webnovel

Rahasia Ageha

Arya segera berjalan pulang menuju ke Cafe Heaven's Eden, setelah dirinya selesai mengantar Arany dengan barang belanjaannya ke depan gedung apartemennya. Di sebelah tangannya, Arya memegang satu kantong belanjaan. Meskipun dia belum melihat isinya, dia sudah tahu dari bau dan gambar di kantong yang memiliki ilustrasi sebuah kue di atasnya bahwa isi kantong tersebut memang Kue.

Dari baunya, Arya bisa menebak bahwa kue yang berada di dalam kantong yang dia bawa adalah Cheese Cake, Chocolate Cake, Red Velvet dan beberapa kue lainnya yang memiliki rasa buah. Jumlah kue di dalam sana ada banyak, jadi harganya pasti mahal, makanya Arya merasa sedikit ragu menerimanya, tapi saat dia mengingat Qita yang berada di rumah, dia memutuskan untuk menerima kue-kue tersebut. Siapa tahu rasa kue itu dapat membuatnya kembali ceria.

Arya segera masuk ke dalam Cafe lewat pintu belakang yang hanya dapat dibuka oleh orang yang memiliki kuncinya. Karena Arya tinggal dan berkerja di sana, maka Meister memberikan sebuah duplikat kunci untuk dia gunakan saat dia ingin keluar atau masuk lewat pintu belakang.

Setelah masuk ke dalam gedung, Arya langsung melihat keadaan Cafe. Seperti biasanya, keadaan Cafe tetap nampak tidak terlalu ramai. Hanya ada sepasangan kekasih, dua orang gadis, lalu seorang pria yang menyendiri di pojokan. Arya hanya bisa melihat 5 orang pelanggan untuk saat ini.

"Yo, Arya... sepertinya kau membawa sesuatu yang menarik!"

Meister yang melihat Arya membawa sesuatu yang nampak enak, langsung merangkul bahunya dan menatap lekat-lekat pada apa yang dibawa olehnya.

Arya segera menjauhkan kue yang dibawanya dari jangkauan Meister.

"Aku membawa kue ini bukan untukmu!"

"Dasar pelit!"

Meister segera melepaskan rangkulannya saat Arya mengatakan hal tersebut. Arya yakin bahwa Meister memang ingin memakan kue tersebut, tapi sepertinya dia juga sadar bahwa Arya membawa kue tersebut untuk menghibur Qita, makanya dia tidak memaksanya untuk membagikannya pada dirinya.

"Dari mana kau mendapatkan kue tersebut? Kau seharusnya tidak memiliki uang untuk membelinya, kan? Jangan-jangan kau mencurinya!"

"Kau seharusnya tahu Aku tidak mungkin membuat masalah dengan mencuri atau kejahatan apapun!"

Jika dirinya sampai ketahuan dan ditangkap, apapun kejahatan yang dia lakukan, dia pasti akan langsung mendapat hukuman mati dari ATS.

"Kau benar! Kau tidak mungkin memiliki keberanian untuk melakukan hal tersebut! Jadi dari mana kau mendapatkannya?"

"Aku menolong seorang wanita yang sedang kesusahan, lalu dia memberikan kue ini sebagai ucapan terima kasihnya!"

"Seorang wanita? Siapa?"

Kali ini yang bertanya bukan Meister, melainkan Ageha yang baru saja kembali dari mengantar pesanan pelanggan. Sepertinya dia mendengarkan pembicaraan Arya dan Meister.

"Oya, oya... ada apa ini Ageha? Apakah kau cemburu?"

Meskipun yang ditanya adalah Arya, tapi justru Meister yang menanggapinya terlebih dahulu. Dia tak lupa memasang wajah menyebalkan saat menggoda Ageha.

"Diamlah! Aku tidak bertanya padamu!"

Ageha mendorong jauh wajah Meister yang mendekat ke arahnya. Wajah Ageha nampak sedikit memerah saat Meister menggodanya. Meski Arya menyadari hal tersebut, tapi dia berpura-pura tidak melihatnya.

"Hanya seorang wanita muda yang kebetulan kutemui di jalan!"

"Hmm... begitukah... Apakah dia cantik?"

Arya sedikit memeringkah kepalanya, karena tidak mengerti kenapa Ageha menanyakan hal tersebut.

"Jika memilih antara cantik dan jelek, kurasa dia bisa dikatakan cantik. Memangnya ada apa?"

