1 Part 1

Hyung → Abang (Panggilan cowo ke cowo yang lebih tua)

Nuna → Kakak (Panggilan cowo ke cewe yang lebih tua)

°

°

°

     Perkelahian itu terus terjadi. Walau darah sudah menodai tubuh hingga pakaian, mereka tetap melayangkan setiap pukulan. Beberapa dari mereka sudah terkapar lemah, berdarah-darah dan tak lagi bertenaga—syukur masih bernafas. Salah seorang anak muda—pria berwajah tampan dengan beberapa luka diwajah—mencoba melarikan diri, karena hanya tersisa dirinya dari keempat temannya. Sedangkan lawan yang ada dihadapannya masih sangat banyak dan mereka masih sangat kuat. Ia sudah sangat kelelahan, belum lagi luka-luka yang terus bertambah di tubuhnya. Ia tidak bisa menunggu lagi, ia harus segera melarikan diri.

     "Hei, kau mau kemana? Jangan Lari! Hei Kim Ji Soo!!!" teriak mereka yang sedang mengejarnya.

.

     Penuh tenaga ia gerakkan kakinya sekencang mungkin. Ya, Kim Ji Soo namanya. Ia berlari seperti orang gila mencari tempat persembunyian. Berkat padatnya pejalan kaki, ia berhasil menyusup di keramaian dan akhirnya bisa bernafas lega. Tak lama dari itu terdengar siriney polisi yang sedetik kemudian sudah menangkap beberapa orang yang tadinya mengejarnya. Dari tempat yang menurutnya aman, ia mencoba mengintip guna melihat aksi tangkap-menangkap itu. Disela itu, salah seorang polisi melihat kearahnya. Bukannya berlari, ia malah mengedipkan sebelah matanya kepada polisi itu lalu menyengir polos. Melihat tingkahnya, polisi itu hanya tertawa dan lanjut bertugas.

     "Hyung, kau dimana?" tanyanya yang tengah menghubungi seseorang menggunakan ponselnya.

     "Di klinik? Kalau begitu aku kesana." dan dengan langkah ringan ia melangkah menuju halte hendak ke klinik dimana Hyung yang ia hubungi berada.

·

·

     Ia baru saja menutup kliniknya. Hari ini jadwal dimana klinik hanya buka sampai sore hari. Pekerja yang membantunya sudah lebih dulu pulang—lebih tepatnya ia suruh pulang—karena Si Nakal Ji Soo sedang menuju kliniknya. Ia sudah bisa menebak, Ji Soo pasti membutuhkan pengobatan. Anak itu memang selalu berulah dan tidak pernah pulang dalam keadaan mulus. Ada saja luka yang menghiasi tubuhnya.

.

     Drrrt.. Drrrt..

.

     Ponselnya berdering dan ia sudah bisa menebak siapa yang tengah menghubunginya. Dengan senyum manisnya ia mengangkat panggilan itu. Menekan tombol speaker dan lanjut merapihkan meja kerjanya.

     "Oo, kenapa?" sapanya seraya membuka jas putih miliknya, meletakkan ke atas meja kerjanya tidak jauh dari papan nama yang bertuliskan Dr. Lee Jong Suk.

     "Tolong tahan Ji Soo hingga aku tiba disana." kata orang yang meneleponnya. Ia tertawa mendengarnya.

     "Baiklah." selang beberapa menit si nakal Ji Soo tiba di kliniknya.

.

     Beberapa perban menghiasi wajah dan tangannya. Tapi tetap saja senyuman terus tampak di wajahnya. Sesekali mengeluh 'Hyung, sakit!' karena Jong Suk—dokter yang mengobatinya—sengaja berlaku kasar. Ini sudah kesekian kalinya ia mengobati Ji Soo. Tidak, lebih tepatnya puluhan kalinya.

.

     Dan hal yang terjadi selalu terulang. Termasuk situasi dimana ia harus menahan Ji Soo karena permintaan seseorang. Tepat sekali, orang yang dimaksud sudah tiba. Tengah turun dari taksi dan melangkah geram masuk kedalam klinik. Sedangkan Ji Soo hanya bisa mendengus pasrah.

