webnovel

Dunia Kita Berbeda

Perkenalkan.... Nama ku Rendy Wijawa Kusuma. Lahir pada tanggal, 29 Mei 2004. Usia ku baru saja 17 tahun, masih SMA, memiliki jiwa labil, dan sifat kekanak kanak kan. Semua orang mengatakan aku sama saja dengan anak berusia 10 tahun. Aku juara satu di sekolah mulai dari SD sampai SMP. Tapi semua guru menyadari bahwa aku berbeda, saat usia ku tiba tiba saja menginjak 13 tahun. Aku tampak sangat berbeda. Aku kira beda adalah suatu kelebihan. Tapi ini kekuarangan bagi ku. Namun.... Bisakah seseorang yang sangat berbeda seperti ku? Dapat mencintai? Apakah aku bisa melakukan pertemanan? Apa aku boleh menggapai sesuatu yang ku ingin kan? "Kenapa kau seperti itu hah?!" Bentak nya. "Ka--karena... Dunia Kita Berbeda." Ucap Rendy dengan meremas remas jemari nya hingga kulit nya mengelupas. Diam sejenak, udara di sekitar nya jadi dingin dan napas nya tidak terkendali. Dunia Kita Berbeda. Kata kata itu sungguh menyayat hati nya.

Laurens_Fan7 · Fantasy
Not enough ratings
391 Chs

31. Kita Adalah Teman Teman Nya

Disaat persidangan telah berkahir dan ketok palu juga sudah terjadi, akhirnya sidang itu selesai dan Dahlia terlihat sedang di marahi oleh Ayah nya karena sudah membuat nama baik mereka jadi tercoreng karena dirinya ini.

Clara mengatakan jika dia akan segera pergi kerja sebentar lagi dan mau tidak mau dia harus meninggalkan Randy nantinya. Dan tak berselang lama setelah itu, tiba tiba saja ayah nya Randy mendekat ke arah mereka berdua, namanya adalah Wijaya Fery, biasanya di panggil Jaya Ataupun Fery. Namun sebutan 'om' adalah sebutan yang menurut nya sangat simple dan praktis untuk di pakai dan di terapkan dalam kehidupan sehari hari.

"Halo Om. Nama saya---"

"Saya sudah tau kok. Kamu Rio dan kamu Clara kan? Kalian... Teman teman Randy?" Tanya Pak Fery dengan menatap mereka dengan tatapan aneh.

Lalu dia menatap dari bawah ke atas astaga, luar biasa sekali ayah nya Randy. Tinggi dan berwibawa, pantas saja Randy terlahir tampan, itu semua karena kharisma yang dimiliki oleh Ayah nya. Benar benar tampan sekali, berbeda dengan ayah Clara dan Rio yang sudah seperti apa saja di rumah.

"Kalian beneran teman nya? Maksud ku... Siapa lagi selain kalian?" Tanya Ayah nya dengan memberikan semacam tiket atau kartu nama.

"Ada. Namanya Ferdi. Dia sekarang ada di rumah sakit, menunggu Randy, sekalian menjaga nya. Dia anak kelas 11." Kata Rio dengan mengatakan nya secara lengkap pada Ayah nya Randy.

"Oh, ya? Baiklah ayo kita pergi ke rumah sakit lebih dulu. Kalian... Naiklah taksi sana, atau apa---"

"Tidak apa apa Pak. Kita busa naik Angkot kok. Ongkos nya juga cuma 10 ribu untuk kita berdua." Ucap Rio dengan mengembalikan uang yang di berikan oleh Pak Fery.

"Tidak apa apa, saya ikhlas memberi..."

Rio menggeleng dengan menolak nya sekali lagi. ini sangatlah membuat nya jadi takut dan lagi lagi Clara hanya diam saja, iri rasanya punya ayah yang seperti ini. Dia perhatian dan banyak sekali memberi bantuan, dan satu lagi dia ringan tangan alias suka memberi.

Yang paling di senangi oleh semua orang dengan ayah ayah seperti ini adalah uang nya, mereka akan dengan mudah sekali mengeluarkan uang, seolah olah sudah kehabisan akal untuk bagaimana fara menghabiskan uang.

"Rio, kamu tidak malu tadi?" Tanya Clara dengan menatap pria yang ada di samping nya ini. Dia juga tampak sedikit gugup saat dengan Pak Fery, rasanya berbeda sekali. Atmosfer itu rasanya langsung menghilang dan mereka seolah berjalan di bumi tanpa ada nya gaya gravitasi.

