2 Part 2

     "Yong Bin-a, kau baik-baik saja? Apa ada yang sakit?" tanya Jong Suk yang tengah memangku Yong Bin—adik laki-laki Yoona yang berumur 4 tahun. Saat ini mereka sudah berada didalam mobil, bersama Ji Soo dan juga Yoona. Sedangkan Jun Yeol dan Sehun masih berada di lokasi kebakaran.

     "Wajahku.." ringis Yong Bin lesu.

     "Kenapa dengan wajahmu? Sakit?" tanya Jong Suk lagi.

     "Wajahku pasti kotor." jawabnya dengan ekspresi jijik akan berbagai macam debu yang menempel di tubuhnya—terutama diwajahnya.

     "Yak kau! Kau masih memikirkan wajahmu?!!" celutuk Yoona yang sedang duduk bersandar disamping Ji Soo yang memilih menyetir mobil—milik Sehun.

     "Wajahku kotor, nuna!" balas si kecil Yong Bin.

     "Eish, yak anak berumur 4 tahun! Masih untung kau tak terbakar didalam sana!" bentak Yoona geram.

     "Kenapa nuna berkata seperti itu?! Nuna jahat!" malah menangis didalam pelukan Jong Suk. Yoona ingin lanjut berkata, tapi Jong Suk memberinya kode untuk diam saja.

     "Nuna, tenanglah.." bisik Ji Soo melihat kearahnya sejenak.

.

     Yoona tak berniat membuat adiknya itu bersedih, ia hanya masih dalam keadaan trauma. Bagaimana bisa rumah megahnya mendadak terbakar seperti itu? Ia masih tak habis pikir dengan semua itu. Jika apa yang ada dipikirannya kini benar adanya, itu artinya hidupnya dalam bahaya.

.

     Mobil melewati sebuah pagar rumah yang terbuka lebar, setelah itu masuk menyisiri halaman rumah yang tidak terlalu luas, tetapi memiliki banyak celah. Ji Soo memarkirkan mobil itu di bawah barisan pohon rimbun yang tingginya setengah dari tinggi bangunan rumah itu.

.

     Disana sangat sejuk dan yang tertangkap mata hanyalah hijau. Ya, berbagai macam tanaman hijau memenuhi setiap celah halaman rumah itu—halaman yang bentuknya hingga mengelilingi sang rumah. Seolah rumah itu sangat besar, tapi itu tidak benar.

.

     Rumah 2 lantai itu memiliki 6 kamar tidur—dengan masing-masing kamar mandi didalamnya—dan satu kamar mandi untuk tamu di luar kamar. Kamarnya juga tidak besar, hanya berukuran 5x6 dan sedikit tinggi. 4 kamar berada di lantai dua dan sisanya di lantai pertama. Lalu untuk dapur, bisa dikatakan cukup bersih walau tak juga besar, dan didepannya ruang keluarga berada. Terdapat 3 buah sofa panjang yang membentuk persegi—bersamaan sebuah televisi LED berukuran 60 inch—mengurung sebuah meja rendah di tengahnya. Dialaskan dengan sebuah ambal bulu lembut, cukup membuat nyaman.

.

     Rumah itu sama sekali tidak besar, semua itu hanya karena kecerdasan sang arsitek dalam memanfaatkan ruang-ruang kecil. Termasuk cela kecil di setiap bawah anak tangga yang telah disulap menjadi rak sepatu. So, rumah itu bukan mewah, but unique. Dan daya tarik utama rumah itu adalah, hampir dari keseluruhan dinding luarnya terbuat dari kaca, sehingga dapat memperlihatkan pemandangan hijau halaman rumah itu. Unique, right? Lalu, rumah siapa itu?

     "Ada apa ini? Kenapa Yong Bin kacau sekali? Apa yang terjadi?" begitulah rentetan pertanyaan yang di lontarkan pria bertubuh jangkung—yang baru saja keluar dari pintu bagian samping rumah itu.

     "Hyung, masuklah dulu. Kita bicarakan didalam." kata Jong Suk mencoba menenangkan pria yang ia panggil hyung itu, sedangkan Ji Soo sudah lebih dulu masuk kedalam rumah bersama si sombong Yong Bin.

     "Kenapa perasaanku mendadak tak enak?" batin si pria bertubuh nyaris 2 meter itu.

.

.

--

.

.

     "Apa!" ia kaget tapi tak sulit membantah.

     "Oppa, aku janji, aku tidak akan menagih uang sewa rumah ini, asalkan kau mengijinkanku tinggal disini." bujuk Yoona.

     "Tidak bisa. Kau tidak boleh tinggal disini." tolak pria tinggi itu—yang lebih tinggi dari Jong Suk dan Ji Soo.

     "Oppa! Kau tega sekali! Lalu dimana kami harus tinggal?!" bentak Yoona merasa sedih serta marah.

     "Uangmu kan banyak. Kau bisa beli.."

     "Bukan masalah beli-membeli! Tapi aku tidak siap tinggal berdua dengannya!" sergah Yoona dengan suaranya yang berubah serak—karena menahan tangis.

