Sesampainya di restgoran, mereka berdua masuk dan duduk di meja yang sudah di pesan oleh Yara. Mereka berbincang-bincang beberapa menit hingga makanan datang. Selepas makanan datang Yara berpamitan untuk pergi ke kamar mandi.
"Eira, aku mau ke kamar mandi dulu ya, kamu duduk manis di sini sebentar, aku akan segera kembali," kata Yara.
"Baiklah, cepat kembali ya," jawab Eira.
Yara pun mengangguk dan pergi meninggalkan Eira.
Setelah sepuluh menit Eira tersadar akan sesuatu hal yang aneh di sini.
"Sebentar Yara kenapa belum juga kembali, apa dia sakit perut? Atau jangan-jangan…--" kata Eira yang tiba-tiba mendengar suara lelaki memanggilnya.
"Halo, selamat malam, apa kah kamu Eira?" tanya seorang lelaki itu.
"Iya, maaf anda siapa ya?" tanya Eira.
"Saya Dion yang janji kencan buta denganmu," jawab Dion.
"Apa?" Eira pun terkejut.
"Ya, kau sangat cantik sekali," kata Dion.
"Terimakasih," jawab Eira.
"Dasar Yara kurang ajar, dia memang sungguh menyebalkan," kata Eira dalam hati.
"Kalau begitu silahkan duduk Eira," kata Dion.
Eira mengangguk dan duduk.
"Aku dengar banyak dari Ibumu, kamu penulis terkenal ya, aku juga pernah baca cerita yang kau tulis," kata Dion.
"Ahhh iya, kau penggemar novel?" tanya Eira.
"Tidak, aku hanya pernah membacanya saja saat bosan," jawab Dion.
"Jadi kau akan baca novel jika bosan saja?" tanya Eira.
"Ya begitulah, karena aku sangat sibuk," jawab Dion.
"Memang pekerjaan kamu apa?" tanya Eira.
"Aku pemilik Restoran ini, masih calon sih tapi sudah di pastikan restoran ini jadi miliku," jawab Dion.
"Ahhh begitu," kata Eira yang kurang suka dengan laki-laki itu.
Ponsel Eira pun berbunyi. Eira membuka pesan itu dari Yara.
[Maaf] isi pesan Yara.
Eira hanya membacanya saja tanpa membalasnya.
[Aku tunggu kamu di mobil, tenang saja aku sudah pesan makanan untukku] lanjut Yara mengirim pesan.
Lagi-lagi hanya di baca oleh Eira.
"Dia marah denganku, tapi bagaimana lagi aku sudah mengatakan ya pada tante," gumam Yara di dalam mobil sambil makan.
"Bagaimana dengan novel barumu?" tanya Dion.
"Novel baru?" tanya Eira.
"Ya, aku dengar kau akan membuat Novel baru," kata Dion.
"Tidak, aku masih belum menyelesaikan Novel yang satu ini, mungkin yang kau dengar itu hanya kabar burung saja," jawab Eira.
"Ahhh mungkin begitu, ya sudah makanlah hari ini aku yang traktir kamu," kata Dion.
"Baik," jawab Eira dan makan dengan lahap, dia tidak akan menyia-nyiakan makanan geratisnya itu apa lagi di restoran ternama.
Setelah kenyang mereka pun berbincang-bicang basa-basi lagi.
"Apa kau mau pergi Shopping Ra?" tanya Dion.
"Tidak tidak, kau tahu sendiri jika aku tidak bisa pergi dengan mudah di kota ini," kata Eira.
"Ahhh iya, kalau begitu apa kamu mau pergi ke mall langgananku saja? Di sana hanya pelanggan VVIP yang bisa masuk, apa kamu mau?" tanya Dion.
"Sebenarnya aku masih ada pekerjaan yang belum aku selesaikan, mungkin lain kali saja bagaimana?" tanya Eira.
"Baiklah, sepertinya kau tidak tertarik denganku," kata Dion.
"Bukan begitu, aku hanya merasa tidak pantas saja bersanding dengan pewaris restoran besar ini, kau bahkan bisa mendapatkan wanita yang lebih dari pada aku," jawab Eira mencoba berbicara sopan dengan Dion.
"Benar, aku tampan dan kaya, wanita cantik yang menginginkan aku masih banyak di luar sana," kata Dion.