Ini adalah fantastis sekali. Mereka pertama kalinya berjabat tangan dengan seseorang yang sangat di hargai bahkan oleh Pak Jokowi Dodo. Dia juga merupakan seorang penyumbang nomor 1 yang menyumbang kan banyak sekali bantuan pada korban bencana alam di dunia ini.

"Iya tentu saja aku deg deg an. Apalagi dompet ku. Seolah meronta ronta ingin diisi. Hahahaha..." Mereka tertawa dengan masuk ke dalam angkutan umum yang sangat sepi sekali. Hanya tiga orang di dalam nya. Dua orang duduk di kursi depan, dan sisa nya di belakang.

Clara dan Rio menatap atap angkutan umum ini, lalu mereka tertawa terbahak bahak entah karena apartemen sangat satu server dalam meledek orang.

Lihatlah sopir angkot itu botak dan rambutnya tipis sekali. Hanya ada beberapa yang hinggap di kepala nya, dan inilah alasan kenapa semua penumpang nya menggunakan masker untuk menahan dan menyembunyikan rasa malunya dan rasa ingin tertawa.

~~***~~

Rumah sakit legang sejenak, di sisi kanan Randy, Ferdi sedang bermain game dan mengeluh karena terus terusan kalah Rank hingga dia mengalami losetreak. Pusing rasanya bermain game terus akhirnya Ferdi ketiduran di sisinya Randy. Dan Randy menatap teman nya itu dengan gemas sekali.

"Uh... Kamu lelah sekali Fer? Ada apel di sana ambil dan makanlah..." Kata Randy yang tau betul jika teman nya ini belum makan sejak tadi.

"Benar Randy?! Baiklah! Aku akan memakan nya sesuai apa yang kau inginkan!" Kata Ferdi.

Dia membuka parselan nya dan memakan serta mengunyah nya dengan baik. Lihatlah tatapan Randy tidak bisa mengalihkan pandangan nya dari teman nya itu. Mungkin ini adalah pertama kali bagi nya mendapatkan teman yang selalu ada untuk nya, di samping nya, dan mendukung nya.

Tanpa membeda bedakan apakah dia normal ataupun tidak normal.

"Hey apakah kamu ada disini untuk makan makanan itu?!" Tanya Rio yang tiba tiba saja muncul dan membuat kaget Ferdi yang lagi asyik memakan makanan nya itu.

Lalu Ferdi dengan cepat nya menggelengkan kepala nya, tentu saja dia tidak ingin merasakan hal itu, enak saja! Bisa bisanya Ferdi hanya tertawa kecil saja dan tersenyum lebar tanpa merasakan yang namanya rasa bersalah sama sekali.

"Kamu tidak menjaga nya dengan baik kan?! Ngaku aja deh! Hayo kamu buat Randy ngapain sampai dia ngasih makanan ke kamu? Hayo ngaku!" Kata Clara dengan mengancam Ferdi dengan hal aneh aneh.

"Eh santai... Slow... Bang Randy sendiri kok yang nyuruh aku untuk makan buah buahan nya, iyakan Randy?" Tanya Ferdi dengan meminta keterangan pada Randy.

Untung nya Randy mengangguk, karena biasanya Randy akan terus menggeleng meski sudah jelas jelas dialah yang mengatakan nya, namun dia sering kali tidak ingin mengaku. Clara yang ada susana sedikit merasakan gerah hingga dia melepaskan jaket lusuh nya itu dan duduk di sofa ruangan rawat inap itu.

"Halo, selamat siang semua nya..." Ucap Pak Fery yang tiba tiba saja masuk ke dalam ruangan ini.

"Eh selamat siang juga Pak Jaya..." Kata Ferdi dengan ramah sekali. Dia menyebut ayah nya Randy dengan nama aslinya, pak Wijaya.

"Mmm... Baiklah kalian lanjutkan makan makan nya, Mm... Rio, bisa ikut dengan ku? Ada yang ingin ku katakan sedikit pada mu." Kata Pak Ferry dengan tersenyum lebar ke arah Rio.

"Eh, saya pak? Baik baik pak..."

Rio langsung mengikuti langkah kemana pak Fery pergi. Astaga ini membuat nya deg deg an saja, bau uang ada dimana mana namun entah kenapa bukan nya dia senang rasanya ingin kabur saja.

Mereka pergi menuju kantin rumah sakit. Di sana Pak Fery memesan dua es susu milo.

"Susu apa ini? Apakah ini enak? Kenapa harga nya murah sekali?" Tanya Pak Fery yang merasa heran sekali.

"Mmm itu semacam susu coklat yang katanya membuat tubuh kita akan tinggi. Hahahaha... Masa orang sekaya Pak Fery ga pernah mencoba minuman ini sih pak?" Kata Rio dengan tertawa lebar.