11 Part 11

"Nuna, apa kita akan pindah dari sini?" tanya Yong Bin sambil menarik selimut hingga menutupi setengah tubuhnya. Disampingnya Yoona berbaring berusaha mencari kenyamanan, walau tetap saja pikirannya menepis rasa nyaman yang ia inginkan.

"Kenapa? Kau ingin kita pindah dari sini?" sahut Yoona dengan pikirannya yang berpencar entah kemana, ia tak terlalu fokus.

"Tidak, kalau bisa aku ingin selamanya tinggal disini." Yoona tersenyum mendengar perkataan adiknya itu.

"Kenapa?"

"Aku suka tinggal bersama mereka. Walau mereka tampak aneh, tapi setidaknya mereka baik-baik." Yong Bin sudah setengah sadar karena kelelahan seharian bermain di sekolah. Yoona menoleh kearahnya, dilihatnya mata Yong Bin yang sudah tertutup rapat, sepertinya ia benar-benar sudah tertidur.

"Tapi sepertinya kita tidak bisa tinggal disini lebih lama lagi. Keberadaan kita bisa mencelakai mereka." ucapnya pelan sembari mengamati wajah imut adiknya—yang sudah terlelap disamping. 

`

`

     Yoona menarik nafas panjang dan mulai memikirkan semuanya. Ia sadar itu, banyak hal berbahaya yang telah terjadi, dan pasti akan terus terjadi kepadanya dan adiknya. Bahaya itu juga bisa mengenai orang di sekelilingnya, seperti yang telah terjadi, Kwang Soo, Ji Soo dan Sehun sudah mengalaminya. Ya, ia sadar akan itu semua. Karena itu, pikirannya saat ini menjadi menyesakkan.

`

`

--

`

`

     Kwang Soo tengah menyirami tanamannya, ia melakukan pekerjaannya dengan iringan musik dari ponselnya—yang sudah tersabung speaker bluetooth dan ia kantongi bersamaan ponselnya di saku jaket dinginnya. Ketika itu dilihatnya Sehun keluar dari pintu rumah lalu berjalan menuju pagar. Masih dengan wajahnya yang terdapat sisa luka memar, Sehun membuka pagar lalu menepi guna mempersilahkan sebuah mobil masuk ke halaman rumah itu. Itu mobilnya—yang tertinggal di gedung pernikahan ayahnya, dan yang mengantarkan mobilnya merupakan manager ayahnya.

"Kau baik-baik saja?" tanya manager ayahnya setelah menyerahkan kunci mobil padanya.

"Hmm." Sehun menerima kunci itu sembari mengangguk pelan. Sang manager mengamati wajah Sehun sejenak, dari ekspresi wajahnya ia tampak prihatin.

"Aku tidak bisa berlama-lama, karena sore ini aku harus ikut dengan ayahmu ke Hawai. Aa, dengan ibu barumu juga." Sehun langsung membuang muka karena tak suka mendengar itu.

"Honeymoon?" tebak Sehun dengan miris.

"Oo.." manager itu membenarkan. Sehun tertawa jijik mendengarnya, tidak hanya Sehun, Kwang Soo yang diam-diam menguping juga mengumpat dalam hati—tetap dengan aktifitas menyiram tanamannya. "kalau begitu aku pergi dulu. Jaga kesehatanmu, kalau butuh sesuatu, hubungi aku saja." ujar manager itu sembari berlalu pergi. Kepergiannya meninggalkan Sehun dengan lamunannya. Ia berdiri disamping mobilnya, termenung entah memikirkan apa. Burrr! Kwang Soo menyirami Sehun dengan selang air—yang ia gunakan untuk menyiram tanaman.

"Hyung!" tentu ia kaget bukan main.

"Jangan dipikirkan. Sana sarapan, tadi aku sudah letakkan susu hangat dan sereal di atas meja makan. Bukankah kau harus datang ke bar? Sudah berapa lama kau tidak kesana.." setelah mendengar perkataan Kwang Soo, Sehun batal marah. "lebih baik kau kerja, disana akan banyak yang menghiburmu. Kencani saja semua pelanggan wanita disana, kau pasti akan kembali bahagia." walau itu terdengar konyol, tapi sukses membuat Sehun tersenyum.

