untuk ditinggal! Kenapa malah marah-marah!" ia balas membentak.

     "Apa maksudmu, oppa? Aku tidak ada berkata seperti itu! Aku hanya meminta kalian untuk menunggu di—"

     "Sehun yang mengatakanya padaku! Tadi dia menghubungiku. Katanya kau akan kembali dengannya. Sudah ya! Aku tutup!"

     "Aaa oppa! Oppa!" tuut.. Tuut.. Tuut.. "aish! Apa sih maksudnya?!!" Yoona alihkan pandangannya ke bagian dalam kafe. Pas sekali, tampak Sehun disana, tengah melangkah keluar dari kafe bersama wanita yang tadinya bersamanya. Mereka masih tampak asik berbincang hingga akhirnya mereka tiba di area parkir—dimana Yoona berada.

°

°

     Si wanita pamit pada Sehun—juga pada Yoona?—lalu masuk kedalam sebuah mobil yang seperti miliknya. Lalu Sehun? Kini dia tengah menatap Yoona. Tatapan itu bisa dikatakan sedang menyalurkan kerinduan, yang tampak tengah ia tahan agar tidak terlalu berlebihan. Sehun melangkah menghampiri Yoona dengan senyuman yang mulai menghiasi wajah tampannya.

     "Kau merindukanku kan?" lebih dulu menggenggam tangan Yoona. Langkah santainya perlahan menuntun langkah mereka menuju mobilnya. Sehun menghentikan langkahnya tepat disamping mobilnya. Tidak dulu membuka pintu mobil, ia tatap Yoona yang sedari tadi hanya diam tanpa perlawanan. "kenapa? Kenapa tenang sekali? Biasanya kau akan membentakku." Yoona tetap saja diam—hanya membalas tatapan itu. "apa aku berbuat salah?" dan Yoona masih tetap menutup mulut. "atau jangan-jangan, kau benar-benar sedang merindukanku?" meski Yoona sedang memperlihatkan wajah datarnya, Sehun tetap saja bercanda. "katakan sesuatu.." suara Sehun melembut. "arraso, jika kau—"

     "Ya, aku merindukanmu." ia mengatakannya dengan sangat tenang, pelan tetapi dapat Sehun dengar dengan sangat jelas. Senyuman di wajah Sehun menghilang total. Ia terlalu kaget mendengar kalimat seperti itu terucap oleh Yoona.

-

-

-

-

-

-

-

-

→Yoona Interview←

Author >> Yoona-ssi, besok polisi akan menggeledah perusahaan kakakmu, apa kau baik-baik saja?

Yoona >> Bohong jika aku berkata ia. Walaupun dia tidak pernah berlaku baik padaku, dia tetaplah kakakku. Tapi, kali ini aku tidak ada sangkut paut dengan masalah itu, karena itu aku tidak bisa melakukan apapun. Lagi pula, sudah sepantasnya dia bertanggung jawab dengan apa yang sudah dia perbuat. (Yoona terlihat lesu)

Author >> Maaf jika saya berkata seperti ini. Jika kakakmu dibuktikan bersalah, dengan begitu tidak ada lagi yang mengganggumu.

Yoona >> Ya, aku juga berpikir seperti itu.

°

°

°

Continued..

avataravatar
Next chapter