Saat Arya bertanya balik, Meister justru menjadi orang yang pertama kali meresponnya.

"Oya... sepertinya tuan muda di sini tidak mengerti perasaan seorang wanita, ya! Kau sepertinya tidak paham bahwa Ageha saat ini sedang cemburu!"

"Kau diamlah!"

Ageha segera menutup mulut Meister sebelum pria tua itu mengatakan hal lainnya yang tidak perlu.

"Ageha, apa kau benar-benar cemburu?"

"Hah!? Siapa yang cemburu!? Kenapa juga Aku harus cemburu?!"

Saat Arya bertanya, Ageha langsung membantahnya dengan wajah yang merah padam. Arya tidak tahu kenapa Ageha harus menyembunyikan fakta bahwa dirinya cemburu, kalau wajahnya saja sudah dengan jelas mengatakan bahwa dia memang benar-benar sedang cemburu.

"Jika kau berkata seperti itu, maka Aku akan menganggapnya seperti itu!"

"Apa-apaan maksud ucapanmu itu!?"

"Seperti yang kukatakan, Aku akan menganggap bahwa apa yang kau katakan adalah benar!"

"Tunggu dulu, Arya! Bukankah itu terdengar seperti kau sedang berpura-pura bahwa kau percaya pada ucapanku tadi dan kau sebenarnya menganggap bahwa Aku tadi itu berbohong!"

"Ya, begitulah..."

Wajah Ageha sekarang memerah dengan alasan yang berbeda dari sebelumnya. Dia entah mengapa merasa kesal dengan ucapannya.

"Sudah kukatakan bahwa Aku tidak cemburu, kan!?"

"Ya, Aku tahu!"

Arya hanya menanggapi amarah Ageha dengan tenang. Nada tenang miliknya membuat Ageha merasa bahwa akan percuma saja dia marah-marah padanya.

Sementara Arya dan Ageha sedang bercakap-cakap, Meister saat ini sedang mengawasi mereka dengan senyuman lebar di wajahnya.

"Seperti biasanya, pertengkaran kalian memang panas!"

"Kami tidak sedang bertengkar!"

Apa yang dikatakan oleh Ageha memang benar. Mereka memang tidak sedang bertengkar. Ageha hanya sedikit tersinggung dengan perkataan Arya tadi, tapi dirinya tidak benar-benar marah padanya.

"Jadi Arya, apa yang diberikan oleh wanita itu padamu?"

"Meski Aku belum membukanya, tapi seperti yang kau bisa lihat pada kantongnya, ini adalah kue!"

Arya menyerahkan kantong kue itu pada Ageha.

"Aku kenal dengan logo pada kantong ini... ini adalah toko kue yang berada di dalam mal yang di sana itu, kan? Aku tidak menyangka dia mau memberikan sekantong penuh kue itu padamu... memangnya apa yang kau lakukan sampai dia mau memberimu kue ini?"

Ageha langsung melihat isi kantong kue yang diberikan Arya kepadanya. Di dalam sana ada berbagai macam aneka kue yang berbeda-beda jenisnya. Ageha tidak menyangka bahwa ada orang yang mau memberikan kue-kue itu secara percuma pada orang asing.

Meister juga mengintip isi kantong itu dari samping dan matanya nampak bersinar-sinar saat melihat isi kantong tersebut.

"Wow! Apakah kau menggodanya sampai dia mau menyerahkan semua harta karun itu?! Dasar playboy, enaknya jadi dirimu!"

"Aku hanya membantunya membawakan barang belanjaannya yang sangat banyak!"

Arya mengabaikan perkataan Meister dan hanya menjawab pertanyaan Ageha.

"Hmm... sepertinya kau bertemu dengan anak orang kaya, ya... enaknya jadi dirimu! Kalau Aku jadi kau, Aku pasti akan langsung melamarnya dan menjadi kaya dalam sekejap!"

Arya kembali mengabaikan perkataan Meister.

"Ageha, Aku ingin kau membagikan kue-kue itu pada Qita, kau bisa mengambilnya jika kau ingin... kalau bisa kau sisakan juga untuk Roy... kurasa dia akan suka dengan kue itu!"

"Nah, Arya! Bagaimana dengan Aku?! Apakah kau tidak ingin membagikannya denganku?"

"Aku mengerti, tapi bagaimana denganmu? Apakah kau tidak ingin memakannya juga?"

