webnovel

Daging

Arya dan Rio segera keluar dari mobil, setelah Rio memakirkan mobilnya di sebuah restoran. Arya melihat sekeliling restoran. Tidak ada mobil yang terparkir pada halaman parkir, selain mobil Rio. Mungkin ini, karena mereka tiba di restoran setelah jam makan siang selesai.

Arya mengeluarkan nafas lega saat mengetahui bahwa tidak akan ada banyak orang yang berada di dalam restoran. Arya ingin sebisa mungkin berada di tempat yang ramai dengan keadaan tubuhnya yang baru, karena dia tidak yakin apa yang akan terjadi nantinya, jika dia dikurumuni oleh orang-orang. Mungkin saja dia akan lepas kendali.

"Meskipun ini adalah resto kecil, tapi daging di tempat ini cukup enak... Ayo masuk!"

"Ya.. Aku mengerti."

Arya juga mengenal restoran ini, meski dirinya tidak pernah masuk. Tempat ini cukup terkenal dengan harga hidangannya yang murah. Meskipun tadi Rio mengatakan bahwa mereka akan mencari daging yang paling mahal, tapi pada akhirnya si Rio itu lebih mendengarkan permintaan Arya untuk memilih tempat yang murah. Mungkin dia tahu bahwa Arya tidak akan nyaman, jika mereka berada di tempat mewah dengan harga setiap hidangan yang selangit.

Rio berjalan di depan dan mendahului Arya memasuki restoran tersebut, sedangkan Arya hanya mengikutinya di belakang tanpa mengatakan apapun.

Setelah memasuk restoran itu, Arya langsung dapat mencium bau daging yang berasal dari dapur restoran. Arya tidak tahu apakah itu karena bau daging di restoran ini yang memang memiliki bau yang sangat kuat atau itu karena penciuman Arya yang semakin menajam, tapi yang jelas bau itu telah membuat perut Arya berbunyi.

'Kruuuuk'

"Oh, sepertinya Aku mendengar bunyi perut seseorang..."

Rio tak ketinggalan untuk menunjukan senyum menghinanya saat mendengar suara perut Arya yang kencang. Sepertinya suasanan canggung mereka sudah hilang saat mereka tiba di restoran ini.

"Itu karena Aku belum makan!"

Maksud Arya adalah dia belum makan dari pagi, karena telah memuntahkan semua isi perutnya sebelum berangkat ke kampus, tapi Rio justru menganggap Arya hanya belum makan siang, makanya dia masih menyeringai saat mendengar jawaban dari Arya.

"Tak usah malu... siapapun pasti bisa merasakan lapar."

"kurasa kau benar..."

Rio memimpin Arya untuk duduk di kursi yang berada di paling pojok ruaangan yang dekat dengan meja kasir. Seorang pelayan datang, tak lama setelah Rio dan Arya duduk di salah satu meja, sambil membawa dua gelas kecil air putih untuk mereka.

Arya langsung memindai menu untuk mencari menu daging yang paling murah. Rio yang sudah menduga Arya akan memesan menu yang paling murah, segera mendahului Arya untuk memesan.

"Kami pesan dua steak sapi spesial kalian dengan ukuran yang paling besar!"

Arya memberikan pelototan pada Rio yang telah memesan makanan mereka tanpa persetujuan Arya sebelumnya.

"Lalu untuk minumannya?"

"Dua gelas jus jer-"

"Air putih!"

Sebelum Rio dapat menyelesaikan pesanan minuman mereka, Arya segera memotongnya. Kali ini Arya memesan Air putih bukan karena dirinya sedang tidak ingin meminum apapun yang mengandung buah atau sayur, entah mengapa dia tidak ingin merasakan rasa manis dari buah-buahan ataupun sayuran.

"Arya, kau tidak perlu sungkan!"

"Aku tidak sedang ingin minum apapun selain air putih, jadi tolong bawakan segelas besar air putih!"

Air putih yang dibawa oleh pelayan itu hanya berukuran segelas kecil, tidak cukup untuk menghilangkan rasa haus setelah makan.

"Kalau begitu, 1 gelas besar air putih dan 2 gelas jus jeruk!"

Setelah menuliskan pesanan dari Arya dan Rio, pelayan itu segera pergi meninggalkan meja mereka. Arya menghabiskan air yang berada di gelas yang tadi diberikan oleh si pelayan, sedangkan Rio mulai sibuk bermain dengan smartphone-nya.

