webnovel

Enjoy Life In The New Era (Bahasa Indonesia)

Di awali sekelompok anak muda beranggotakan 5 orang yang secara tidak sengaja menemukan ruang misterius di dalam gua, dan mencoba memasuki ruang itu. Mereka tidak tahu, dalam proses mencoba masuk, mereka telah membangunkan seseorang yang sedang hibernasi di dalamnya, yang tidak lain adalah Shi Qiang, seorang immortal dari zaman kuno. Suasana ruangan itu yang sangat menyeramkan mengakibatkan proses bertemunya kelompok itu dengan Shi Qiang secara tak sengaja memakan 1 korban, yaitu Su Yun. Kebetulan, Shi Qiang yang merupakan orang zaman kuno membutuhkan identitas untuk hidup di zaman sekarang, dan terpaksa digunakanlah identitas Su Yun itu. Menggunakan sebuah artefak, Shi Qiang membuat pil yang dapat merubah segala macam tentang dirinya menjadi Su Yun, baik penampilan, suara, dan bahkan ingatan. Apa yang akan Shi Qiang lakukan dengan identitas barunya? Silahkan baca! ============================================================================================== *Buy me a coffee: -https://saweria.co/xiaokedun -https://trakteer.id/kedun/tip =============================================================================================== *Cover : Gambar di dalam cover bukan milikku, jika kamu merasa itu milikmu, dan ingin aku menghapusnya, silahkan PM saja atau kontak di email: xiaokedun@outlook.com

xiaokedun · Fantasy
Not enough ratings
22 Chs

Masalah di dalam Bus (2)

Setelah menimang-nimang segala aspek yang ada, di langkah kaki Bibi Hua yang ke dua, Tiyu memutuskan mengikuti bisikan temannya, mengabaikan perintah menggunakan cara halus, yang penting bisa mendapatkan Bibi Hua terlebih dulu. Dia yakin, sesudah bosnya puas menikmati tubuh Bibi Hua, pasti bakalan lupa tentang kesalahan yang diperbuatnya.

"Kalian bantu aku!" Tiyu menunjuk 2 teman se-Geng lain yang ada di sampingnya. "Buat mereka semua diam, sementara aku menangkap wanita itu!" Memberi aba-aba, menyuruh menggunakan senjata yang mereka bawa untuk membuat para penumpang diam, tidak berteriak atau menelepon polisi saat dia menangkap Bibi Hua di siang hari bolong.

Perintah dari Tiyu langsung ditanggapi oleh mereka, pria 1 mengeluarkan pistol Glock, sedangkan pria 2 berupa pistol Revolver. Ada senjata api, para penumpang lainnya yang masih memiliki rasa penasaran, memandangi kelompok Tiyu dari awal hingga sekarang, seketika mengalihkan pandangannya seakan menganggap kelompok Tiyu tidak ada.

Tiyu memberi senyum ejekan kepada para penumpang lainnya itu, sebelum mengeluarkan sebuah combat knife yang tersembunyi di kakinya. "Ayo pergi!" Dimulai Tiyu, kemudian pria 1 dan pria 2, mereka berjalan untuk melakukan tugasnya masing-masing.

Sementara itu, Bibi Hua yang sedang berjalan kembali ke tempat duduknya menyadari ada keanehan, tadi masih banyak penumpang lainnya yang masih menatap ke belakang, sekarang tiba-tiba mereka serempak mengalihkan pandangannya ke luar jendela.

'Yah apapun itu, aku juga tidak peduli terhadap apa yang dilakukan orang-orang egois ini!' Rasa jengkelnya terhadap para penumpang lainnya atas masalah tidak membelanya, mengakibatkan Bibi Hua mengabaikan keanehan yang terjadi.

Sebaris bangku lagi sampai di tempat duduknya, Bibi Hua yang sedang berjalan santai mendadak berhenti, tidak berani bergerak dan matanya membelalak, seseorang menaruh pisau di lehernya. Kebiasaan yang sering dilakukan wanita yang tidak mengerti martial arts pada saat mengalami hal beginian yaitu berteriak minta tolong, pintarnya si pelaku yang sudah mengantisipasinya dengan membekap mulutnya juga.

[Mmm! Mmm! Mmm!] Meski tahu mustahil suaranya dapat keluar, Bibi Hua masih terus berusaha berteriak, berharap keajaiban dapat menjitak kepala Su Yun yang masih tidur bak kerbau.

"Jangan buang-buang napasmu, seberapa keras kamu mencobanya mustahil bisa keluar! Mending ikuti saja perintahku, datang ke belakang, dan aku akan melepaskanmu tanpa terluka sedikitpun!" Bisik si pelaku di samping telinga kanan Bibi Hua, diikuti Bibi Hua yang mengangguk bersamaan melirik ke arah sumber suara untuk mengetahui wajah si pelaku, yang tak lain adalah Tiyu.

