webnovel

Empu

Petualangan dari seorang pemuda bernama Durpa yang telah terbuang dari dunia persilatan. Setelah padepokan milik ayahnya dihancurkan oleh padepokan - padepokan saingannya, dia menemukan harapan bangkit dan kembali berkelana di dunia persilatan. Namun bukan sebagai Kesatria dengan ilmu Kanuragan yang mumpuni, melainkan sebagai Empu (pembuat senjata di zaman jawa kuno). Dengan ambisi balas dendam dan kelicikan alami yang mengalir dalam darahnya Durpa menjelma sebagai Empu yang disegani oleh kawan maupun lawannya.

RodliAdikara · Fantasy
Not enough ratings
15 Chs

Bagian 3 : Sindarta 2

"Siapkan semua perbekalan, kita berangkat malam ini," ujar Dirga.

"Bawa perbekalan secara bertahap dan hati - hati jangan sampai padepokan lain curiga," imbuhnya.

"Siap ketua," serentak para murid menjawab.

"Satu hal lagi, mana anak sialan itu?" ucap Dirga.

"Maaf ketua, kalau yang anda maksud adalah tuan Durpa. Beliau masih di pasar, seperti biasa singgah ke warung - warung dan mencari wanita," ujar salah satu murid Dirga.

"Siapa lagi kalau bukan Durpa si anak keparat itu. Tiap hari bisanya hanya membuat ayahnya malu dan naik pitam saja," ujar Dirga marah.

"Panggil segera anak sialan itu, seret kalau perlu," ujar Dirga.

"Si... siap ketua," ujar salah satu muridnya.

Sementara itu di pasar.

"Boss bawakan tuak lagi 2 gelas, kali ini aku akan bersenang - senang sepuasnya," ujar Durpa.

"Su... sudahlah tuan muda. Anda sudah mabuk berat tuan," ujar Yudha, murid padepokan Senja yang bertugas menjaga Durpa. Sebenarnya Yudha adalah teman Durpa sejak kecil, mereka selalu bersama. Yudha sangat terobsesi untuk menjadi murid padepokan Senja. Setelah mengetahui kebiasaan si Durpa, dia semakin terobsesi untuk menjadi pewaris padepokan.

"Durpa... Durpa. Harusnya aku yang menjadi anak paman Dirga. Kau sangatlah tidak pantas menjadi anak beliau," gumam Yudha.

Tak berapa lama muncul salah satu murid padepokan Senja kebingungan.

"Ada apa kau kemari?" ujar Yudha.

"Yu... yudha. Untunglah ketemu," ujar si murid.

"Kalian disuruh kembali ke padepokan sekarang juga," tambahnya.

"Hah... Apakah sudah akan dimulai rencana ketua?" tanya Yudha.

"Malam ini kita akan berangkat," jawab si murid.

"Baiklah, bantu aku membawa pulang tuan muda," ujar Yudha.

"Aku mau dibawa kemana ini?" tanya Durpa.

"Kita harus segera pulang ke padepokan tuan muda."

"Bah. Kenapa aku harus pulang sekarang? Aku masih belum puas bermain dengan wanita - wanita ini," jawab Durpa.

"Ketua sudah memberi perintah untuk membawa pulang tuan muda. Tolonglah tuan muda jangan mempersulit saya."

"Sudah, kita angkat paksa saja!" ujar Yudha.

Sesampainya di padepokan Senja.

"Dasar anak kurang ajar, darimana saja kau? Pasti mabuk - mabukan dan main perempuan lagi," kata Dirga.

"Ayah sudah tau kenapa harus bertanya lagi," jawab Durpa.

"Dasar anak tak tau diuntung!" ujar Dirga.

"Plak... plak... plak!" beberapa tamparan membekas di pipi Durpa.

"Bawa anak sialan ini ke kamarnya dan jaga jangan sampai terlihat sedikit pun batang hidungnya untuk dua hari kedepan," ujar Dirga.

"Ba... baik ketua,"jawab salah satu murid yang disuruhnya.

"Yudha, kau bersiap - siaplah malam ini kita berangkat," kata Dirga.

"Siap ketua," jawab Yudha.

"Aku sangat membutuhkan kemampuanmu sebagai murid terbaik padepokan ini. Meskipun aku telah melakukan pengamatan secara langsung di reruntuhan Sindarta serta merencanakan penelusuran secara hati - hati, tapi instingku berkata akan banyak rintangan yang harus kita hadapi malam ini," ujar Dirga.

"Kenapa tidak kita tunda saja ketua?" tanya Yudha.

"Tidak, tidak bisa. Semakin lama kita menunda rencana kita, semakin mudah rencana kita tercium oleh padepokan lainnya," ujar Dirga.

"Bersiap - siaplah mau tidak mau kita harus bergerak malam ini. Mata - mataku melaporkan beberapa padepokan saingan sepertinya telah mencurigai gerak gerik kita," tambahnya.

"Siap ketua," jawab Yudha.

Yudha segera meninggalkan Dirga untuk menyiapkan perlengkapan dan dirinya untuk rencana besar malam ini.

"Rencanaku harus berhasil demi masa depan padepokanku ini!" ujar Dirga.