webnovel

Exaia

Sebuah petualangan yang tak disangka. Seorang remaja yang terdampar ke tempat asing. "Tapi Aku masih bisa mengerti kata-katamu. Jadi setidaknya ini masih di [Indonesia], kan? Kan?"

orzkid · Fantasy
Not enough ratings
7 Chs

Chapter 1 (part 2)

...Huh..?

Aku membuka mataku. Mengedipkannya beberapa kali. Entah berapa lama Aku tak sadarkan diri. Tapi yang jelas seluruh tubuhku terasa nyeri.

"Oww….apa yang terjadi? Di mana ini?"

Aku melihat sekelilingku. Pohon. Banyak pohon. Sepertinya Aku berada di hutan. Tapi kenapa Aku ada Di sini? Terakhir yang kuingat, Aku pergi beli makan dan –

"Ah! Lubang hitam! Apa karena itu Aku berada di sini?"

Apa Aku sedang bermimpi…..kurasa tidak. Semuanya terasa nyata. Tanah, rumput, angin. Aku bisa merasakannya semuanya dengan jelas.

"Tapi….kalau bukan mimpi. Lalu tempat apa ini?"

Kucoba untuk berdiri. Agak sedikit nyeri, tapi sepertinya Aku masih bisa menggerakkan tubuhku.

Sekarang bagaimana? Aku tak tahu ini di mana dan bagaimana Aku bisa sampai di sini. Tapi Aku tak bisa diam saja. Tapi Aku juga tak tahu harus ke mana.

"Ahhh, bingung! Mimpi apa Aku semalam sampai harus mengalami ini?!"

Aku mulai mengoceh tak jelas. Kebiasaan.

"Hahh, sudahlah. 'Diam saja, tidak ada gunanya' kan."

Setidaknya itu yang dikatakan oleh Geed.

Jadi kuputuskan untuk pergi dari tempat ini. Mumpung masih terang.

Karena itulah kuputuskan untuk pergi dari tempat ini. Mumpung masih terang.

Tapi sebelum itu. Aku mengambil sebuah batu dan menggoreskannya di salah satu pohon di dekatku. Aku ingat pernah melihat hal ini di salah satu manga yang kubaca.

" Nah, dengan begini setidaknya Aku akan tahu jalan mana yang sudah kulalui."

Yap. Petualangan pun dimulai. Cukup seru juga jika Aku menganggapnya begitu.

Aku pun mulai berjalan untuk mencari jalan keluar dari hutan ini. Tapi kemudian, Aku teringat sesuatu –

"Oh iya, mana makananku?"

Aku memeriksa di sekitar tempatku terbaring tadi. Tak ada apa pun.

"Hahh…."

Aku menghela napas. Kurasa Aku memang sial hari ini. Ya sudahlah. Prioritas utamaku sekarang adalah keluar dari hutan ini.

***

Entah sudah berapa lama Aku berjalan sejak meninggalkan tempat tadi. Tapi kurasa Aku sudah berjalan cukup jauh.

Aku sudah tidak kuat lagi. Tubuhku rasanya lemas. Mungkin karena Aku jarang olahraga. Atau mungkin karena lapar. Yang jelas tubuhku lemas.

"Gawat….Kalau seperti ini, kapan Aku keluar dari sini…."

Kressek kressek

"!"

Suara apa itu?! Sepertinya itu berasal dari semak semak di depanku. Apa ada orang di sana? Ataukah itu hewan liar? Semoga bukan yang kedua.

Kressek kressek kressek

Suaranya semakin mendekat. Aku pun bersiap-siap untuk lari. Jaga-jaga kalau itu hewan buas.

Akhirnya, si pembuat suara itu pun muncul. Dan, ternyata "itu" berbeda sekali dari apa yang kubayangkan.

Berdiri di sana, adalah sesosok makhluk cebol dengan kulit berwarna hijau gelap. Makhluk itu hanya memakai cawat dan memegang pentungan kayu di tangannya.

"….ha? Goblin?"

Penampilannya mirip dengan monster yang sering muncul dalam videogame. Monster kecil yang biasa menjadi musuh di level awal. Kenapa bisa ada di sini? Apa itu kostum? Apa di dekat sini ada acara cosplay?

"Ehhh, halo?"

"..."

Tidak ada jawaban. Si "Goblin" hanya diam menatapku…..

Aduh. Perasaanku tidak enak. Mungkin sebaiknya Aku segera kabur. Peraturan #4 dalam bertahan hidup: 'jangan dekat-dekat dengan orang asing. Apalagi yang terlihat membawa senjata'. Ya benar.

