webnovel

2. Kilas Balik 1

Di kediaman keluarga Fidelyo, Salma Fidelyo sedang berkutat dengan ponselnya. Dirinya sedari hanya fokus pada permainan yang ada diponselnya dan mengabaikan panggilan-panggilan dari Arga, kakak ketiganya itu.

"Salma! Kau ini dari tadi asyik dengan ponselmu saja. Apa kau tidak mendengar perkataan kakak?" kesal Arga.

"Aish, kak Arga. Kau berisik sekali sih. Kenapa kakak Arga hobi sekali menggangguku? Aku lagi serius nih. Kalau aku kalah, bagaimana?" protes Salma yang masih fokus dengan gamenya.

Arga yang mendengar penuturan dari Salma membelalakkan matanya. Sedangkan Farzan dan Daffa hanya tersenyum mendengar perdebatan kedua adik-adik mereka.

Saat Arga ingin membalas sang adik, Farzan terlebih dahulu menengahinya. "Sudahlah, Arga. Kau harus banyak sabar melihat sikap adik perempuanmu itu."

Arga pun menurut apa yang dikatakan oleh Farzan, kakak laki-laki tertuanya itu.

"Salma, sayang." Farzan memanggil adik perempuannya itu dengan lembut.

"Iya, kakak Farzan." Salma menjawab panggilan dari kakak tertuanya itu tanpa menoleh sama sekali. Dirinya masih asyik dengan gamenya.

"Sudah mainnya. Sudah berapa jam kau bermain Game, hum? Sekarang udah waktunya istirahat," ucap Farzan.

"Baiklah, kakak Farzan." Salma langsung menyudahi permainan gamenya, kemudian mematikan ponselnya. Farzan tersenyum saat adik perempuannya itu menurut.

"Satu minggu lagi masa liburmu habis dan kau akan masuk sekolah lagi, Salma. Apa kau sudah dipersiapkan semuanya?" tanya Daffa.

"Sudah, kakak Daffa." Salma melihat kearah wajah tampan kakaknya itu lalu menyandarkan kepalanya di bahu sang kakak.

"Yakin?" tanya Farzan.

"Iya, kakak Farzan. Walaupun aku selalu asyik dengan Game di posnelku. Aku tidak pernah melupakan kewajibanku," saut Salma.

Farzan, Daffa dan Arga tersenyum mendengar jawaban dari Salma. Mereka membenarkan apa yang dikatakan Salma. Salma memang menomorsatukan sekolah dan belajarnya, walaupun tetap asyik dengan Game di ponselnya.

"Kakak gak nyangka kau sudah kelas 2 SMA sekarang." Farzan tersenyum kearah adik bungsunya itu.

"Dan tidak lama lagi kau akan menjadi seorang mahasiswa," ujar Daffa.

"Masih lama, kakak Daffa. Masiiiiihh lamaa." Salma merentangkan kedua tangannya lalu memutar ke kiri dan ke kanan.

Farzan, Daffa dan Arga tersenyum gemas melihat adik perempuan mereka.

"Ya, sudah. Sekarang pergilah istirahat dan jangan main Game lagi," ucap Daffa.

"Baiklah, kakak Daffa." Salma langsung beranjak dari duduknya, lalu melangkah menuju kamarnya di lantai dua.

Setelah kepergian Salma, Arga mengedumel kesal. "Aish! Dasar adik kurang ajar. Giliran denganku saja pasti bawaan ribut mulu!" seru Arga.

"Sabar." Daffa mengusap-usap lembut punggung Arga.

***

SATU MINGGU KEMUDIAN....

Elena berada di rumah keluarga angkatnya yaitu keluarga WILLIAM. Keluarga tersebut begitu sangat menyayanginya. Mereka menyayangi Elena bak seorang princess. Apa pun yang diinginkan olehnya, keluarga tersebut pasti akan langsung mengabulkannya.

Bahkan seluruh keluarga besar William sangat mengistimewakan dirinya. Mulai dari orang tua angkatnya, kedua kakak angkatnya, Kakek dan neneknya dan para sepupu angkatnya.

Elena adalah permata keluarga mereka. Hanya orang-orang bodoh saja yang sudah mencampakkan dan membuang permata mereka demi seorang anak angkat.

Saat ini Elena sedang duduk di ruang tengah sembari menatap layar ponselnya.

Yah! Elena saat ini tengah menatap foto kedua kakak kesayangannya. Dirinya sangat merindukan kedua kakak kesayangannya itu yaitu Andry Jecolyn dan Ghina Jecolyn.

"Hiks.. hiks.. kakak Andry.. hiks.. kak Ghina." Elena menangis terisak.

