webnovel

Dua Puluh Tiga Rasa

Melalui pertaruhan rasa, kita lanjutkan dengan parade patah hati untuk merayakan hari patah hati yang di akhiri dengan parade jatuh hati

damarantri · Urban
Not enough ratings
4 Chs

#PertaruhanRasa2

Dua Bait Puisi

Aku mencintaimu

Sederhana : seperti

Api yang memeluk kayu

Hingga menjadi abu

Aku mencintaimu

Sederhana : seperti

Air yang disatukan

Dalam sebuah tempat

Yang dinamakan laut

Suara motor vespa tua berhenti disebuah rumah yang memiliki cat warna coklat dan abu - abu muda.

Gadis itu turun dari motor dan hanya mengucapkan terima kasih pada yang mengantarkannya tanpa mengajaknya masuk ke dalam untuk secangkir teh hijau kesukaannya.

"Terima kasih ya, dip. Buat yang tadi." Ah menyebalkan sekali! Bahkan dia menjawab saja tidak! Ah sial sekali kamu hari ini.

"Dek, lu kenapa sih daritadi senyam senyum?" Rahajeng Rahina Saraswati. Iya, dia adalah kakak dari putra surya yang bernama Pradipta Nareswara.

"Ah! Gapapa kak. Hahaha, lagi seneng aja gua," Bahkan sampai sekarang dipta masih memikirkan bagaimana caranya agar si lintang menjadi miliknya.

"Seneng kenapa hmm? Abis ketemu si lintang? Atau liat lintang nangis lagi cuma gara - gara puisi yang lu bacain?" Ah sial! Kakak nya benar - benar menebak dengan sangat tepat.

"Lu kalau nebak pasti bener kenapa sih kak?" Dipta benar - benar menjawab dengan enteng tanpa rasa beban.

"Cerita dong sama gue kenapa hahahaha," kakak dipta benar - benar sudah penasaran ya sama apa yang dilakuin adiknya.

"Ya seperti biasa lah kak, gue nampilin puisi nya idola gue, Pak Sapardi. Gue pilih satu puisi paling romantis yang dibuat oleh Pak Sapardi. Ya, alhasil dia nangis lah hahahaha. Pasti lagi mikirin perasaannya ke gue tuh kak."

"Oh!! Ni pasti lu baca yang judulnya 'Aku Ingin' kan? Jelas lah anjir kalau dia nangis. Elu sih bukannya nembak malah keasikan liat dia cuma bisa memendam perasaannya sama lo, yang udah jelas - jelas lo juga sayang sama dia," sialnya, kakaknya dipta paling bisa banget di ajakin curhat. Ya, mungkin dia sudah terbiasa dicurhatin temennya.

"Ah elah bentar napa, kak. Gue mau nembak dia dihari gue sama dia ultah kok tenang," kali ini dipta benar - benar serius.

"Bener kan, dip? Ga bohong kan lo?" Ck sial! Kakaknya benar - benar tidak memercayainya, padahal dipta selalu percaya dengannya.

"Iya, kak. Gue bakal nembak dia di hari ultah gue sama dia. Gue mau nembak dia di hari yang sangat istimewa."

Di lain tempat, ada yang sedang diam - diam berhenti di rumah Lintang. Terdiam. Yang di lakukannya hanya diam memperhatikan sebuah bilik dengan Lintang di dalamnya.

republish

30.09.20_damarantri