Seperti malam kemarin, malam ini pun mataku terus terjaga tanpa mampu terpejam sedikit pun. Tidak henti-hentinya pikiranku teringat pada perkataan Dalton tadi siang. Entah kenapa dia terus meminta tolong padaku? Sebenarnya apa yang telah terjadi padanya?
Hingga malam telah larut pun Maria dan Louis masih mengikat Dalton, padahal aku yang sama sekali tidak memiliki hubungan apa pun dengan Dalton merasa sangat kasihan padanya, tapi bagaimana mungkin Maria dan Louis yang merupakan orangtua dari Dalton tidak merasa kasihan sedikit pun pada anak itu.
Sikap Maria dan Louis itu membuatku mulai curiga. Meskipun takut tapi sudah aku putuskan, aku akan melepaskan Dalton dan bertanya padanya.
Aku beranjak bangun dari tempat tidur dan berjalan meninggalkan kamarku. Aku terus berjalan menuju kamar Dalton. Di sini sangat gelap, aku merasa heran kenapa Maria dan Louis tidak memasang lampu di sepanjang lorong rumah mereka. Tempat ini pasti tidak akan menyeramkan seperti ini jika di sini disinari oleh cahaya lampu.
Langkah kakiku terhenti ketika aku melihat Maria dan Louis sedang berdiri di depan kamar Dalton. Namun bukan karena hal itu saja yang membuatku menghentikan langkah. Aku melihat seseorang sedang berdiri di belakang Maria dan Louis. Meskipun di sini cukup gelap dan hanya disinari oleh cahaya bulan, tapi aku masih bisa melihatnya dengan jelas. Orang itu bungkuk dan memegangi tongkat. Rambutnya panjang dan berwarna putih. Aku yakin orang itu adalah seorang nenek renta, tapi kenapa dia ada di sini dan yang menjadi pertanyaan terbesarku siapa sebenarnya nenek itu?
Aku tetap melihat dari kejauhan, apa yang akan mereka lakukan. Louis dan Maria memasuki kamar Dalton dan memaksa Dalton untuk keluar.
"Tidak! Lepaskan aku! Lepaskan !!"
Dalton berteriak dengan kencang disertai tubuhnya yang memberontak hebat karena tak mau mengikuti perintah orangtuanya.
Plaaaaaak!
Aku membekap mulut mencoba menahan keterkejutan ini. Louis dengan kejamnya menampar Dalton. Sedangkan Maria terus memegangi tubuh anak kecil itu. Sebenarnya apa yang terjadi pada Maria dan Louis? Bagaimana bisa mereka setega itu pada anak mereka sendiri?
"Hihihihihihi ... Berikan anak itu padaku." Si nenek akhirnya mengeluarkan suara yang terdengar menyeramkan, terutama suara tawanya sembari melambai-lambaikan tangan pada Dalton. "Kemarilah, Nak," katanya.
"Tidak! Aku tidak mau. Ayah, Ibu, lepaskan aku! Aku tidak ingin ikut dengannya!"
Maria dan Louis mengabaikan teriakan Dalton. Mereka tetap memegang tubuh anak itu dan mendekatkan Dalton pada nenek renta tersebut. Dalton menangis dan hal itu membuatku tidak sanggup lagi untuk tetap berdiam diri. Aku pun memberanikan diri berjalan menghampiri mereka.
"Hentikan, Maria, Louis! Apa yang kalian lakukan? Lepaskan Dalton!" teriakku sekencang yang kubisa.
Maria dan Louis menatap ke arahku dan betapa terkejutnya aku ketika menatap mata mereka berdua. Mata mereka bersinar berwarna merah. Sebenarnya apa yang terjadi pada mereka berdua? Aku semakin yakin sesuatu yang tidak beres telah menimpa pasangan suami istri itu.
"Kakak, tolong aku!"
Pandanganku beralih ke arah Dalton yang sedang dipegang oleh nenek renta itu.
"Lepaskan anak itu!! Siapa kau sebenarnya?"
"Jangan ikut campur urusanku, Nona. Aku tahu kau menguasai ilmu sihir tapi kekuatanmu tidak sebanding dengan kekuatan sihirku."
Mendengar perkataan nenek itu, aku pun menyadari bahwa nenek renta itu seorang penyihir. Maria dan Louis menjadi seperti itu karena dipengaruhi oleh sihir nenek itu, inilah yang kuyakini.