"Benar, jika kau ketahuan jalan denganku aku hanya takut tidak ada yang akan mau denganmu nanti," kata Eira.
"Kenapa?" Tanya Dion.
"Ya, mereka pikir kau sudah memiliki pasangan bukan? mereka mau mendekatimu juga akan berpikir terlebih dahulu, bukankah sebaiknya kau memikirkannya lagi?" kata Eira.
"Benar yang kamu katakan, kalau gitu tidak jadi pergi saja," jawab Dion.
Eira pun tersenyum dan mengangguk.
"Ini sudah larut aku akan pulang, terimakasih banyak untuk makan malam hari ini," kata Eira.
"Baik, kalau begitu mari aku antar kau sampai depan," jawab Dion.
"Baiklah," jawab Eira.
Dion pun mengantar Eira ke depan pintu keluar Restoran.
"Terimakasih banyak sudah menemani aku makan Eira, aku akan mengingatnya," kata Dion.
"Baiklah aku juga berterimakasih sudah di tlaktir makan malam, kalau begitu sampai jumpa kembali di lain waktu dalam status yang berbeda," kata Eira.
"Baik, mulai sekarang kita jadi teman ya," kata Dion.
Eira mengangguk dan naik ke mobil, Dion melambaikan tangannya dan Eira pun membalasnya dengan meambaikan tangannya juga.
"Bagaimana apa berjalan dengan lancar?" tanya Yara.
Eira hanya diam saja.
"Ayolah, aku hanya menjalankan tugasku, kau jangan marah denganku," kata Yara.
"Aku kesal, jangan bicara denganku!" jawab Eira.
"Maafkan aku, aku sudah minta maaf padamu, kalau begitu apa yang harus aku lakukan biar kamu tidak marah lagi denganku?" tanya Yara.
Eira diam saja.
"Apa kamu mau makan Ttoeppokki?" tanya Yara.
"Apa kamu gila? Aku habis makan malam," jawab Eira.
"Apa kamu mau es krim?" tanya Yara.
"Biar apa? Gendut?" tanya Eira.
"Lalu apa yang bisa aku lakukan?" tanya Yara.
"Gampang saja, kau tinggal bilang padaku jika lain kali ada kencan buta," kata Eira.
"Baik," jawab Yara.
Eira pun menatap Yara.
"Aku janji padamu Eira, aku akan bicara dulu denganmu, aku tidak akan melakukan hal seperti ini lagi," kata Yara.
"Bagus," jawab Eira.
"Lalu tadi bagaimana perkembangannya?" tanya Yara.
"Biasa saja, endingnya kami hanya berteman saja," jawab Eira.
"Hah! Apa kamu tidak tertarik dengannya?" tanya Yara.
"Bagaimana aku mau tertarik jika dia memperlakukan novel hanya saat sedang bosan saja, jika aku berpacaran dengannya nanti hanya ribut terus karena dia akan menemui jika dia merasa bosan," kata Eira.
"Benar juga apa yang kamu katakan Eira, tapi dia pemilik restoran itu loh," kata Yara.
"Baru pewaris, aku tidak yakin dia bisa menjalankan bisnis ayahnya itu," jawab Eira.
"Ahhh baiklah," kata Yara.
Mereka pun kembali ke Vila, sesampainya di Vila mereka pun tidur di kamar masing-masing. Tanpa mandi lagi Eira pun langsung tertidur dengan pakaian tadi.
"Apa dia sangat lelah? Masuk kamar kenapa angsung tertidur pulas?" kata Yara menutup pintu Eira.
"Lebih baik aku biarkan dia tidur, besok kita masih harus terbang ke tempat tujuan kita," gumam Yara.
Yara pun pergi ke dapur sebelum tidur untuk membuat jus, dia merasa haus dan lapar, tetapi Yara tidak berani makan karena hari sudah malam, dia juga memiliki kekhawatiran tentang badannya yang takut gemuk. Setelah membuat jus Yara pun pergi menonton televisi sebentar hingga jus nya habis, setelah jus habis Yara berjalan ke kamarnya untuk tidur.
"Sebaiknya aku juga segera tidur, besok jangan sampai aku terlambat bangun, aku masih harus mengurus kencan Eira sebelum berangkat," gumamnya sambil berjalan.
Saat berjalan di setiap ruangan Yara pun mampir untuk mematikan lampu, setelah semuanya mati Yara pun siap untuk tidur.