     "Hyung, apa kau yang menghubungi Jun Yeol hyung?" bisik Ji Soo ke Jong Suk. Jong Suk hanya menggeleng dengan senyumnya.

     "Kau berkelahi lagi?!!" kata pria yang baru masuk kedalam klinik. Menepuk kepala Ji Soo dengan kuat.

     "Hyung, sakit!!!" keluh Ji Soo berlaku manja.

     "Apa jadinya jika tadi kau tertangkap? Kau mau membuatku malu?!" dan kembali memukul kepala Ji Soo.

     "Aku tidak akan mengulanginya." ujarnya tak sepenuhnya tulus.

     "Kau selalu mengatakan itu." Pada detik itu sebuah suara terdengar dari sela jaket kulit Jun Yeol. Ia mengeluarkan sebuah Handy Talky—alat komunikasi yang menggunakan gelombang radio mirip telepon selular.

     "Ketua, anda diminta untuk datang ke lokasi kebakaran. Aku akan segera mengirimkan alamatnya." lapor seseorang melalui Handy Talky.

     "Apa? Kebakaran?" kata Jong Suk setelah selesai dengan bersih-bersihnya.

     "Kau bawa mobil?" tanya pria yang tadinya dipanggil 'Ketua'.

     "Tadi aku naik taksi." jawab Jong Suk.

     "Aish, lalu bagaimana aku kesana?" gumam Jun Yeol. "daerah klinikmu sangat sulit mencari taksi." sambungnya.

     "Ehei.. Detektif. Kau hubungi saja Sehun." sela Ji Soo. Merasa perkataan Ji Soo ada benarnya, ia segera menghubungi salah satu kontak yang ada di ponselnya. Tak perlu menunggu lama, beberapa detik kemudian panggilannya langsung dijawab.

     "Jun Yeol hyung? Kenapa kau menghubungiku? Aku tidak ada berbuat salah hyung." sahut pria yang bernama Sehun itu.

     "Kau dimana?" tanya si detektif to the point.

     "Aku? Aku sedang dijalan menuju rumah." sahutnya diiringi suara hiruk pikuk jalan raya.

     "Kau bawa mobil?"

     "Tentu saja.."

     "Ke klinik sekarang. Aku menunggumu." dan langsung menutup sambungan telepon itu.

     "Wah, tumben Sehun sudah mau pulang. Bukankah ini masih sore? Aa tidak, menjelang malam." gumam Ji Soo.

     "APA?!!" Jun Yeol selaku sang detektif mendadak terkejut ketika membaca pesan masuk di ponselnya. Pesan yang berisikan alamat lokasi kebakaran itu membuatnya shock. Bagaimana tidak, lokasi itu berdekatan dengan rumahnya dan ia mengenal sang korban kebakaran.

     "Kenapa?" tanya Jong Suk yang sudah berdiri disampingnya.

     "Rumah Yoona." katanya.

     "Apa maksudmu hyung?" balas Ji Soo yang sudah berdiri tegak.

     "Alamatnya sama dengan alamat rumah Yoona. Rumah Yoona terbakar."

     "WHATTT?!!" teriak Ji Soo dan Jong Suk serentak. Tepat sekali ketika itu suara pintu mobil terbanting tedengar di depan klinik. Seakan memiliki pemikiran yang sama, mereka bertiga serentak melangkah cepat keluar dari klinik dan Jong Suk segera mengunci klinik dengan ligas.

     "Oo? Kalian disini semua?" kata Sehun—pria yang baru saja turun dari mobilnya.

     "Cepat masuk!" perintah Jun Yeol yang sudah mengambil alih stir mobil. Melihat Jong Suk dan Ji Soo yang sudah masuk kedalam mobil, Sehun terpaksa kembali masuk kedalam mobilnya. Ia sadari itu, suasana didalam mobil sangat tegang.

     "Ada apa hyung?" tanyanya ke Jong Suk yang kebetulan duduk di bangku bagian belakang—disampingnya.

     "Terjadi kebakaran." Jawab Jong Suk singkat.

     "Kebakaran? Dimana?"

     "Rumah Yoona." sahut Ji Soo yang duduk di samping Jun Yeol.

.