"Nah, Ageha! Apakah kau tidak ingin membagikan satu potongpun padaku?"

"Tidak perlu! Kau bisa mengambil semuanya, jika memang ada sisanya!"

"Bagaimana jika sisanya itu untukku saja!"

Baik Arya ataupun Ageha sama-sama mengabaikan Meister yang sedari tadi ingin meminta bagiannya. Hal itu tentu saja membuatnya merasa tersinggung dan sedih. Anak muda jaman sekarang memang sangat kejam.

"Hal itu tidak bisa dilakukan! Dia memberikannya padamu, jadi kau juga harus memakannya! Jika kau bertemu kembali dengannya, lalu dia menanyakan rasa kue itu, apa yang akan kau katakan untuk menjawabnya?"

Ageha menggelengkan kepalanya, sebelum mengatakan hal tersebut. Arya sedikit menggaruk bagian belakang kepalanya saat mendengarnya.

Arya tidak yakin akan bertemu lagi dengan wanita itu, tapi seperti yang dikatakan oleh Ageha, dia mungkin akan kesusahan untuk menjawab pertanyaannya, jika dia menanyakan rasa dari kue tersebut.

"Kurasa Aku akan memakan sisa dari kue itu... kau bisa menaruhnya di kulkasmu... Aku akan memakannya saat makan malam nanti!"

"Baiklah, kalau begitu!"

Ageha menutup kembali kantong kue di tangannya, lalu berjalan menuju tangga.

"Ageha, jangan lupa untuk menyisahkan sedikit untuknya!"

Sebelum Ageha sampai di anak tangga pertama, Arya mengatakan hal tersebut sambil menunjuk pada Meister.

"Ya, Aku tahu!"

Ageha membalasnya tanpa berbalik ataupun melihat ke mana Arya menunjuk. Ageha memang sudah memiliki rencana untuk melakukan hal tersebut, meskipun Arya tidak menyuruhnya.

"Ka-kalian berdua..."

Mendengar ucapan mereka, Meister merasa tersentuh, Meskipun mereka nampak tidak peduli dengan Meister, tapi nyatanya mereka memang peduli padanya.

"Oh ya, Arya... apakah kau bisa menemaniku belanja sore nanti!"

Sebelum Ageha menaiki tangga, dia sedikit berbalik, lalu menanyakan hal tersebut pada Arya.

Arya hanya menatapnya dengan pandangan bingung selama beberapa detik. Dia merasa bahwa Ageha tidak akan memerlukan bantuannya membawa barang, karena tidak mungkin dia membeli barang yang banyak dengan gaji kecil yang diterimanya.

Meski begitu, Arya tetap menganggukan kepalanya.

"Tentu..."

Orang yang justru menjadi heboh dengan pertanyaan itu malah Meister yang tidak ditanya sama sekali oleh Ageha.

"Ada apa ini!? Apa kalian akan kencan?! Apakah kalian akan melakukan malam pertama kalian!?"

"Tentu saja tidak!"

Ageha segera membantah perkataan Meister dengan wajah kesal. Jika dia terus bersikap seperti itu, Ageha mungkin akan membatalkan rencananya untuk menyisakan bagian untuknya.

"Ada yang ingin kubicarakan denganmu, jadi lebih baik kau meluangkan waktumu!"

Setelah mengatakan hal tersebut, Ageha segera menaiki tangga menuju ke lantai 3. Meninggalkan dua lelaki yang berbeda jaman untuk saling memandang satu sama lain dengan pandangan yang bertanya-tanya.

"Apa dia akan menyatakan perasaannya padamu?"

Meskipun Arya tahu bahwa kemungkinan itu kecil, tapi Arya hanya mengangkat kedua bahunya sebagai tanda dia tidak tahu.

Setelah itu, Arya memutuskan untuk membantu Cafe. Meskipun seharusnya ini adalah hari liburnya, tapi karena dia tidak memiliki hal yang ingin dia lakukan, maka lebih baik dia menggunakan waktu luang tersebut untuk berkerja. Meski dia tidak akan dibayar sepeserpun

Setelah matahari mulai menunjukan tanda-tanda akan tenggelam, Ageha segera membawa Arya keluar dari Cafe tersebut. Meister dan Roy yang baru pulang dari patroli, hanya dapat melihat mereka pergi dengan pandangan yang penasaran.

