12 Part 12

"Aaa! Sakit!" tangannya mendadak gemetar karena kaget. Jong Suk mencoba bersabar. "oppa, pelan-pelan!" Jong Suk masih berusaha bersabar dan berupaya focus. "Aw! Itu pasti akan sangat sakit!" darah didalam tubuhnya mendidih ekstra. Ia tak juga berhasil menyuntik pasiennya. "jarumnya pasti tumpul." Yoona terus mengoceh ria. "astaga, jarumnya mulai masuk! Oh tidak! Beneran masuk!"

"Yak! Kau tidak bisa diam? Jika tidak lebih baik kau keluar dulu!" sambar Jong Suk yang sudah lelah bersabar. Itu karena Yoona yang terus-terusan mengoceh, padahal yang akan disuntik bukan dirinya melainkan seorang kakek tua—alias pasien Jong Suk.

"Haraboji(kakek), tenang saja, kau akan selamat. Oppa-ku ini sangat handal dalam menyembuhkan orang."

"Pergi sana! " sebelum dilempar pisau bedah, Yoona sudah lebih dulu menyelamatkan diri.

`

`

     Saat ini Yoona sedang membagikan teh hangat kepada pasien yang ada di klinik, sedangkan Jong Suk masih berada di ruang kerjanya dibantu seorang perawat laki-laki. Hanya tersisa tiga orang pasien disana, melihat kondisi cuaca yang semakin mendung dan tentunya semakin dingin, mungkin itu penyebab dari berkurangnya pasien pada hari itu. Selagi menunggu, Yoona sudah beberapa kali membeli cemilan di sekitar klinik. Seperti yang ia lakukan kini. Kakinya kembali bergerak keluar dari klinik lalu melangkah asal.

`

`

     Terlalu melelahkan jika melangkah lebih jauh, Yoona putuskan untuk membeli roti saja, kebetulan ada sebuah toko roti didekat sana. Ia tampak sangat bahagia, memilih roti seraya bersenandung ria. Kenapa dia sebahagia itu? Karena ia dapat membeli apa saja yang ia mau dengan kartu kredit milik Jong Suk. Ya, tadinya Jong Suk terlalu frustasi karena diganggu terus olehnya, itu sebabnya tanpa pikir ia langsung menyuruh Yoona untuk pergi mencari makanan saja.

`

`

     Perjalanannya menuju klinik tampak semakin ceria. Langkah kecilnya sesekali melompat girang. Mulutnya terus mengulas senyuman. Ia meraih sepotong roti dan menyantapnya di sepanjang perjalanan. Mungkin hanya dirinya yang bisa tampak sebahagia itu, sedangkan orang-orang yang ia lewati terlihat sangat menderita karena kedinginan. Dugg! Langkah Yoona mendadak terhenti. Senyuman hilang begitu saja dari wajahnya.

`

`

     Tepat di halaman klinik yang kecil, tampak sebuah mobil terparkir disana. Bukan mobil itu yang merenggut senyumannya, tetapi pria itu, yang tengah berdiri bersandar pada mobilnya dan kini baru menyadari kedatangannya. Ekspresi wajah pria itu terlalu tenang seakan tidak ada merasa bersalah sama sekali. Yoona semakin dongkol padanya. Ia gigit rotinya dengan geram, mengunyah dengan gerakkan lambat tapi penuh kekuatan, memperlihatkan seberapa marah dirinya pada saat itu.

"Yak, aku sedang menunggumu.." tegur Sehun sewaktu Yoona melangkah melewatinya hendak masuk kedalam klinik. Yoona memutar bola matanya dengan kesal.

"Kenapa?!" Tanya Yoona dengan ketus.

"Hah, kau marah padaku?" Sehun bertanya dengan sangat santai, bahkan ada senyuman di sudut bibirnya. Keberadaan senyuman itu semakin membuat Yoona kepanasan.

"Tidak, kenapa aku harus marah?" Yoona memilih berlaku sebaliknya, walau jujur saja, saat itu dia sudah sangat ingin melepaskan umpatan liar dari mulut manisnya.

Sehun menyipitkan matanya, menatapnya dengan teliti karena merasa Yoona memang sedang marah padanya. "maafkan aku. Aku lupa—"

"Wah! Lupa?! Benarkah!" ya, umpatan lembut reflek menyembur keluar dari mulutnya. Membuat senyuman Sehun semakin melebar.

"Benar juga, kau marah padaku." tutur Sehun penuh kelembutan tetapi ada unsur menggoda pada nada suaranya. Mulut Yoona bergetar tak kuat menahan kata-kata terburuk yang ia punya. "maafkan aku.. Aku sungguh lupa." dan Sehun berubah serius. Tampak dari sorot matanya yang melembut dan tak lagi tersenyum. "setiba di bar, aku langsung berbincang dengan anak buahku, kami terlalu serius hingga membuatku melupakan keberadaanmu." Yoona malah teringat pada dua orang wanita seksi yang memeluk lengan Sehun.

