1 Prolog

Anne Syedrica, wanita yang hobi berpetualang alias traveler asal Indonesia itu tengah sibuk mengemasi pakaian ke dalam koper. Atensinya tak teralihkan walau sang suami sedang mengajaknya berbicara.

"Ingat, Anne. Kita di sana hanya satu minggu!" Jack Kendrick, seorang pengusaha ternama asal Denmark itu berseru pada istrinya.

Anne memasang wajah kecut seraya menggeleng dengan keras. "Tidak, pokoknya satu bulan!" timpalnya sedikit memaksa.

Ya, pasangan yang baru menikah selama satu minggu ini sedang merencanakan bulan madu sekaligus berlibur ke luar negeri. Spot yang terpilih adalah negara bagian Eropa, yaitu Irlandia. Negara kecil yang terkenal dengan reputasinya akan keindahan bentang alam dan juga peninggalan-peninggalan sejarah yang memukau.

Akan tetapi, Jack terlihat tidak terlalu antusias dengan rencana tersebut. Berbulan madu di rumah, itulah pilihannya. Namun, apalah daya. Istrinya seorang traveler yang liar, wanita itu tidak betah kalau hanya berdiam di rumah.

"Anne, aku harus segera mengurus pekerjaanku di kantor."

"Jadi kau lebih mementingkan pekerjaanmu dari pada istrimu, hah?" sergah Anne dengan nada bicara yang mulai meninggi.

Mendengar itu, Jack tidak bisa berkutik. Di umur pernikahannya yang baru seumur jagung, ia tidak mau membuat perdebatan lebih lanjut, yang bisa saja berujung pada hal buruk. "Ya sudah, satu bulan."

ΦΦΦ

Sebuah pesawat mendarat dengan sempurna di salah satu bandara di Irlandia. Jack dan Anne segera turun, lalu mengambil koper dari deretan koper yang dikeluarkan dari bagasi oleh petugas di sana. Setelahnya mereka langsung mencari taksi untuk pergi menuju hotel dan segera beristirahat.

Di perjalanan, Anne terus berceloteh memuji setiap tempat yang mereka lewati. "Lihat, Jack. Aku tidak salah memilih tempat, bukan?" dalihnya dengan tatapan yang berbinar. Melalui kaca jendela mobil, semuanya terpampang cukup jelas.

"Hm ... sekarang aku setuju denganmu, bahwa Irlandia memang tempat yang indah." Jack ikut mengedarkan pandangan mengamati keadaan sekitar.

Suasana sore hari di sana memang sangat menyejukan, banyak aktivitas yang masih berlangsung di beberapa sudut jalanan. Seperti adegan musikal, festival makanan, dan beberapa sirkus kecil-kecilan tampak sedang berlangsung di penjuru kota tersebut. Kehidupan di Irlandia memang terlihat sangat menyenangkan dengan penuh kebudayaan.

ΦΦΦ

Sudah tiga minggu Jack dan Anne berada di Irlandia dan selama itu juga mereka sudah mengunjungi berbagai destinasi wisata alam di sana. Sedangkan untuk minggu terakhir ini, Anne ingin berkunjung ke tempat yang berbeda dari biasanya, yaitu mengunjungi Kastil Ballygail.

Kastil ini termasuk salah satu kastil terseram di Irlandia Utara, karena dulunya kastil ini merupakan tempat pemujaan roh-roh bagi para penganut agama Hindu, ditambah konon katanya terdapat kepala iblis yang dikubur di sana. Pada zaman sekarang pun masih banyak orang yang memercayai hal tersebut. Bahkan, tak sedikit di antara mereka yang sekarang melakukan persembahan di sana, terutama menyembah patung Madam Nixon —orang sakti sang penjaga sekaligus penghuni kastil yang sudah tiada puluhan tahun silam.

Anne dan Jack menempuh perjalanan sekitar tiga kilometer dari hotel menuju Kastil Ballygail. Keduanya pergi dengan berjalan kaki sembari sesekali mampir di beberapa kuliner saat perjalanan berlangsung, inilah ide dari seorang traveler.

