webnovel

Merasa Kesal

"Ini sungguh sudah pagi? Ahhh ayolah aku belum mau pergi dari sana," kata Eira dan mencoba untuk tidur lagi, tetapi sayangnya dia tidak bisa tidur.

Eira pun merasa kesal, dia pun pergi ke kamar mandi, sesampainya di kamar mandi saat akan mandi Eira teringat akan kejadian di dalam mimpinya, Eira pun mengecek apakah hal itu juga akan sama dengan di dalam mimpi. Tetapi ternyata setelah di cek, tidak ada perubahan apapun, sakit pun juga tidak ada. Hal itu membuat Eira ragu.

"Apa kah ini sungguh memang mimpi, tetapi kenapa kalung dan cincin ini sungguh ada? Sedangkan yang tadi malam tidak ada perubahan dalam diriku? Apa itu tandanya tidak berlaku di dunia nyata?" tanya Eira dalam hati.

"Kalau begitu jika melakukannya di dalam mimpi tidak akan jadi masalah dong," gumamnya lagi dengan pikiran yang kotor.

Setelah selesai mandi Eira turun dari kamarnya dan melihat Yara sudah duduk di meja makan bersama dengan kedua orang tuanya.

"Kau sudah datang Ra?" tanya Eira.

"Lalu ku sudah bangun Ra?" tanya Yara.

"Kalian ini ada-ada saja," kata Ibu.

"Kemarilah Nak, kita sarapan pagi bersama-sama hari ini," sahut Ayah.

Eira pun duduk di samping Yara.

"Apa sudah dari tadi?" tanya Eira.

"Ya, sudah lumayanlah ya, aku juga udah bantuin tante masak," jawab Yara.

"Benarkah? Kenapa tidak naik ke kamarku?" tanya Eira.

"Aku udah naik, kau aku bangunkan belum mau, aku pikir kau masih mengantuk jadi aku biarkan saja deh," jawab Yara.

"Baiklah kalau begitu makan dulu," kata Eira.

Mereka pun makan sarapan bersama.

"Anakku nanti sampai di sana kau harus menemui seseorang ya, jadwalnya sudah aku kasihkan ke Yara," kata Ibu.

"Maksud Ibu?" tanya Eira.

"Kau akan kencan buta Eira," kata Yara.

"Tapi kenapa kalian tidak bicara dulu kepadaku?" tanya Eira.

"Jika aku bicara dulu, apa kamu akan menjawab mau?" tanya Ibu.

"Jelas tidak bukan? maka dari itu Ibu tidak bicara denganmu dulu, Ibu tidak mau kau menolak, kau harus datang dan temui mereka, hanya lima orang saja kok," lanjut Ibu.

"Tidak!" jawab Eira.

"Jika tidak kau akan menikah dengan pilihan Ibu minggu depan," kata Ibu.

"Ibu, Kau…" kata Eira.

"Sudahlah Nak, turuti Ibumu, jika kau menikah tanpa berkenalan dulu kan tidak baik," sahut Ayah.

"Tapi Yah, aku ingin mencari pasanganku sendiri," jawab Eira.

"Eira aku pikir ini lebih baik dari pada harus menikah minggu depan, aku akan sibuk lagi dong mengurus semua masalah kamu," kata Yara.

"Oke oke, tapi jangan paksa aku untuk memilih jika tidak ada yang pas di hati Eira ya Bu," jawab Eira yang akhirnya menurut.

"Baik," jawab Ibu.

"Apa kamu sudah beres-beres yang akan dibawa?" tanya Yara.

"Belum sempat, kemarin aku langsung tidur karena lelah," jawab Eira.

"Baiklah Tante, Om, Yara mau bantu Eira beres-beres dulu di kamarnya," kata Yara.

Ibu dan Ayah pun mengangguk.

Sesampainya di kamar Eira pun marah-marah pada Yara, Yara yang sudah biasa dengan sikap Eira itu pun mendengarkan sambil memasukan keperuluan Eira. Yara sudah mengetahui semua tentang Eira dan dia juga sudah tahu apa saja yang di butuhkan oleh sahabatnya itu.

"Apakah kamu bisa berhenti berbicara?" tanya Yara.

"Tidak! Aku sedang marah sama kamu, kenapa kamu menyetujui untuk menghadiri kencan itu? bagaimana jika kau saja yang datang?" tanya Eira.

"Apa kamu menyuruhku untuk menggantikan kamu seperi yang ada di dalam novel dan drama percintaan itu?" tanya Yara.

"Ya, aku ingin kamu yang melakukannya," jawab Eira.

"Tidak! Aku tidak akan pernah membantumu dalam hal ini, aku tidak mau jika endingnya akan menyakiti hati orang lain," kata Yara menolak.