Karena Arya akan langsung mengetahui jika mereka membuntuti mereka secara diam-diam, maka mereka memutuskan untuk tetap di dalam Cafe saja, meski harus diakui, mereka benar-benar penasaran apa yang akan mereka berdua lakukan.

Meister bisa menginterogasi mereka saat mereka pulang nanti, jadi dia akan membiarkan mereka untuk saat ini. Lebih baik dia mencatat semua pertanyaan untuk dia tanyakan pada mereka nanti.

Ageha membawa Arya berjalan cukup jauh dari Cafe. Arya yang penasaran dengan tempat tujuan Ageha memutuskan untuk tidak menanyakannya, karena dia yakin bahwa Ageha tidak akan mau mengatakannya padanya.

Ageha lalu berjalan ke gedung tua yang sudah tidak digunakan lagi. Arya bertanya-tanya apa yang sebenarnya ingin dia lakukan di tempat mengerikan seperti ini. Tempat ini jelas bukan tempat yang bagus untuk berkencan.

Meski banyak pertanyaan di kepalanya, Arya tetap diam dan mengikutinya dari belakang. Ageha melihat ke arah Arya yang berjalan di belakangnya, lalu memberikan sedikit senyuman, sebelum akhirnya melompat ke lantai atas.

Pandangan Arya mengikuti kemana Ageha pergi. Meskipun gedung itu sudah tua dan banyak dindingnya yang sudah rubuh, tapi gedung itu tetap memiliki kerangka dan tiang yang sangat kuat. Jadi dengan tubuh kecilnya, Ageha bisa dengan mudah mencapai lantai atas. Belum lagi dia juga dibantu dengan kekuatan anginnya.

Arya segera mengikutinya, sebelum Ageha pergi meninggalkannya terlalu jauh. Meskipun Arya tidak merubah tubuhnya menjadi serigala, tapi jika hanya untuk melompat ke lantai dua, dia masih bisa melakukannya dengan mudah.

Arya meraih kerangka besi dari gedung tua itu, lalu mengangkat tubuhnya hingga dia berdiri di atas kerangka tersebut. Dia terus melakukan gerakan tersebut sampai dia dapat menyusul Ageha yang sudah berada cukup jauh darinya.

"Apa yang sebetulnya ingin kau lakukan di sini?"

Setelah sampai di lantai paling atas dengan melompat ke sana-sini, akhirnya Arya memutuskan untuk menanyakan hal tersebut pada Ageha.

"Aku sebetulnya ingin membuat pengakuan padamu?"

Ageha mengatakan itu sambil melihat ke arah matahari yang akan terbenam. Pandangan Arya juga ikut melihat ke arah sama.

"Hei, Arya... apakah kau sadar bahwa diriku sangat cepat kelelahan saat Aku menggunakan kekuatanku?"

"Ya... Aku tahu."

"Apa kau tahu alasannya?"

Itu karena kekuatanmu membutuhkan banyak stamina. Sepertinya bukan itu yang menjadi jawaban dari pertanyaan Ageha. Jawaban itu terasa terlalu mudah untuk menjadi jawaban atas pertanyaannya.

Pada akhirnya Arya menggelengkan kepalanya, dia tidak bisa memikirkan satupun jawaban yang mungkin adalah jawaban yang tepat.

"Aku tidak tahu!"

Ageha membuat wajah sedih sambil mengalihkan pandangannya ke arah Arya berada, sebelum akhirnya dia memberikan jawabannya pada Arya.

"Itu karena Aku hanya setengah!"

Arya melebarkan matanya. Dia menatap lekat-lekat wajah Ageha untuk mencari tahu apakah dia serius atau tidak, tapi dirinya tidak menemukan adanya tanda-tanda bahwa Ageha sedang bercanda. Dia hanya memandang Arya dengan tatapan lembut yang tersimpan kesedihan di dalamnya.

"A-apa maksudmu?"

Karena dirinya tidak bisa percaya dengan apa yang dikatakan oleh Ageha, Arya menanyakan maksud sebenarnya dari ucapannya.

"Seperti yang kukatakan, Aku adalah manusia setengah peri!"

Ageha menjawab pertanyaan Arya dengan suara yang terdengar lebih jelas dari pada sebelumnya untuk memastikan bahwa Arya memang dapat mendengar jawabannya dengan jelas.

Setelah itu, Ageha menceritakan masa lalu kelamnya yang belum pernah dia ceritakan pada Arya.