"Benar juga, sudah lama tidak melihat wanita. Haha.." lalu tertawa geli. Uhuk! Seseorang terbatuk. Sehun dan Kwang Soo langsung mencari asal suara itu.

"Lalu aku apa? Memangnya aku bukan wanita?!!" ya, itu Yoona. Tengah memegang secangkir susu hangat, masih dengan penampilannya yang antah berantah—kondisi khas ketika bangun tidur.

"Habiskan susumu dan mandilah." ujar Sehun dan Kwang Soo bersamaan.

"Hah, tega sekali kau. Sudah lama tidak melihat wanita? Jadi menurutmu aku pria, hah?!!!" teriak Yoona hingga susu yang ada dimulutnya muncrat berhamburan. Urat lehernya sampai terlihat menegang, Yoona tampak marah besar.

"Aish.. Begini disebut wanita?!" bentak Kwang Soo yang memilih mengakhiri siram menyiram itu. Beserta Sehun, ia masuk kedalam rumah.

"Terkadang, kau terlihat seperti wanita kok.." bisik Sehun sewaktu melewati Yoona. Mereka masuk kedalam rumah dengan tawa mereka—mungkin merasa puas karena telah mengerjai Yoona.

`

`

--

`

`

     Hari sudah menjelang siang. Yoona baru saja selesai mandi dan sudah rapi dengan gaya pakaian terbarunya. Terbaru? Sebenarnya tetap dengan setelan piyama noraknya—yang kini bercorak jerapah. Perbedaannya hanya pada sweater turtle neck bertangan panjang yang ia kenakan didalam piyama tersebut. Mungkin dikarenakan udara yang semakin minus dan mengharuskannya untuk mengenakan pakaian berlapis. Ya, Yoona baru menyadari bahwa udara mulai terasa dingin.

`

`

     Ia keluar dari kamarnya—namun belum tahu hendak berbuat apa—maklum pengangguran. Disana terasa hampa tanpa kehadiran siapa pun. Kemana semua orang? Tadinya Yong Bin memang sudah berangkat sekolah, Ia juga melihat Ji Soo dan Jong Suk pergi bersama, begitu juga dengan Jun Yeol yang lebih dulu dijemput rekan sekantornya. Maksudnya, dimana Kwang Soo dan Sehun?

`

`

     Biasanya pada jam itu Kwang Soo akan duduk santai dihadapan televisi, tapi kini dirinya tak terlihat. Lalu Sehun? Mungkin dia masih dikamar. Pikir Yoona setelah melihat keberadaan mobil Sehun dari balik dinding kaca—di halaman depan rumah itu. Apa yang harus aku lakukan? Yoona duduk di meja makan dan mulai mengotak-atik ponselnya. Wah, bosannya.. Ia tak juga menemukan sesuatu yang sekiranya bisa membuatnya merasa tertarik.

"Mau ikut denganku?"

"Kemana?" jawab Yoona reflek dengan senyum sumringahnya, bahkan tidak menyadari bahwa itu adalah Sehun.

"Hah, kau langsung terlihat bahagia ketika aku bertanya. Apa separah itu rasa bosanmu?" cibir Sehun yang tengah menuruni tangga sembari mengenakan jas tebal sepanjang lutut.

"Kalau kau tak berniat baik, pergilah." Yoona kembali tampak lemas, tak ada lagi senyuman di wajahnya.

"Let's go! Aku juga sedang bosan." tanpa segan Sehun tarik tangan Yoona agar segera melangkah keluar dari rumah.

"Bukankah kau harus ke bar?" tahan Yoona.

"Mmm, sebentar saja. Setelah itu kita pergi. Palli."

"Tunggu, aku pakai sepatu dulu." Yoona masih setengah yakin, tapi tangannya tetap saja bergerak guna mengenakan sepatu kets miliknya. "aish, lepaskan tanganku, aku tidak bisa mengikat talinya!" bentaknya setelah menghempas tangan Sehun.

"Ada apa dengan pakaianmu?" Sehun baru menyadari kejanggalan pada pakaiannya. "kau akan seperti jerapah yang berjalan di tengah kota." perkataannya tak sepenuhnya hinaan.

"Aku nyaman memakainya." sahut Yoona yang telah selesai mengikat tali sepatunya.

