Dea meletakkan tasnya dengan kesal ke meja, persis di depan laki-laki yang kini tengah tersenyum memandanginya. Dia lantas menarik kursi dan duduk di sana, masih dengan bibir manyun tujuh senti.
Lelaki di seberangnya hanya tersenyum sembari memegangi gelas. Dia tidak mengucapkan sepatah kata pun. Memandangi wajah Dea yang kesal jauh lebih menyenangkan saat ini baginya.
"Kamu nggak datang ke sidangku," ucap Dea akhirnya saat permintaan maaf atau pun ucapan selamat tidak dia dengar dari mulut laki-laki tersebut.
"Banyak yang datang buat dukung kamu, 'kan?"
Dea menatap jengkel lelaki di hadapannya. "Tapi memangnya kamu nggak mau melihatku melibas semua pertanyaan tim penguji dengan lancar?"
Lelaki itu menggeleng. "Enggak. Kan sebelumnya aku juga udah nguji kamu. Dan, kamu udah hebat. Jadi, aku yakin di sidang pasti kamu melakukan hal sama."
Dea mendengus. "Ya aku tau. Sidangku memang bukan hal yang penting buat kamu."
Support your favorite authors and translators in webnovel.com