"Cih, berbincang apanya. Yang ku lihat kau sedang asik dipeluk." gumam Yoona sepelan mungkin dan hendak melangkah masuk kedalam klinik, tapi Sehun menarik tangannya hingga membuatnya kembali berdiri di hadapan pria itu.

"Dipeluk?" tanya Sehun dengan kerutan di keningnya. Astaga, dia mendengarnya? Sepertinya tadi aku mengatakannya dengan sangat pelan.

"Ti-tidak, i-itu, m-maksudku.." membuat Yoona bingung harus berkata apa. "lupakanlah." Yoona mencoba melepaskan cengkraman tangan Sehun.

"Kau cemburu?" Dugg! Cengkraman tangan Sehun terlalu kuat untuk ia lepas.

"Yak, yang benar saja!" protes Yoona. "cemburu? Untuk apa?!!" tetapi terlalu berlebihan, membuat senyum nakal Sehun kembali terlihat. Sehun diam sejenak, fokus mengamati manik hitam Yoona, masih dengan senyum nakalnya. Lucunya, tatapannya malah membuat Yoona ikut terdiam. Entahlah, mungkin Yoona juga tidak menyadari itu.

"Baiklah." ucap Sehun dan sudah melepas cengkraman tangannya. "akhirnya kau cemburu juga.." Sehun berbalik lalu melangkah menuju pintu klinik. "wah, senangnya........" sembari bersenandung ia masuk ke dalam klinik. Ttarrrr! Ptarrrr! Yoona terbodoh diluar sana. Ia hanya bisa meratapi nasib aneh itu.

`

`

`

--

`

`

`

     Tadinya Jong Suk sempat merasa tenang ketika Yoona pergi keluar untuk membeli makanan, dengan begitu ia bisa focus mengobati pasiennya. Tapi kini, padahal hanya tersisa satu pasien saja—pasien darurat yang mendadak datang, namun kesulitan yang ia dapatkan jauh lebih parah dari yang sebelumnya. Mengapa? Karena Sehun dan Yoona bersikeras untuk melihat aksi jahit menjahit itu—menjahit lengan seorang remaja yang tersayat kepingan kaca di sekolahnya.

"Yak, apa itu tidak sakit?" dengan polosnya Sehun bertanya kepada remaja laki-laki itu. Bersama Yoona, keduanya merapat pada tempat tidur pasien.

"Itu pasti sangat sakit." sahut Yoona.

"Wah, lukamu dalam sekali."

"Berapa puluh jahitan yang harus dilakukan ya?" mulut mereka terus berkicau. Remaja itu tampak semakin ketakutan dikarenakan perkataan mereka.

"Keluarlah.." pinta Jong Suk dengan tenang.

"Hyung, ini pertama kalinya aku melihat aksi seperti ini.." Yoona mengangguk sependapat. "cepat hyung, jahit!" mereka mendadak diam, mungkin karena Jong Suk mulai mengait jarum dari daging ke daging. Heol, saking fokusnya mereka benar-benar tak bersuara. Mata mereka melebar ekstra dan fokus pada luka. Jong Suk hanya bisa mendengus—tentu merasa heran, kebanyakan orang akan merasa geli jika melihat hal seperti itu, tapi tampaknya hal itu malah menjadi tontonan menarik bagi kedua manusia itu.

`

`

--

`

`

     Hari menjelang sore tetapi langit sudah lebih dulu menarik cahayanya. Seharian itu langit mendung terus terlihat, syukur Hujan tidak turun, semoga saja. Jong Suk baru saja menutup klinik dan kini sudah masuk ke dalam mobil Sehun, ia duduk di depan di samping Sehun, sedangkan Yoona sudah bersandar nikmat di belakang. Mereka tidak dulu pulang kerumah, melainkan menyinggahi sebuah kafe untuk minum kopi sejenak.

`

`

     Seperti niat awal mereka, hanya minum kopi, tapi nyatanya Yoona memesan menu lainnya. Dihadapannya tampak seporsi Beef & Cheese Lasagna dan sepiring besar Tonkatsu, lalu juga ada segelas Apple Banana Smoothie, dan yang terakhir Iced Coffee Lemonade. Melihatnya saja sudah kenyang. Jong Suk dan Sehun yang memang hanya memesan kopi tak ingin mengambil pusing. Mereka memilih tidak menghiraukan Yoona yang mulai menyantap makanannya dengan semangat.