"Hei Tiyu! Sepertinya wanita ini sangat kaya raya! Lihat saja cincin di jarinya, lebih megah dari yang pernah aku lihat di pelelangan Ibu Kota!" Dari arah belakang datanglah pria 2 yang tak bisa mengalihkan pandangannya pada cincin di jari Bibi Hua. "Bagaimana kalau kita mengambilnya?!" Pria 2 berhenti di depan Bibi Hua, dan menatap Tiyu dengan alisnya yang dinaikturunkan beberapa kali.

Akan tetapi, belum sempat Tiyu memberi jawaban, pria 2 melanjutkan omongannya. "Mengapa mukamu begitu, marah cincinnya mau aku ambil?!" Pria 2 merasa terhina dipelototi Bibi Hua. "Emang kamu bisa apa untuk menghentikan aku dari mengambilnya?!" Dalam kemarahan atas hinaan Bibi Hua, pria 2 memutuskan ingin mengambil cincin yang dikenakan Bibi Hua tanpa menunggu jawaban dari Tiyu.

Menyembunyikan senjatanya kembali, pria 2 lalu menggenggam erat pergelangan tangan Bibi Hua, dan menggunakan tangan yang lainnya untuk mengambil cincin itu dari jarinya. Di sisi lain Bibi Hua tidak tinggal diam. Masih di bawah ancaman sebuah pisau, Bibi Hua memberanikan diri menggerakkan anggota tubuhnya, mengepalkan tangannya untuk mencegah cincin itu diambil, serta mengayunkan kaki kanan ke arah selangkangan pria 2 untuk memberinya pelajaran.

Perihal tangan Bibi Hua yang mengepal sudah di prediksi pria 2, namun tidak untuk serangan kakinya, benar-benar di luar prediksi. Walau begitu tidak ada kekhawatiran di wajahnya, yang ada malah senyum ejekan, di matanya gerakan kaki Bibi Hua terlihat sangat lambat. Jadi begitu kaki itu lewat di antara dua dengkulnya, pria 2 merapatkan kakinya, menjepit kaki indah Bibi Hua menggunakan paha bagian dalam.

Merasa serangannya gagal, ekspresi Bibi Hua malah terlihat sangat bahagia. Ini membuat pria 2 sedikit keheranan, dalam pikirannya ada yang salah dengan otak Bibi Hua. "Kamu butuh 100 tahun lagi untuk dapat mengalahkanku gadis kecil!" Mengabaikan keanehan ekspresi Bibi Hua, Pria 2 berkata dengan bangga, tak tahu bahwa akan ada tragedi yang datang kepadanya. Tidak, yang benar datang kepada mereka yang membully Bibi Hua karena seekor monster telah dibangunkan dari tidurnya gegara sebuah sandal yang jatuh entah dari mana.

"Brengsek! Siapa yang berani melempar sandal ke kepalaku?!" Suara monster itu yang terdengar sangat marah. "Tunggu, bukankah ini sandalnya Bibi, dan kenapa aku duduk sendiri, ke mana Bibi pergi?!" Siapa lagi monster itu kalau bukan Su Yun, suaranya yang konyol nan keras di kesunyian yang ada di dalam bus menarik perhatian semua orang, terkhusus komplotan Tiyu.

Bagi Tiyu ini merupakan sebuah provokasi, ada orang yang masih berani bicara setelah ditertibkan menggunakan senjata pistol. Harga diri terasa tercabik, Tiyu langsung memerintahkan pria 2 untuk memberi pelajaran kepada orang itu, yang tak lain adalah Su Yun.

Pria 2 dengan enggan menuruti perintah Tiyu, sedangkan Bibi Hua memanfaatkan Tiyu yang lengah akibat emosi serta fokus yang terpusat pada Su Yun. "Yun-er! Mmm! Mmm!" Bekapan yang sesaat sedikit mengendur dimanfaatkan Bibi Hua untuk menarik perhatian Su Yun.

Usaha yang dilakukan Bibi Hua memang tidak sia-sia, kepala Su Yun tiba-tiba nongol ke atas, memperlihatkan muka yang sudah dalam kondisi mengerut, kerutannya bertambah waktu menemukan apa yang ada di depan matanya. Mengabaikan segerombolan orang yang berdesak-desakan sampai menutupi bagian belakang bus, dan seorang pria yang mendekat sambil menodongkan pistol kepadanya, dia hanya fokus pada seseorang yang terlihat 'menyandera' Bibi Hua, lebih tepatnya tangan kotor yang menutup mulut seksi Bibi Hua. Seketika ini mematik api amarah, seseorang berani menyentuh mulut Bibi Hua sebelum dirinya, sungguh perbuatan yang tak termaafkan.

Tanpa membuang banyak waktu, tubuh Su Yun berkedip, tahu-tahu muncul tepat di hadapan Bibi Hua, dan langsung mengamankan pisau serta menjauhkan tangan Tiyu dari mulutnya. Aksi ini terjadi sangat cepat, saking cepatnya mereka semua masih belum menyadari posisi terbaru Su Yun, mereka semua beranggapan Su Yun masih berada di tempat awalnya.