Mungkin situasi yang tengah kuhadapi ini sangat berbahaya tapi sekali lagi aku tak bisa berdiam diri melihat keluarga yang begitu baik karena mengizinkanku singgah di rumah mereka tengah berada dalam bahaya. Aku akan melakukan apa pun untuk menyelamatkan mereka dari si nenek yang sepertinya seorang penyihir jahat. "Apa yang kau inginkan? Kenapa kau mempengaruhi mereka?" tanyaku.
"Hihihihi ... Aku hanya ingin membawa anak ini."
"Kenapa kau ingin membawanya?"
"Aku menyukai anak ini dan akan aku jadikan dia cucuku. Hihihihihi ..."
Aku terbelalak mendengar pengakuannya ini. Benarkah alasannya hanya itu? Hanya ingin menjadikan Dalton sebagai cucunya? Entah kenapa aku meragukan perkataannya. "Aku ... Aku tidak akan membiarkan itu terjadi."
Aku mencoba berlari untuk merebut Dalton, tapi nenek itu mengangkat tongkatnya dan sepertinya membacakan sebuah ayat hina. Tubuhku tiba-tiba terpental cukup jauh dan membentur tanah dengan sangat kencang. Aku merasakan sakit yang tidak terkira pada punggungku.
"Kakak, tolong aku!"
Teriakan Dalton seakan-akan memberiku kekuatan, aku mencoba melawan rasa sakit itu dan memaksakan diri untuk bangkit berdiri. Akan tetapi ...
Aku melihat Maria dan Louis sudah berdiri di hadapanku. Mereka menghalangiku dan memegangi tubuhku sehingga aku tidak bisa mendekati nenek renta itu.
"Lepaskan aku … Maria, Louis. Aku ingin menyelamatkan putra kalian. Aku mohon sadarlah kalian. Selamatkan putra kalian!!"
Tapi Maria dan Louis tetap diam dan menahanku. Tampaknya sihir yang telah merasuki mereka sangatlah kuat. Aku berusaha memberontak untuk melawan mereka, setidaknya agar aku bisa melepaskan diri. Tapi ternyata gagal, usahaku berakhir sia-sia karena entah kenapa tenaga mereka berdua yang memegangiku terasa begitu kuat. Berkali lipat lebih kuat dari tenagaku. Apa yang harus kulakukan sekarang? Aku sadar tak mungkin bisa menang melawan mereka berdua yang sedang terpengaruhi sihir nenek itu. Sedangkan si nenek sepertinya memang seorang penyihir hebat terbukti dari dia yang bisa mengendalikan pikiran Maria dan Louis hingga menjadi budaknya.
"Percuma saja kau mengajak mereka berbicara, mereka tidak akan mendengarmu."
Suara itu ... Suara yang menyebalkan itu, meskipun aku sedang marah padanya tapi tidak dapat dipungkiri betapa leganya aku ketika mendengarnya. Aku menoleh ke arah pemilik suara itu berasal. Dia sedang berada di sana ... Sedang duduk pada sebuah batang pohon. Pemandangan seperti ini sudah tidak asing bagiku, karena waktu itu pun pemandangan seperti ini pernah terjadi. Ketika Zero menyelamatkan aku dari kejaran Ivan dan prajuritnya.
Zero melompat turun dan tak lama kemudian dia sudah berdiri di sampingku. Dia menatap Maria dan Louis serta bibirnya terlihat sedang membacakan sesuatu, detik itu juga Maria dan Louis tiba-tiba tumbang dan ambruk di tanah. Tentu saja dia kembali menggunakan kemampuannya yang luar biasa. Kekuatan Zero, aku tak meragukan lagi dia memang seorang penyihir yang hebat karena dengan mudah dia berhasil mematahkan pengaruh sihir nenek itu pada tubuh Maria dan Louis. Tapi kenapa dia memiliki kekuatan sihir yang begitu luar biasa di saat usianya bahkan masih begitu muda jika kuperhatikan dari penampilannya? Aku yakin usia Zero tak jauh berbeda denganku. Dan aku semakin bertanya-tanya, siapa sebenarnya Zero? Dari mana dia mempelajari kekuatan sihir sehebat itu? Satu lagi pertanyaan yang bercokol di benakku, kenapa dia bisa kehilangan ingatannya, kejadian apa yang sudah menimpanya? Meski aku tahu bukan saatnya memikirkan masalah ini tapi rasa penasaran tentang identitas Zero yang sebenarnya semakin naik ke permukaan kurasakan.