Akhirnya, mereka sampai di gerbang masuk Kastil Ballygail. Terlihat dari luar saja suasananya sudah mencekam dan sangat hening, apalagi deretan tangga yang lumayan panjang menuju bangunan kastil itu terlihat sangat licin. Hanya beberapa orang lanjut usia yang berada di dalam sedang menyapu tangga dan membersihkan kastil itu.

"Tunggu!"

Langkah mereka terhenti kala mendengar suara seseorang. Keduanya langsung menoleh pada sumber suara. "Bapak siapa?" tanya Anne pada kakek tua yang berdiri di hadapannya.

"Saya penjaga kastil ini. Kalian ada keperluan apa datang kemari?" Suara sang kakek terdengar sangat pelan, tetapi Anne dan Jack masih mampu mendengarnya.

"Ini bukan tempat sembarangan. Saya tidak akan membiarkan orang asing apalagi orang yang tidak berkepentingan masuk ke dalam kastil ini," lanjut kakek itu sembari menautkan kedua tangannya ke belakang.

Anne langsung berpikir untuk menggunakan cara ini agar mereka diperbolehkan masuk. "Kami hanya ingin melakukan persembahan, Kek."

ΦΦΦ

Hampir dua puluh menit Anne dan Jack berkeliling mengamati setiap sudut Kastil Ballygail. Tak sedikit pula momen yang mereka abadikan di sana dengan berswafoto ria. Hingga mereka juga sampai mengukir nama masing-masing di dinding kastil bagian belakang tanpa sepengetahuan penjaga di sana.

Wanita beriris tajam itu menarik tangan Jack begitu saja tanpa persetujuan pemiliknya. Ternyata Anne membawa Jack ke ruangan suci di tempat ini, yaitu ruang persembahan.

"Jadi kau ke sini benar-benar mau melakukan persembahan? Sejak kapan kau menyembah hal begituan?" Jack merasa istrinya ini sudah tidak waras.

Anne menepuk jidat kasar, suaminya terlalu berpikir jauh. "Astaga, kau ini! Mana mungkin aku menyembah hal-hal aneh seperti itu! Kita ke sana cuma lihat-lihat saja," jelasnya membuat sang suami paham.

"Waw!" Anne langsung menatap takjub saat melihat nuansa di ruang persembahan yang sangat klasik. Ia terus meraba-raba berbagai benda yang terpajang di sana, tak lupa juga Anne terus meneliti wadah-wadah yang digunakan untuk persembahan.

Hingga akhirnya mata Anne terkunci pada patung di tengah-tengah ruangan dengan berbagai wadah persembahan di depannya. Patung itu terlihat sangat cantik dengan pernak-pernik dan bunga-bunga di tubuhnya.

"Ini patung siapa?" tanyanya dengan tatapan terus mengamati setiap inci patung tersebut.

"Madam Nixon," jawab Jack tanpa menoleh ke arah Anne sedikit pun. Ia sibuk dengan beberapa lukisan yang terpajang di dinding. Anne mengernyitkan dahi, ia tidak yakin dengan jawaban suaminya. "Kau kurang teliti melihat patung itu, Anne. Jelas-jelas namanya ada di bagian bawah patungnya," lanjut Jack mengetahui kebingungan sang istri. Anne langsung menunduk dan ternyata benar, nama itu tertulis di sana.

"Sudahlah, ayo kita pulang. Hari sudah mulai petang," ajak Jack seraya merangkul Anne. Wanita itu mengangguk dan berjalan beriringan keluar.

Namun, tak lama langkah mereka tercegat. "Maaf, Jack. Kau duluan saja, ponselku tertinggal di dalam," kata Anne kembali masuk, sedangkan Jack meneruskan langkahnya menuju gerbang.

Dengan langkah yang pelan, Anne mengambil ponselnya yang tergeletak di depan patung. Dia terus memperhatikan patung itu dengan tatapan tajam, otaknya berkecamuk memikirkan sesuatu. Kini pandangannya menelisik keadaan sekitar, mencoba mengecek apakah ada orang lain di sana atau tidak. Namun, ternyata sepi, para pengurus kastil juga sedang berada di luar.

"Batu diamond di matamu sungguh membuatku tertarik," lirih Anne kembali mendekati patung tersebut. "Aku harus mendapatkan itu, karena aku menginginkannya. Lagipula, ini hanya sebuah patung, mungkin itu tidak masalah."