`

`

     Rasanya mereka belum lama berbincang, dan betapa terkejudnya ketika mereka melihat kearah Yoona. Santapan gadis itu sudah menghilang dari tempatnya—mungkin sudah berpindah kedalam perut Yoona. Tentu takjub melihat itu. Sebenarnya itu sudah biasa mereka lihat, hanya saja, bagaimana bisa Yoona menyantap makanan sebanyak itu di sebuah kafe yang terdapat banyak pengunjung. Apa dia tidak punya malu?

"Kenapa? Belum kenyang?!" Tanya Sehun usai mengamati ekspresi tidak puas di wajah Yoona.

"Sebenarnya sih belum.." lalu manyun bimbang.

"Pesanlah.. Pesan apapun yang kau inginkan." tutur Jong Suk tak tahan melihat mulut Yoona yang semakin mengerucut. Senyuman langsung mekar di wajah Yoona, tanpa menundanya lagi, Yoona langsung memanggil seorang pelayan untuk memesan seporsi Omurice dan satu cup besar Ice Cream Rolls rasa coklat dengan toping oreo plus choco chips diatasnya.

"Makan banyak tapi tubuhmu tetap kurus seperti itu. Sayang sekali." cibir Sehun usai si pelayan pergi dari meja mereka.

"Hah, bukankah itu lebih baik. Jadi aku bisa makan sepuasnya tanpa harus memikirkan berat badan." balas Yoona.

"Itu adalah pemikiran yang sangat salah." bantah Sehun, lalu menambahkan. "bukankah sangat disayangkan, setelah menghabiskan banyak uang, tapi tidak ada yang kau dapatkan dari semua itu melainkan hanya beberapa aneka rasa yang berlalu pergi seiring menghilangnya makanan tersebut dari hadapanmu." Deng! Yoona terdiam mencoba memahami perkataan itu.

"Percuma kau mengatakan ini itu, dia tidak akan paham." bisik Jong Suk kepada Sehun, tapi tidak pantas disebut bisikan karena nyatanya Yoona dapat mendengar dengan jelas ucapannya. "sudah, makan saja. Kami akan menunggu."

"Kau berkata seakan kau sangat bijak. Nyatanya kau tetap akan mencari wanita yang langsing seperti tiang listrik." Yoona kembali mengingat dua wanita yang memeluk Sehun sewaktu di bar—dari jauh perawakan mereka memang tampak langsing.

"Yang benar saja, aku anti pada gadis tak berdaging!" entah menyindir atau apa, Sehun mengatakannya penuh dengan penekanan. Bola mata Yoona membesar karena merasa tersinggung.

"Hah! Lucu sekali. Yak, kau menyindirku ya?!" sambar Yoona.

"Kau merasa seperti itu?"

"Tidak, jelas sekali tadi kau melotot padaku!"

"Itu perasaanmu saja."

"Yak!"

"Kenapa?!" Jong Suk hanya bisa menghela nafas sepanjang mungkin. Alih-alih melerai mereka, Jong Suk memilih pura-pura tidak mendengar semua itu dan fokus pada ponselnya. Ia tahu itu, kini banyak orang yang tengah melihat kearah meja mereka. Pasrah.

-

-

-

-

-

-

-

-

-

→Jong Suk Interview←

Author >> Jong Suk-ssi, anda terlihat sangat kelelahan. Gwenchanayo?

Jong Suk >> Bohong jika aku menjawab kalau aku baik-baik saja. Aku.. Dalam.. Keadaan.. Sangat.. Tidak.. Baik.

Author >> Apa dikarenakan kedua manusia itu? (seraya melihat kearah Sehun Dan Yoona yang sedang duduk di hadapan televisi, mereka masih saja berdebat mengenai hal yang sama)

Jong Suk >> Aku berharap mereka saling suka, agar kedepannya tidak ada pertengkaran seperti ini. (lalu mengendus lelah)

Author >> Saling suka? Bukankah itu terlalu sulit, lihat saja itu. (Sehun dan Yoona semakin tampak panas dengan topik perdebatan mereka)

Jong Suk >> Entahlah, aku tidak mau memikirkan apapun lagi. Aish! Yak! Kalian tidak bisa diam?!!!

-

-

-

-

-

-

-

"Aku pulang.." itu suara Kwang Soo. "aku pulang.." ya, benar sekali, Kwang Soo sudah tampak dari balik pintu. "yak, aku pulang.."

"Diamlah!" bentak Sehun dan Yoona bersamaan lalu lanjut berdebat. Kwang Soo yang sudah tak sabar mengatakan kabar baik pun menjadi kehilangan semangat. Dengan lesu ia masukkan kunci mobilnya—yang baru saja ia ambil dari bengkel—kedalam saku celananya.

"Padahal aku sudah rela-relain seharian menunggu disana." batin Kwang Soo dan memilih masuk kedalam kamarnya dengan sisa tenaga yang ia punya. "hah.. lelahnya."

`

`

`

`

Continued..

`

`

`

`

Kwang Soo yang malang..

avataravatar
Next chapter