"Ehhh, kalau begitu terimakasih. Maaf sudah mengganggu"

Aku berkata seperti itu sambil perlahan berjalan menjauh.

"Saya permi – "

"GRRAOORR!!"

"SIIII!!"

Tiba-tiba saja si "Goblin" mengayunkan pentungannya ke arahku. Dan dalam hitungan sepersekian detik, Aku berhasil menghindarinya. Beruntung.

Normalnya orang akan marah jika tiba-tiba diserang seperti itu. Kemudian bertanya apa alasannya mereka diserang. Tapi kondisinya sekarang tidak normal. Jadi Aku segera berlari sekencang-kencangnya.

Entah dari mana datangnya tenaga ini. Padahal tadi tubuhku terasa lemas. Katanya manusia bisa mengeluarkan kekuatan tak terduga dalam keadaan terdesak. Mungkin itu ada benarnya.

Aku terus berlari sekencang yang kubisa. Tak tahu kemana dan tanpa menandai jalanku. Yang ku inginkan sekarang adalah menjauh dari si "Goblin" sialan itu.

Apa dia mengejarku? Atau mungkin dia sudah pergi? Mungkin sebaiknya kulihat dul –

"GRRAAOOW!!"

Sial! Sialan! Dia mengejarku! Bagaimana ini?

Aku tak tahu harus berbuat apa. Aku takut. Kenapa kejadian buruk terus datang bertubi-tubi? Kehujanan, terhisap lubang hitam, terdampar di hutan, kehilangan makanan. Dan sekarang, dikejar orang aneh berkostum Goblin. Sungguh, Mimpi apa aku semalam???

Aku hanya bisa berlari. Berlari dan terus berlari. Berusaha untuk lepas dari orang aneh itu. Hingga tubuhku mulai kehabisan tenaga, dan jatuh.

Si "Goblin" semakin mendekat. Aku mencoba untuk berdiri. Tapi kakiku serasa kaku tak mau bergerak. Dengan pasrah, Aku melempar batu penanda pohon yang dari tadi ku genggam ke arahnya....Dan sialnya tidak kena.

Inilah alasan kenapa Aku tidak pernah memainkan game jenis FPS. Aku payah dalam hal membidik. Mungkin jika pulang nanti Aku akan mencobanya sesekali. Mungkin.

Si "goblin" sekarang sudah di depanku. Dia mengangkat tangan kanannya yang menggenggam pentungannya dan mengayunkannya ke arahku. Ahhh, kalau dilihat-lihat pentungannya memiliki duri-duri dari besi. Pasti rasanya sakit.

Apa Aku akan mati di sini? Di tangan orang aneh ini?

Aku menyilangkan tanganku menutupi wajahku. Menutup mata menanti pentungan itu mengenaiku.

Tapi kemudian,

TRAAAANGG

"….Huh?"

Aneh. Aku mendengar pentungan itu mengenai sesuatu. Tapi Aku tak merasakan apa pun. Apa yang terjadi?

Begitu kubuka mata, yang kulihat adalah punggung seseorang dengan rambut biru panjang sebahu.

Orang berambut biru itu memegang pedang dan terlihat sedang berusaha menahan serangan si "goblin".Dia lau mendorongkan pedangnya hingga membuat si "goblin" kehilangan keseimbangan. Kemudian dilanjutkan dengan ayunan pedang yang mengarah ke leher si "Goblin' dan *SLASH*, memisahkan kepala dari lehernya dan jatuh tergulir di tanah.

Tubuh tanpa kepala itu jatuh tergeletak tak bergerak. Melihat lawannya sudah mati, orang itu meletakkan pedangnya ke punggung. Kemudian dia membalikkan tubuhnya menghadapku.

"Kau gapapa?"

Ucapnya sambil mengulurkan tangannya padaku dan membantuku berdiri.

"E-eh iya, terima kasih."

Untuk pertama kalinya Aku melihat wajahnya dengan jelas. Dan ternyata dia seorang perempuan. Kulitnya yang putih serta mata dan rambut yang berwarna biru, terlihat begitu cantik.

...Apa sedang ada acara cosplay di dekat sini?

"Eeh anu, sekali lagi terimakasih. Aku benar-benar tertolong, tapi….apa tidak masalah kau membunuhnya?"

Bukannya Aku kasihan atau apa. Meskipun ini termasuk membela diri, tapi pasti akan merepotkan kalau sampai polisi terlibat. Lagipula, gadis ini juga bawa senjata tajam. Meskipun untuk cosplay, tapi ini terlalu niat.