"Kau akan kedinginan jika hanya mengenakan pakaian seperti itu." walau Yoona tampak mengenakan sweater dibalik piyamanya, menurut Sehun pakaiannya belum cukup aman.

"Aku kuat dengan suhu minus. Tubuhku ini sedikit bebal, tidak masalah.." ia melenggang keluar rumah mendahului Sehun. "ayo!" Sehun hanya bisa menggeleng menyerah. Sebelum keluar dari rumah, ia amati pakaian yang menempel pada tubuhnya. Setidaknya ia sudah mengenakan sweater tebal, yang dilapisi kemeja dan jas musim dingin. Ya, Sehun benci udara dingin.

`

`

--

`

`

"Aish, katanya hanya sebentar, nyatanya aku sudah menunggu hampir setengah jam! Memang pada dasarnya perkataan seorang playboy tidak bisa dipegang!" umpat Yoona yang masih setia menunggu Sehun didalam mobil—yang diparkir di samping bar milik pria itu. Yoona amati keadaan bagian depan bar itu, tidak terlalu ramai. Mungkin karena hari masih siang. "lagi pula, kenapa bar buka di siang hari? Atau memang begitu?" ia memang kurang tahu akan itu. "dia membuatku semakin suntuk! Aa! Atau jangan-jangan dia memang berniat mengerjaiku? Aish! Aku tidak bisa terima ini!" dengan wajah garang ia turun dari mobil. 

`

`

     Ia banting pintu mobil dengan keras hingga menarik perhatian beberapa orang yang tengah berjalan melintasi bar. Yoona berniat melangkah masuk kedalam bar, tapi belum juga kakinya melewati pintu masuk, Sehun sudah tampak dari sana. Tengah duduk di depan meja bar dengan dua orang wanita seksi yang ikut duduk di sampingnya. Kedua wanita berpakaian minim itu terlihat genit dan terus merayu Sehun, mereka bahkan sampai memeluk lengan Sehun di dua sisi yang berbeda. Sehun sama sekali tidak menolak perbuatan itu, tapi tidak juga merespon, karena dia sedang mengobrol serius dengan seorang pria yang berada dibalik meja bar."Aish, benar dugaanku." Yoona mengendus berusaha sabar. Tak ingin menganggu, ia memilih pergi dari sana. Tidak masuk kedalam mobil, melainkan menghentikan sebuah taksi lalu pergi entah kemana. Dan kenapa aku memilih menaiki taksi?!!! Yoona baru menyesali pilihannya usai sang taksi meluncur indah.

`

`

--

`

`

"Yang benar saja, dia hyung-mu? Kau bercanda padaku?" bentak Dosennya seraya melirik Jong Suk yang sedang berdiri tidak jauh dari mereka—disebuah koridor.

"Tapi dia memang hyung-ku, satu-satunya keluargaku." Ji Soo memasang wajah tersedih.

"Kau pikir aku percaya?!! Dari wajah saja kalian jauh berbeda. Sudah sana masuk kelas, bukankah kau ada—"

"Kupikir perkataan anda terlalu kasar." sambar Jong Suk yang sudah berdiri dihadapan Dosen itu. "apakah saudara kandung harus mirip?" nada bicaranya memang lembut, tetapi sorot mata Jong Suk sangat mematikan. Alis matanya nyaris bertaut karena menahan amarah. Dosen itu mendadak gugup.

"Bukan begitu.." dosen itu mencoba bersikap sopan tidak seperti sebelumnya. "Ji Soo sudah sangat sering membuat masalah, karena itu saya tidak bisa percaya begitu saja padanya—"

"Saya sudah hadir disini." sambar Jong Suk lagi dengan penekanan di ujung kalimatnya. "tunjukkan saja surat perjanjiannya, saya tidak memiliki banyak waktu, banyak pasien yang menunggu di klinik saya." entah bagaimana Jong Suk mempelajari semua itu, yang jelas, ia tampak asing. "bukankah anda meminta saya untuk menandatangani surat perjanjian itu?!" volume suaranya perlahan meninggi, membuat dosen bertubuh pendek gempal itu semakin merasa gugup.