Sejak masuk ke restoran ini, Arya terus terganggu oleh bau daging yang terus tercium dari arah dapur. Sejujurnya Arya cukup tersiksa dengan aroma yang dihasilkan dari daging yang sedang dimasak, jadi dia mulai mengalihkan perhatiannya dengan bermain game di smartphone-nya, meski sayangnya itu tidak begitu membantu, karena sekarang dia bisa mendengar suara daging yang bersentuhan dengan minyak yang panas. Arya tidak pernah tahu memiliki indra yang sangat tajam akan sangat mengganggu kehidupannya.

"Ada apa, Arya? Sedari tadi nafasmu nampak tidak teratur?"

Arya baru sadar bahwa dari tadi hidungnya terus kembang-kempis saat Rio menyebutkannya. Sepertinya secara tidak sengaja Arya terus mencoba untuk mencium aroma yang keluar dari daging yang sedang dimasak. Sepertinya tubuh Arya sudah tidak sabar untuk melahap hidangan daging yang tadi dipesan Rio.

"Aku hanya merasa bahwa daging yang sedang dimasak itu memiliki aroma yang sangat enak."

"Hmm? Kau bisa mencium aromanya dari sini?"

Rio mencoba untuk mencium aroma dari daging yang saat ini berada di dapur, tapi hidungnya hanya bisa menangkap samar-samar aroma dari bumbu yang digunakan oleh si koki, jadi dia tidak begitu yakin kalau itu adalah bau daging yang dimaksud oleh Arya.

"Jika kau terus mencoba menciumnya, kurasa kau akan bisa menghirup sedikit aromanya..."

Arya hanya menanggapi Rio dengan jawaban yang setengah hati. Semua indra yang dimiliki oleh Arya sudah sangat meningkat, jadi mungkin memang mustahil bagi manusia normal untuk mencium aroma dari daging yang berada di balik pintu dapur yang tertutup rata.

Tak butuh waktu lama bagi pesanan Arya dan Rio untuk jadi dan diantarkan ke meja mereka. Arya benar-benar tidak tahan dengan daging yang saat ini telah tersaji di hadapannya. Air liur sudah menumpuk di dalam mulut Arya. Hidungnya juga sudah sangat tersiksa dengan aroma dari bumbu yang disajikan bersama dengan daging steak medium rare pesanan mereka.

Arya tanpa banyak membuang waktu langsung menyantap daging di hadapannya, dia bahkan tidak repot-repot memotong kecil-kecl daging steaknya dan langsung melahapnya begitu saja. Hal itu tidak dilakukan oleh Arya secara sadar. Seakan ada yang menggerakan tubuhnya, dia langsung menghabiskan daging itu dalam hitungan detik.

"Wow, Arya... Aku tidak tahu bahwa kau sangat lapar... Aku tahu kalau kau tidak pernah makan steak sebelumnya, tapi seharusnya kau tahu bahwa bukan begitu cara makan steak."

Rio hanya bisa menatap takjub dengan Arya yang bisa menghabiskan daging yang berukuran cukup besar itu dalam hitungan kurang dari 10 detik. Rio tidak pernah tahu atau mungkin lebih tepatnya berpikir bahwa Arya bisa menjadi orang yang kehilangan kendali dan melahap segala sesuatu di hadapannya.

Arya merasa sangat malu saat menyadari bahwa sikapnya tadi benar-benar tidak sedap dipandang. Dia tidak bisa mengendalikan diri saat berhadapan dengan daging. Ini adalah pertama kalinya hal seperti itu terjadi pada dirinya.

Meski dirinya seharusnya sudah puas dengan daging yang sudah masuk ke dalam perutnya, tapi Arya tetap tidak bisa melepaskan pandangannya pada steak yang ada di hadapan Rio. Dia entah kenapa masih merasa sangat lapar, meskipun perutnya sudah terisi steak yang berukuran besar. Dia masih ingin melahap daging yang lebih besar lagi.

Rio yang menyadari tatapan Arya, segera memajukan piring yang berisi steaknya ke arah Arya, seakan menyuruh Arya untuk menghabiskan jatah makanannya.

"Jika kau mau, kau bisa memakan punyaku juga!"