Baru kemudian bayangan Su Yun yang masih tertinggal di sana menghilang, mereka semua terkejut dengan kehadiran Su Yun yang sudah berpindah posisi. Sayangnya waktu terkejut buat Tiyu tidak ada, [Bam!] hadiah berupa sebuah pukulan di wajah Tiyu yang membuatnya terlempar jauh ke belakang hingga menghantam orang-orang yang ada di sana bak bola boling yang menjatuhkan pin.

[Brakkk! Gedebuk! Aw!] Berbagai macam suara yang dihasilkan oleh mereka yang kurang beruntung harus menadah tubuh Tiyu.

Di sisi lain, pria 2 dan pria 1 yang menonton semua itu langsung membuka pengaman yang terpasang di pistol mereka, dan serempak mengarahkannya ke kepala Su Yun. "Bocah gendut, kau benar punya nyali menentang Geng Gorilla Posse! Sekarang, kau harus menerima akibat atas perbuatanmu!" Pria 2 adalah orang pertama yang berbicara, termasuk juga orang pertama yang melakukan serangan kepada Su Yun.

[Dorrrr!] Suara tembakan yang keluar dari moncong revolver.

Yang disambung suara teriakan Bibi Hua yang terdengar seperti perpaduan antara terkejut dan ketakutan. [Ahhh!]

Dalam gerak lambat, Su Yun sebagai sasaran utama tidak memiliki kepanikan, tampak biasa, tidak ada perubahan emosi saat menghadapi peluru yang mengarah kepadanya. Tidak, sejak awal rencana menghadapi peluru memang tidak pernah terlintas, ada yang jauh lebih bagus, seperti apa yang akan dilakukannya.

Peluru semakin dekat, tangan Su Yun meraih pinggang Bibi Hua, dan apa yang terjadi selanjutnya sama sebagaimana Su Yun berpindah lokasi, tubuh mereka berdua berkedip meninggalkan bayangan yang tertembus peluru.

Pria 2 merasa senang tembakannya tepat mengenai kepala Su Yun, akan tetapi rasa senangnya itu bertahan sebentar sebelum berubah ketakutan, Su Yun menghilang, dan peluru yang seharusnya mengenai Su Yun malah mengenai pria 1 yang berada 3 meter di belakang Su Yun.

Tak ada keinginan mencari keberadaan Su Yun, pria 2 buru-buru menghampiri pria 1 untuk memberi pertolongan darurat seadanya, menggunakan kain baju untuk menyumbat aliran darah yang keluar dari lubang bekas tembakan. Sayangnya, lokasi tembakan yang terletak di leher membuat semua kerja keras pria 2 menjadi sia-sia, darah tetap menyembur dengan deras.

Di saat pria 2 berusaha menolong temannya, di sisi lain, atau lebih tepatnya 5 meter dari mereka berdua, orang-orang mulai menyadari kehadiran sesosok yang seharusnya mati tertembak, siapa orang itu, tentu saja Su Yun.

Masih dengan penampilannya yang rapi, tidak ada keringat atau lecet, Su Yun memandang sebentar pria 1 yang sekarat, sebelum mengalihkannya pada Bibi Hua yang berada di dalam lengan kanannya, yang masih saja menutup mukanya menggunakan kedua tangan.

"Mau sampai kapan Bibi menutup muka terus-terusan?!" Sebuah tamparan diberikan Su Yun pada pantat kenyal yang dimiliki Bibi Hua.

"Ah!!!" Secara refleks Bibi Hua berteriak, menurunkan tangannya, lalu memandang ke arah sumber suara, suara yang berasal dari seseorang yang dikhawatirkannya akan mati tertembak. "Yun-er?!" Mendapati Su Yun berdiri dengan gagahnya, Bibi Hua langsung terjun ke pelukan Su Yun, memeluk erat lehernya. Sebelum melepaskannya kembali saat mengingat belum mengecek kondisinya. "Di mana yang terluka?!" Ujung kepala, pipi kanan dan kiri, leher, dada, semuanya diperiksa tanpa terkecuali. Hasilnya tidak ditemukan luka sedikitpun, Bibi Hua tidak percaya terhadap hasil ini soalnya tertutup pakaian, dan mencoba memeriksanya kembali dengan lebih teliti, tanpa selembar pakaian yang menghalangi.

Saat Bibi Hua ingin melepaskan pakaiannya, Su Yun menghentikannya. "Bibi kan tahu aku seorang kultivator, jadi mana mungkin senjata seperti itu bisa melukaiku!" Su Yun merapikan pakaiannya yang sekarang terlihat berantakan gegara kekhawatiran yang dimiliki Bibi Hua.

"Maaf!" Meski tahu kultivator kuat, Bibi Hua tidak tahu apakah cukup kuat untuk menghadapi sebuah senjata api. Untungnya cukup kuat, dan ini memunculkan perasaan bersalah, sebagai orang yang menciptakan masalah ini sekaligus sebagai wanitanya, sama sekali tidak ada tanggung jawab seperti berusaha melindungi atau berkorban, malah dengan konyolnya diam saja sambil menutup muka.