"Tapi aku juga tidak mau," jawab Eira.

"Karena lelaki hayalanmu?" tanya Yara.

"Ahhh tidak, tapi…" jawab Eira.

"Jika tidak, datang saja ke kencan itu, setidaknya menambah teman," jawab Yara yang sudah tahu jika hati Eira sudah terlanjut memberatkan lelaki hayalannya itu.

"Baiklah, tapi denganmu ya," kata Eira.

"Baik, aku akan ikut dan menunggu mu di mobil," jawab Yara.

"Ishhh…" kata Eira melempar boneka ke Yara.

"Sudah ini apa lagi yang akan kau bawa?" tanya Yara.

"Sudah, aku tidak mau membawa banyak barang," jawab Eira.

Setelah selesai mereka membawa barang-barang Eira ke dalam mobil. Mereka berdua pun berpamitan dengan Ibu dan Ayah Eira.

"Kami pergi dulu ya Tante, om," kata Yara.

"Kalian berhati-hati ya, jangan lupa oleh-olehnya," jawab Ibu.

"Mau oleh-oeh apa tante?" tanya Yara.

"Kabar tentang kencan putriku," jawab Ibu berbisik.

"Ahhh kalau itu Tante tenang saja, aku akan mengurusnya dengan baik," jawab Yara.

Ibu pun mengangguk.

"Kamu berangkat Bu," kata Eira.

Ibu dan Ayah mengecup kening Eira dan mereka pun berangkat.

"Kamu sudah memesan tiket?" tanya Eira.

"Sudah untuk penerbangan besok," jawab Yara.

"Besok?" tanya Eira.

"Ya," jawab Yara.

"Kenapa besok? Lalu hari ini kemana?" tanya Eira.

"Hari ini kita tidak terbang," jawab Yara.

"Iya kenapa?" tanya Eira.

"Kita ke puncak dulu ya," kata Yara.

"Baiklah," jawab Eira dan tidak bertanya lagi.

Setengah perjalanan pun berlalu Eira merasa haus.

"Apa kau bawa air Ra?" tanya Eira.

"Tidak, apa kau haus?" tanya Yara.

"Ya, aku sangat haus," jawab Eira.

"Kalau begitu kita turun dulu cari supermarket dan membeli minum," kata Yara.

Mereka pun berhenti di depan supermarket.

"Kau di dalam mobil saja, biarkan aku sendiri yang masuk," kata Yara.

"Baik," jawab Eira.

"Ahhhh Yara tolong belikan aku es krim juga ya sama camilan," kata Eira.

"Baiklah," jawab Yara dan turun membeli apa yang di butuhkan Eira.

Setelah semua makanan dan minuman kesukaan Eira terbeli, Yara langsung kembali ke dalam mobil.

"Ngomong-ngomong kenapa kamu tidak membawa sopir saja Yara?" tanya Eira.

"Tidak, aku ingin pergi berdua saja denganmu," jawab Yara.

"Lalu mana es krim ku?" tanya Eira.

"Ini," jawab Yara memberikan es krim yang sudah di belinya.

"Terimakasih Yara," kata Eira.

Yara pun mengangguk dan melanjutkan perjalanannya. Eira asyik dengan es krimnya. Mereka pun sampai di puncak tepat pukul lima sore. Eira dan Yara pun masuk dan mandi lalu istirahat.

"Kita tidak makan malam?" tanya Eira.

"Tidak, nanti saja makannya," jawab Yara.

"Keluar?" Tanya Eira.

"Ya, kau hanya perlu dandan cantik," jawab Yara.

"Baiklah," jawab Eira.

Eira terlalu bersemangat untuk makan malam bersama dengan Yara, dia bergegas naik dan berdandan.

"Eira kau pakai gaun ini ya!" kata Yara berteriak.

"Baik, tapi apa kita mau ke restoran bagus?" tanya Eira.

"Tentu saja, kamu tenang saja di sana makanannya enak dan tidak akan membuat mu bosan," kata Yara.

"Oke," jawab Eira.

Setelah selesai berdandan Yara sudah menunggu Eira di ruang tamu.

"Kau sudah menunggu lama?" tanya Eira.

"Ya, lumayan," jawab Yara.

"Baiklah ayo," kata Eira.

"Kau sangat cantik hari ini, sempurna!" kata Yara.

"Terimakasih," jawab Eira.

"Kamu memang tidak pernah mengecewakan," kata Yara.

"Benarkah? Kemarin yang marah karena kecewa siapa ya?" tanya Eira.

"Sudah jangan di bahas, kita pergi sekarang saja," kata Yara.

Mereka pun naik ke mobil dan berangkat ke restoran bintang tujuh.