Tangan Anne terulur berniat mengambil sesuatu di bagian mata patung tersebut. Namun, itu tidaklah mudah, Anne sampai mengeluarkan tenaga untuk menarik benda itu. "Ayolah ... kau jangan menyusahkanku!" Dia terus menariknya dengan keras, bahkan kini ia sampai terpental.

"Aw!"

Bersamaan dengan itu, batu diamond di mata patung tersebut juga ikut terjatuh. Mungkin tadi karena Anne mengeluarkan tenaga sepenuhnya untuk menarik benda itu dan akhirnya berhasil. Tangan Anne langsung terulur mengambil benda berkilau yang tergeletak tak jauh darinya. Saat digenggam, ternyata itu bukan sekedar batu diamond, melainkan sebuah kalung dengan gantungan batu diamond yang sangat cantik.

Tersadar dari itu, Anne langsung melangkah terburu-buru menyusul Jack, mereka segera menghentikan taksi dan pergi dari sana. Para pengurus kastil sedikit pun tidak mencurigai langkah mereka yang tergesa-gesa.

Setelah Anne dan Jack benar-benar pergi, mereka tidak tahu apa yang selanjutnya terjadi di kastil itu. Seolah murka, kastil tersebut bergetar layaknya terjadi gempa. Menjatuhkan beberapa pajangan dan membuat semuanya berantakan. Para penjaga pun heran dengan apa yang terjadi.

Saat perjalanan pulang, mereka tidak langsung menuju hotel, melainkan pergi ke sebuah toko perhiasan atas permintaan Anne. Ternyata wanita itu berniat mengubah ukuran kalung batu diamond tadi, karena memang ukurannya terlalu besar.

Namun, di sana Anne merasakan mual dan pusing yang terus menyerang. Akhirnya, Jack sekalian membawa sang istri ke rumah sakit untuk mengetahui apa yang terjadi. Alangkah bahagianya saat Jack mendengar ucapan dokter, bahwa Anne tengah mengandung dengan umur yang masih satu minggu.

ΦΦΦ

Sembilan bulan sudah Anne lewati untuk mengurus kandungannya. Saat inilah waktunya Anne berusaha mempertaruhkan nyawa demi membawa sang anak ke dunia.

Dua jam berlalu, Jack sedang menunggu kabar sang istri yang melakukan proses persalinan. Terlihat beberapa perawat keluar-masuk ruang operasi dengan langkah yang gelisah.

"Maaf, Sus. Bagaimana keadaan istri saya?" Jack langsung bertanya dengan degupan jantung yang tidak karuan, ia takut terjadi sesuatu pada istri dan bayinya. Namun, tidak ada jawaban, suster itu malah mengabaikan Jack dengan langkah yang terburu-buru.

Satu jam kemudian, suara tangis dari dalam ruangan terdengar nyaring membuat senyum merekah di bibir pria itu. Ia mengusap wajahnya penuh bahagia, dirinya sekarang sudah menjadi seorang ayah.

Tak lama, seorang dokter pun keluar dengan bayi mungil di pangkuannya. "Selamat, Pak. Bayinya perempuan," ucap dokter memberikan bayi itu pada Jack. Dia langsung mengecup bayi tersebut penuh kasih sayang. Namun, ia melihat sesuatu yang aneh pada kedua pergelangan tangan bayinya, yaitu sebuah tanda lahir dengan bentuk yang langka. Jack baru mengetahui ternyata ada tanda lahir yang seperti itu.

"Tapi ... maaf, kami tidak bisa menyelamatkan istri Anda." Sontak tubuh Jack terpaku di tempat. Ia menatap lekat dokter di depannya dengan napas yang memburu. "Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi Tuhan berkehendak lain," sambung sang dokter berusaha membuat Jack mengerti.

"Tidaaak!" Jack berlari memasuki ruang operasi dengan terus memeluk bayinya erat. "Anne, bangunlah! Kenapa kau tega meninggalkanku dan putri kita ini!" Ia melihat istrinya sudah ditutupi kain putih polos yang membuat tangisan semakin pecah di sana.

ΦΦΦ

Mari kita berkelana di dunia yang penuh dengan keajaiban tak terduga~

Salam,

Manusia halu:*

avataravatar
Next chapter