FLASBACK ON

Andry saat ini berada di depan gerbang sekolah Ghina, Naura dan Elena. Hari ini hanya Ghina dan Elena saja yang masuk sekolah. Sedangkan Naura masih belum diizinkan masuk sekolah karena baru sembuh dari demamnya. Andry memang hampir setiap hari untuk mengantar dan menjemput ketiga adik perempuan kesayangannya itu.

Saat Andry sedang berbicara dengan seseorang di telepon, Andry dikejutkan dengan suara adik kelincinya.

"Kakak Andry."

Andry yang mendengar panggilan dari adik manisnya itu langsung menolehkan wajahnya. Andry pun langsung mematikan panggilan tersebut dan tersenyum kearah kedua adik perempuannya yang sudah berdiri di hadapannya.

"Sudah lama, kakak Andry?" tanya Ghina.

"Lumayan. Sudah 2 jam lebih Kakak menunggu kalian disini." Andry tersenyum evil.

Ghina dan Elena melotot serta mulut mereka terbuka lebar. Andry yang melihat reaksi dari kedua adik perempuannya tersenyum gemas, lalu kedua tangannya mengapit mulut kedua adik perempuannya itu sehingga mulut adik perempuannya itu tertutup.

"Gak segitu juga kali responnya. Jelek tahu," ucap Andry. "Kakak cuma bercanda tadi. Baru sepuluh menit kakak disini." Andry mengusap-usap rambut kedua adik perempuannya secara bergantian.

Saat Elena ingin bersuara, Andry langsung berucap terlebih dahulu.

"Mau pulang atau mau mengobrol sampai malam disini?" tanya Andry.

"Ya, mau pulanglah!" Ghina dan Elena menjawabnya secara bersamaan.

Lalu mereka pun langsung masuk ke dalam mobil.

***

Di dalam perjalanan, tiba-tiba Elena bersuara.

"Kakak Andry. Bagaimana kalau kita singgah ke Cafe dulu? Aku lapar kakak. Aku tadi tidak sempat makan di kantin. Begitu juga dengan kak Ghina," ucap Elena.

"Baiklah. Kita mampir di Jermanis Cafe." Andry langsung mengabulkan keinginan adik perempuannya itu.

Andry tidak bisa bilang tidak jika menyangkut kelinci kesayangannya itu. Apa yang diinginkan oleh adik perempuannya itu, selalu dirinya turuti. Begitu juga dengan adik-adiknya yang lainnya. Tapi dirinya lebih memihak ke adik manisnya ini.

Saat mereka dalam perjalanan, Andry melihat beberapa mobil menghalangi mereka. Andry pun reflek menginjak rem mobilnya.

SKIITT!

BUGH!

Kepala Elena terantuk dikepala kursi. "Kakak Andry. Kenapa menghentikan mobilnya mendadak sih?" protes Elena.

Andry melirik adik bungsunya dari kaca spionnya dan dapat dilihat olehnya sang adik mengelus-elus kepalanya.

"Maafkan kakak, Elen. Kakak tidak sengaja. Elen tidak apa-apa kan?" tanya Andry.

"Hm." Elena menjawab dengan deheman.

Lalu Andry melihat kearah Ghina yang ada di sampingnya. "Kau tidak apa-apa, Ghin?"

"Aku tidak apa-apa, kakak Andry." Ghina menjawab dengan tatapan matanya ke depan. Ghina memperhatikan beberapa mobil yang menghadang.

Andry dan Ghina masih melihat kearah depan. Terlihat begitu banyak manusia-manusia yang telah mengepung mobil mereka.

"Mereka siapa, kakak Andry?" tanya Ghina.

Elena yang mendengar pertanyaan Ghina langsung mengalihkan pandangannya melihat kearah depan.

Saat Elena melihat dengan jelas-jelas orang yang berdiri tak jauh dari mobil mereka sontak membelalakkan matanya.

"Mau apalagi mereka." Elena berseru ketika melihat orang-orang yang telah mengepung mobilnya.

Baik Andry maupun Ghina dibuat bingung akan penuturan Elena. Keduanya saling lirik, lalu kemudian melihat ke belakang.

"Elen, kau kenal dengan mereka?" tanya Andry.

"Yak! Kenapa kakak Andry malah bertanya padaku? Disini bukan aku saja yang kenal dengan mereka. Kakak juga kenal. Bahkan kak Ghina juga," jawab Elena yang matanya masih fokus melihat kearah luar.

Karena tidak mendapatkan jawaban dari kedua kakaknya. Elena akhirnya memberitahu siapa manusia-manusia laknat itu.

"Mereka itu dari kelompok SCORPION, kakak-kakakku yang lola." Elena menatap kesal kedua kakaknya itu.

"Apa?" seketika Andry dan Ghina terkejut. Lalu mereka melihat kearah luar.