Arya sebetulnya ingin menolak tawaran Rio, tapi sayangnya tubuhnya sudah tidak bisa dia kendalikan lagi. Dia dengan cepat memakan semua daging yang berada di piring tersebut, sementara Rio hanya memperhatikannya sambil meminum jus jeruk pesanannya.

Selama melihat Arya makan, Rio menyadari satu hal aneh lainnya dari cara makan Arya saat ini. Dia sama sekali tidak menyetuh kentang dan sayuran yang disajikan bersama steak, dia hanya memakan dagingnya. Meski sebelumnya Arya sudah mengatakan bahwa dia hanya ingin makan daging tanpa campuran apapun, tapi Rio terkejut saat melihat seorang Arya Louis menyisakan makanan di piringnya.

Rio sudah lama mengenal Arya, jadi dia tahu kebiasaan makan Arya yang tidak pernah menyisahkan apapun di piring yang bisa dimakan. Ini adalah kebiasaan Arya yang memang selalu menghargai setiap makanan yang disajikan padanya. Jadi menyisahkan sebutir nasi bukanlah sebuah opsi bagi Arya.

Meski Rio menyadari hal tersebut, tapi dia tetap tidak mengatakan apapun. Dia hanya menatap dengan tenang ke arah Arya yang sudah menyelesaikan daging keduanya dan menaruh garpu dan pisau yang dia gunakan.

"Kau tahu... jika kau bisa makan secepat itu, kau bisa ikut lomba makan dan menjurai setiap lomba yang kau ikuti... dengan begitu, kurasa kau tidak perlu lagi khawatir tentang biaya makan dan keperluanmu yang lain."

Meski Rio hanya mengatakan itu dengan setengah bercanda, tapi Arya tetap tidak suka dengan apa yang dia katakan lagi. Jika tubuhnya masih tubuh manusia biasa, mungkin dia bisa memikirkan saran Rio dengan serius, tapi saat ini dia memiliki tubuh super yang bisa melahap segala sesuatu yang terbuat dari daging dengan sangat cepat, jadi dia akan merasa berbuat curang, jika dia menggunakan kemampuan tubuhnya saat ini untuk mencapai sesuatu.

"Aku menghargai saranmu, tapi tidak!"

Rio yang sudah tahu Arya akan menolak sarannya tadi, hanya bisa tersenyum. Dia mengatakan itu hanya untuk bercanda dan menyindir cara makannya, tapi melihat Arya sempat terdiam sebelum memberikan jawabannya, Rio jadi tahu apa yang sedang dipikirkan Arya tadi. Dia pasti menimbang-nimbang dulu sarannya, sebelum menolaknya.

"Aku mengatakan itu hanya untuk bercanda, jadi kau tidak perlu terlalu memikirkannya... lebih penting lagi, apakah kau ingin nambah?"

Rio menyadari bahwa Arya masih terlihat sangat makan, bahkan tanpa disadari oleh orangnya sendiri, Arya terus menatap ke arah piring yang sudah kosong di hadapannya.

Arya biasanya akan langsung menolak tawaran dari Rio, karena bagaimanapun dia telah memakan dua porsi steak berukuran besar. Orang biasanya tidak akan berpikir untuk nambah setelah ditraktir makan dua porsi oleh seseorang, karena dia akan terlihat seperti orang yang tak tahu malu, jika menerima tawaran tersebut. Akan tetapi, Arya saat ini sangatlah lapar. Dia tidak bisa membohongi dirinya lagi, dia masih ingin makan.

Arya dengan malu menganggukan kepalanya, sementara Rio hanya tersenyum senang, sebelum dirinya memanggil pelayan untuk menambah pesanan mereka. Sekali lagi, dia memesan menu yang sama dengan sebelumnya, tapi kali ini 3 porsi, dua untuk Arya dan satu untuknya. Karena dia juga belum makan, jadi wajar jika dia juga ingin makan di sini, sebelum Arya mengambil jatahnya lagi.

Sebetulnya saat melihat Arya makan tadi, Rio menyadari hal aneh lainnya yang tidak bisa dia katakan dengan pasti. Meskipun hanya sekejap, tapi dia merasa bahwa mata dari Arya telah berubah seperti mata seekor serigala. Mungkin itu hanya imajinasinya. Jadi Rio hanya akan berpura-pura tidak melihatnya dan tersenyum seperti biasa.

Ya, dia hanya akan bersikap seperti teman yang senang saat melihat temannya makan daging yang disajikan di depan matanya dengan sangat lahap.