"Jika anda saudara kandungnya, kemana anda selama ini? Saya sudah sering meminta Ji Soo untuk memanggil keluarganya—"

"Sudah saya katakan, banyak pasien di klinik saya!" sebenarnya ia tengah berakting, tetapi kenapa malah beneran marah? "apa saya harus memilih mengurusi masalah adik saya yang nakal ini dari pada menyelamatkan nyawa banyak orang?" Dugg! Tak hanya si dosen, Ji Soo juga ikut tersentak kaget. Jong Suk tampak berang dan sangat menakutkan.

"Ba-baiklah.." dengan tangannya yang sedikit gemetaran, dosen itu raih selembar kertas dari tas tentengnya. "ini, anda bisa tandatangan disini." tidak ingin berlamaan, Jong Suk langsung memainkan bolpoinnya di atas kertas itu.

"Kalau begitu saya pergi dulu. Kau, antar aku sampai depan!" diakhir adegan itu, Jong Suk mencengkram kerah kemeja Ji So lalu menyeret adik bohongannya itu keluar dari gedung.

"Hyung hyung, aku sulit bernafas!" tegur Ji Soo sambil memukul kesal lengan Jong Suk. "lepaskan hyung! Kita sudah berada diluar!"

"Aa.." Jong Suk baru menyadari itu dan langsung melepaskan cengkramannya. "wah, ternyata seru juga. Yak yak, bukankah aktingku sangat bagus?"

"Ya setidaknya kau berhasil mengelabui dosen gila itu."

"Kau! Awas jika kau berulah lagi!" menepuk kepala Ji Soo dengan geram. "apa sih yang kau lakukan? Apa berkelahi termasuk kedalam mata kuliahmu?! Syukur ada Jun Yeol di kepolisian, bagaimana jika kau sampai tertangkap?!!"

"Hyung, kecilkan suaramu!" bisik Ji Soo yang sudah menutup mulut Jong Suk.

"Aku pergi dulu." Jong Suk tepis tangan Ji Soo dan bergegas melangkah pergi dari sana.

"Hyung, thank you!" teriak Ji Soo yang tak di sahut sama sekali dengan dokter itu.

`

`

--

`

`

     Jong Suk baru saja turun dari bis dan kini tengah melangkah menuju kliniknya. Jaraknya tidak terlalu jauh dari halte, hanya saja jalan menuju kliniknya menanjak bak bukit sehingga sedikit melelahkan. Srrr.. Udara dingin mendadak menghempas tubuhnya hingga membuatnya menggigil bahkan sampai bersin. Dilihatnya langit yang pucat, hanya ada awan abu-abu diatas sana. Jika saja turun hujan, hari itu akan menjadi sangat buruk, begitulah yang ia pikirkan. Haachim! Ia kembali bersin.

"Ehei.. Dokter kok bersin." Jong Suk langsung mencari asal suara itu.

"Yak, sedang apa kau disini?" kaget bukan main ketika melihat Yoona yang tengah keluar dari toko jajanan dengan ice cream coklat di tangannya.

Sembari menjilat ice cream ia berkata. "Sedang menunggumu. Oppa, kau kemana saja? Tadi kulihat banyak pasien yang berlalu pergi."

"Ada apa dengan pakaianmu? Kau tidak kedinginan?" Jong Suk lebih dulu mendorong tubuh Yoona untuk segera melangkah menuju kliniknya.

"Kalau kedinginan, untuk apa aku beli ini." kata Yoona memperlihatkan gerakan lidahnya yang tengah menyentuh mesra sang ice cream.

"Tetap saja itu tidak baik. Cepat jalannya, diluar sangat dingin."

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

→Sehun Interview←

Author >> Sehun-ssi? Apa ada masalah? Anda terlihat gelisah.

Sehun >> Aku tidak bisa menghubunginya.

Author >> Siapa yang anda maksud? (Sehun menunjukkan sebuah foto dari ponselnya) Aa, anda khawatir padanya? (Sehun mengangguk.)

Sehun >> Tadi aku lupa kalau dia ikut bersamaku.

Author >> Kalau aku jadi dia, aku juga akan pergi. (Sehun semakin tampak bersalah) Baiklah jika begitu, saya pergi dulu. Selamat gelisah.

`

`

`

Continued..

`

`

`

Lanjut???

avataravatar
Next chapter