"Brengsek!" kesal Andry.

"Mau apa lagi mereka? Apa mereka masih mengincar Elen?" batin Andry.

Andry benar-benar sangat mengkhawatirkan adik bungsunya.

"Keluar kalian!" teriak salah satu kelompok tersebut

"Kakak Andry, bagaimana ini? Kita hanya bertiga. Sedangkan mereka berjibun. Kalau kita keluar. Kita akan mati konyol," ucap Ghina.

Tanpa Andry dan Ghina ketahui, Elena mengirim pesan dan juga share lokasi ke pada kelompok mafianya. Bahkan pesan tersebut otomatis terhubung pada kelompok-kelompok mafia lainnya.

Kelompok mafia itu adalah kelompok mafia milik Elena yang sudah dibangun olehnya selama 2 tahun bersama ketujuh sahabatnya. Kelompok mafianya itu merupakan kelompok mafia yang sudah terkenal nomor 2 didunia dan di Jerman. Kelompok mafianya itu bernama BLACK WOLF.

BLACK WOLF bekerja sama dengan ke 6 kelompok mafia ternama, terkenal dan paling kejam nomor 1 didunia. Bahkan ke 6 kelompok mafia tersebut sudah tersebar beberapa negara, termasuk Jerman.

Ke 6 kelompok mafia itu adalah 18TH STREET GENG, VOGOS, THE BLOODS, THE CRIPS, LATIN KINGS, MS-13.

Hubungan kelompok BLACK WOLF dengan ke 6 kelompok mafia tersebut cukup baik, sudah seperti saudara.

Para ketua dari masing-masing kelompok tersebut sangat menyayangi Elena selayak adik mereka sendiri. Saat kelompok mafianya memasuki usia 2 tahun 4 bulan, sepak terjang dirinya bersama ketujuh sahabatnya diketahui oleh sang kakak yaitu Andry Jecolyn. Dikarenakan Elena sangat menghormati dan menyayangi kakaknya itu, Elena menceritakan semuanya pada kakaknya.

Andry yang mendengar semua penjelasan dari adik bungsunya itu tersenyum bahagia dan juga bangga. Awalnya, Elena mengira jika kakaknya itu akan marah padanya dan menjauhinya. Namun sebaliknya, sang kakak malah setuju dan mendukung apa yang dilakukan olehnya. Selama dirinya tidak melakukan kejahatan dan menyakiti orang-orang yang tidak bersalah. Maka sang kakak akan selalu ada dipihaknya.

Sedangkan untuk Ghina, Elena belum menceritakan tentang mafianya kepada kakaknya itu. Bukan bermaksud Elena ingin merahasiakannya dari kakak kesayangannya itu. Elena belum siap untuk menceritakannya. Dirinya takut, jika respon kakak keenamnya itu beda dengan respon dari kakak pertamanya.

Tapi Elena berjanji, secepatnya dirinya akan menceritakan masalah kelompok mafianya pada kakaknya itu. Dan bahkan, Elena akan mengajak kakaknya bergabung dengannya.

"Lebih baik kita keluar, kakak. Kalau kita tetap di dalam mobil, bisa-bisa mereka akan lebih nekat lagi. Bisa saja mereka menjadikan kita santapan siang mereka!" seru Elena.

"Yak! Kau pikir kita ini makanan. Kita ini manusia, Elen." Ghina benar-benar kesal akan ucapan dari adik perempuannya itu.

"Bukan tubuh saja yang bantet. Tapi otak kak Ghina juga bantet serta dangkal. Kak Ghina itu bodoh atau bagaimana sih? Disekolahin bukannya tambah pintar. Ini malah makin bodoh. Maksudku dengan santapan siang mereka itu adalah nyawa kita, kak Ghina! Mereka semua bisa saja membunuh kita di dalam mobil ini dengan cara membakarnya." Elena menatap kesal Ghina dan jangan lupa mulutnya yang mengeluarkan sumpah serapah untuk sang kakak.

Ghina yang mendengar ucapan dari Elena hanya bisa melongo dan melotot. Beda dengan Andry, dirinya sedari hanya geleng-geleng kepala melihat perdebatan kedua adik-adiknya. Dalam situasi seperti ini, masih sempat-sempatnya kedua adik perempuannya itu adu mulut.

Saat Ghina ingin protes karena sudah dikatai bantet dan juga bodoh, Andry langsung menghentikannya.

"Kalau kita masih disini dan kalian masih ribut. Kita akan benar-benar menjadi santapan siang mereka semua." Andry menghentikan perdebatan kedua adik perempuannya.

"Hehehehe." Ghina dan Elena terkekeh.

Setelah itu, mereka pun keluar dari dalam mobil.