     Perjalanan menuju lokasi kebakaran sangat mencekam. Jun Yeol menyetir dengan ganas saking cemasnya. Tak hanya dirinya, semua yang ada didalam mobil juga sama cemasnya. Tergambar jelas di wajah tampan mereka yang sama sekali tak terlihat tenang. Suara dering ponsel terus terdengar. Bukan milik si detektif, tapi milik Sehun. Karena sedang tidak mood, Sehun memilih tidak menghiraukan panggilan itu.

     "Tak bisakah kau angkat panggilan itu? Berisik sekali." cibir Ji Soo. Sehun malah me-nonaktifkan ponselnya.   

     "Hah, gadis-gadismu?"

     "Ya begitulah." jawab Sehun tanpa ekspresi. Sebenarnya Jong Suk ingin tersenyum, tapi situasi itu tidak mendukungnya untuk memperlihatkan senyum manisnya.

.

     Mereka sudah mendekati lokasi kebakaran. Jalanan sudah dipadati warga yang ingin melihat. Mobil pemadam sudah berbaris di tepi jalan, begitu juga dengan mobil polisi. Jun Yeol mengurangi laju mobilnya seraya mencari tempatnya untuk memarkirkan mobil. 

.

     Brukk! 

.

     Ia menambrak seseorang—tepatnya tak sengaja menabrak orang yang tiba-tiba saja melintasi jalan. Seakan sama sekali tak terluka, orang yang tertabrak itu langsung bangkit lalu berlari kencang mendekati lokasi kebakaran. Tunggu! Jun Yeol mengenal orang itu! Tepatnya mereka semua mengenal orang itu.

     "Bukankah itu Yoona?" kata Sehun.

     "Dia tidak dirumah?" sambung Ji Soo.

     "Lalu siapa yang tengah berada dirumahnya?" tambah Jong Suk. Mobil terparkir cepat dan setelah itu Jun Yeol langsung keluar dari mobil diikuti ketiga pria lainnya.

.

     Beberapa petugas kepolisian menahan Yoona yang berusaha mendekati rumahnya. Gadis itu menangis meraung-raung saking shocknya. Ia terus berusaha melangkah maju walau tetap saja ditahan petugas kepolisian. Situasi terlalu berbahaya karena ketika itu api masih membara hebat. Kebetulan rumah Yoona sangat besar sehingga menciptakan kondisi yang sangat kacau, syukur jarak antar rumah terlampau jauh.

     "Ketua!" kata salah seorang polisi ketika melihat kedatangan Jun Yeol.     

     "Chungsong! (salam hormat kepolisian di korea)" hormat mereka.

     "Lepaskan dia." perintah Jun Yeol. Usai dilepas, Yoona kembali berusaha menerobos masuk, tapi kali ini Ji Soo lebih dulu menahannya dan menariknya jauh dari sana.

     "Lepaskan aku!" ronta Yoona.

     "Nuna, disana sangat berbahaya." bujuk Ji Soo dan masih menahan Yoona.

     "Kubilang lepaskan aku!" bentaknya sekuat mungkin.

     "Yoona-a, kau harus tenang." sambung Jong Suk yang sudah mendekatinya.

     "Yong Bin.. Yong Bin ada disana!" erangnya diiringi tangis.

     "Nuna..!!!" teriak seorang anak. Yoona, Ji Soo dan Jong Suk langsung menoleh ke arah suara. Terlihatlah disana Sehun yang tengah menggendong seorang anak laki-laki berumur 4 tahun.

.

     Anak laki-laki itu tampak kucel dengan debu yang mengotori pakaiannya. Yoona rasakan tubuhnya yang melemas. Penuh perjuangan ia melangkah mendekati Sehun dan langsung menggendong Yong Bin sang adik.

     "Nuna.." tangis adiknya langsung pecah didalam pelukannya.

     "Dimana kau menemukannya?" tanya Ji Soo ke Sehun yang tengah menepuk pakaiannya.

"Petugas kepolisian yang memberikannya padaku." jawabnya santai.

Continued..

Begitulah awal mula ceritanya..

Bagaimana menurut kakak2?

Lanjut tidak?

avataravatar
Next chapter