     "Bagaimana jika mereka masih mengganggu kami dan kembali terjadi kebakaran lainnya?!!" matanya memerah tapi airmata tak sukses mengalir.

     "Aku tidak mau hidupku berakhir menyedihkan seperti itu.." merasa tidak pantas didengar Yong Bin, Ji Soo segera membawa Yong Bin ke kamarnya yang berada di lantai 2.

     "Baiklah, sorry." pria tinggi itu diam sejenak, diliriknya Jong Suk, sangat lama, seakan tengah merundingkan sesuatu. Jong Suk mengangguk seakan menyetujui pemikirannya.

     "Yoona-a, kau kan tahu itu. Rumah ini dihuni 5 orang pria. Apa kau tidak masalah dengan itu?" Yoona menggeleng cepat, masih dengan raut lesunya yang siap menangis. Pria tinggi itu mengendus menyerah.

     "Oppa, please.." nada suara Yoona semakin terdengar menyedihkan.

     "Ok.. Ok.. Jika itu pilihanmu, tetap saja aku tidak bisa membantah." Jong Suk tersenyum mendengarnya.

     "Oppa, kau bersungguh-sungguh?"

     "Jangan tanya lagi! Kau membuat moodku semakin buruk."

     "Wuah.. Kwang Soo oppa, kau memang yang terbaik!" melompat riang ke atas pangkuan pria yang ternyata bernama Kwang Soo itu. "oppa, tengkyu tengkyu! Saranghae!" dipeluknya Kwang Soo dengan geram.

     "Yak.. Yak.. Kau mau memelukku atau mencekikku?!!" didorongnya tubuh Yoona agar segera menjauh darinya.

     "Tentu saja memelukmu." sahut Yoona yang masih bergantungan di tubuh bak jerapah itu.

     "Yak hentikan.. Sudah hentikan! Sakit!!!"

     "Dimana kamarku?" ekspresi Yoona berubah seketika. Ia kembali ke tempat duduknya menghadap Kwang Soo. Lalu seperti apa ekspresinya saat ini? Sangat dingin. Ya, seperti itulah mimik wajah Yoona yang sebenarnya.

     "Hah, begini lebih cocok. Kau tidak pantas berlaku imut." grutu Kwang Soo seraya bangkit dari duduknya.

     "Itu disana, kamarmu disana. Didepan tangga. Aish.. Padahal kamar itu baru saja aku bersihkan untuk calon anak kos baru. Aku bahkan sudah menerima uangnya!" mendelik ke Yoona menahan kesal, tapi Yoona tampak santai seakan tak bersalah.

     "Kalau begitu aku mandi dulu." Yoona melangkah menuju kamar yang dimaksud, tapi kakinya mendadak terhenti. Ia membalikkan tubuhnya untuk menatap Kwang Soo dan Jong Suk yang masih berada di area ruang keluarga.

     "Aku tidak punya pakaian.." Kwang Soo dan Jong Suk menghela nafas dengan serentak.

     "Uangmu kan banyak, beli sana!" bentak Kwang Soo yang sedari tadi memang sudah terbakar amarah sedangkan Jong Suk sudah lebih dulu melangkah menaiki tangga, sepertinya menuju kamarnya.

     "Aku sedang terpukul dan aku sudah sangat kelelahan. Lagi pula aku juga harus segera membeli pakaian Yong Bin. Aku tidak mungkin shopping dengan pakaian lusuhku ini." Yoona kembali memperlihatkan mimik wajah sendunya, bak kucing minta makan.

     "Tidak usah berakting." Kwang Soo melewatinya begitu saja. Yoona mengerang dalam hati.

     "Pakai ini saja dulu." Jong Suk melempar sepasang piyama dari lantai dua.

     "Itu satu-satunya pakaian dengan ukuran kecil yang aku punya." Yoona amati piyama itu. Tetap saja tampak besar untuk ukuran tubuhnya. Tapi mau bagaimana lagi, untuk sementara ia terpaksa menggunakannya.

     "Thank you, oppa." ujarnya seraya mendongak ke atas.

     "Jika kau sudah selesai, panggil saja aku. Akan aku temani kau mencari pakaian. Kebetulan malam ini aku tidak ada kerjaan." kata Jong Suk lalu masuk kedalam kamarnya.

     "Oppa.. Oppa.." panggil Yoona yang tertuju ke Kwang Soo. "oppa.. Yak Kwang Soo oppa!" teriaknya tak sabaran.

     "Haa apa lagi!!!" kepala Kwang Soo menyelip dari sela pintu kamarnya—yang juga berada di lantai bawah.

     "Aku butuh handuk, sabun, shampo, sikat gigi dan odol." sebutnya super tenang. Bibir Kwang Soo bergetar menahan amarah.

     "Ada didalam kamar mandimu tuan putri.." dan Kwang Soo memaksakan senyuman di wajah datarnya.

     "Wah, jadi selama ini kau sangat memperhatikan anak kosmu? Ternyata kau baik juga." dan sudah melenggang masuk kedalam kamar yang kini menjadi kamarnya.

     "The War is Coming Soon." batin Kwang Soo.

°

°

°

Continued..

°

°

°

Cerita ini bakal banyak komedinya ya kak..

avataravatar
Next chapter