"Huh? Apa yang salah dengan membunuh Goblin?"

"Yah, tidak sala – Tunggu. Tadi kau menyebutnya apa?"

"? Goblin. Kenapa emang?"

" Goblin. Goblin sungguhan? Bukan orang yang pakai kostum Goblin?"

"Haah? Kostum? Kau ini bicara apa sih?"

Dia memandangku heran. Sementara Aku mengalihkan perhatianku ke arah mayat si "goblin". Darah mengalir dari leher tanpa kepala itu. Tapi aneh. Warnanya tidak merah. Lebih seperti biru.

"Berarti tadi itu Goblin sungguhan!? Kenapa bisa ada di tempat seperti ini?"

"Monster ini kan memang biasa berkeliaran di daerah ini?"

"Sejak kapan di hutan biasa ada Goblin? Memangnya hutan apa ini?"

"Apa, Kalau maksudmu namanya, ini hutan [Valor]."

Dia seperti agak heran mendengar pertanyaanku. Sementara Aku heran mendengar jawabannya.

Huh? Apa? [Valor]? Nama macam apa itu? Aku memang bukan anggota pecinta alam, Tapi kurasa, Aku tidak pernah mendengar ada hutan dengan nama seperti itu.

"Anu, Maaf kalau Aku banyak tanya. Berapa jauh [Surabaya] dari sini?"

"Surabaya? Apa itu?"

"Apa....? Ya kota. Kota [Surabaya]."

"Aku nggak pernah dengar nama kota seperti itu."

"Bagaimana dengan pulau [Jawa]? Atau [Sumatra]? [Kalimantan]? [Sulawesi]?....[Papua]?"

Dia terlihat semakin bingung.

"Tapi Aku masih bisa mengerti kata-katamu. Jadi setidaknya ini masih di [Indonesia], kan? Kan?"

"Bentar, bentar. Daritadi kau ngomong apa sih? Kan sudah kubilang tadi, ini di hutan [Valor]. Apa bicaraku masih kurang jelas?"

Sepertinya dia berkata jujur. Dia sama sekali tidak mengenal nama tempat-tempat yang kusebut tadi. Atau jangan-jangan tempat-tempat itu memang tidak ada di sini?....Di sini!

Ya, kalau dipikir-pikir lagi, sesuatu seperti Goblin tadi bukanlah hal yang umum kau temui begitu saja. Tapi di sini…..

Baiklah, hanya untuk memastikan….

"Kalau begitu, ini di mana?"

"Duh, sudah kubilang kita ini ada di huta – "

"Bukan itu!! Maksudku dunia ini. Apa nama dunia ini?"

"...[Exaia]."

Ternyata benar. Aku berada di dunia lain. Tapi bagaimana? Ah, pasti karena lubang hitam itu! Tapi kenapa bisa?!

"Ha….haha….ini lebih parah dari yang kuduga. Kalau begini, jangankan pulang ke rumah. Aku bahkan tidak tahu caranya kembali ke [Bumi]….."

Super sekali….

"Umm, kau gapapa?"

Ah, Aku sampai lupa padanya. Dia tiba-tiba bertanya begitu. Mungkin karena melihat raut wajahku berubah.

"Ah iya. Maaf, Aku tadi membentakmu."

"Aah gak masalah. Jangan dipikirkan."

Dia berkata begitu sambil tersenyum. Untung saja dia orangnya baik.

Kruyuk~ kruyuk~

"..."

"..."

SIAL!! Kenapa perutku harus bunyi sekarang?! Apalagi di depan perempuan! Kenapa hari ini terus bertambah buruk???

"….Puh! Hahahahahaha!"

Bagus. Sekarang dia tertawa. Yang bisa kulakukan hanya menundukkan kepala karena malu.

"Hahaha. Haaah, ehem. Maaf, maaf. Apa kau lapar?"

"…Iya."

"Aku ada sedikit makanan. Nih, makanlah."

Ucapnya sambil merogoh tas selempang miliknya. Kemudian dia memberikan sesuatu padaku.

"Terimakasih."

Aku menerimanya. Yang ternyata itu adalah segenggam roti. Ya sudahlah, ini bukan saatnya pilih-pilih makanan.

"Oh iya, daritadi kita belum kenalan. Aku Sora, Kau?"

Benar juga. Setelah semua kejadian tadi, aku sampai lupa soal itu.

"….*glup* Maaf. Salam kenal, namaku Reza."