webnovel

⭕ 23. Ngidam meresahkan

`Selamat Membaca`

...

Suara kiacuan burung menjadi melodi irama untuk pagi ini. Dua insan tertidur tanpa busana dan hanya dilapisi selimut tebal.

Tak ada yang aneh, sekilas mereka tampak seperti sepasang suami istri yang sangat romantis. Saling memberikan kehangatan dan kenyamanan di bawah selimut yang sama. Namun, semua itu berubah dalam sekejap saat Naya mendorong, ah tidak lebih tepatnya menendang tubuh Aditya hingga terjatuh dari ranjang.

Brak

Aditya spontan mengaduh kesakitan, mengelus bokongnya yang pagi ini telah berciuman dengan lantai.

"Apa-apaan semua ini?" ujar Aditya kesal. Pagi yang buruk, tapi semoga saja hanya untuk pagi ini dan bukannya untuk siang dan malam ini.

Naya menarik selimutnya agar menutupi apa yang seharusnya ditutupi, "Kakak yang apa-apaan, kenapa kakak memelukku dalam keadaan telanjang?" keluh Naya.

Aditya memutar bola matanya, "Kenapa? bukannya itu sudah biasa terjadi, hm?"

Naya mengaruk kepalanya bingung, Aditya benar. Tapi, tiba-tiba saja saat melihat Aditya di sampingnya, Naya spontan menendang Aditya. Sungguh! itu terjadi secara cepat, tanpa bisa Naya cegah.

Aditya bangkit dan kembali bergabung bersama Naya dalam satu selimut, "Ah, sudahlah. Mari kita menyambut pagi ini dengan sesuatu yang panas."

Naya mengerutkan keningnya, "Panas? kakak ingin kopi?" beonya.

"Bukan panas dalam konsep itu, tapi dalam konsep lain. Konsep sebuah pemikiran dewasa."

"Dewasa?" gumam Naya.

Mendengar kekehan dari Aditya, otak Naya spontan menganalisanya. Mata Naya melotot, menyadari maksud Aditya.

"Kyaaa! mesum!"

"Saya mesum hanya padamu, Naya."

Naya berdecak, "Kenapa jadi romantis? Itu bukan gaya Kakak!"

"Itu memang bukan gaya saya, tapi sejak kapan kamu mulai memanggil saya dengan sapaan kakak?" goda Aditya. Ini benar-benar menyenangkan, mulai saat ini menggoda Naya akan menjadi kegiatan favorit Aditya.

"Lupakan! Sekarang Kakak harus menjauh dariku, aku tidak ingin kejadian semalam terulang kembali," ujar Naya memperingati.

Aditya terkekeh dan semakin memperdekat jarak mereka, tak ayal hal itu mengundang dengusan dari Naya.

"Kakak! Jangan aneh-aneh."

"Saya tidak aneh-aneh, cuman aneh aja." Tawa Aditya semakin menjadi melihat wajah cemberut Naya dengan pipi yang dikembungkan seperti ikan buntal.

Aditya mengacak rambut Naya,"Baiklah, saya bercanda, jangan cemberut nanti anak kita akan ikut cemberut."

Blush

Pipi Naya seketika memerah tomat karena telah mendapat perlakuan yang sangat diinginkannya. Satu impiannya telah terpenuhi tak ayal membuat Naya sangat bahagia. Lekungan di bibir Naya mulai terbit.

"Kenapa tersenyum? Apa kamu sedang bahagia, hm?"

Natal menggeleng pelan, "Tidak. Aku ingin es krim rasa buah jambu air."

Kalimat itu spontan terlintas di benak Naya, tanpa banyak basa-basi Naya segera melontarkannya pada Aditya.

"Ha?" ucap Aditya bingung.

"Aku ingin es krim rasa buah jambu air!!!" teriak Naya dengan lekungan senyum lebar.

Aditya menaikan alisnya bingung, "Apa kamu ngidam?"

"Ngidam? Apa itu, aku tak tahu!" ujar Naya.

Aditya terkekeh, "Kamu tidak tau ngidam? baiklah saya beritahu ngidam itu semacam penyakit!"

Naya melotot, "Allahu! apa penyakitnya berbahaya?"

"Sangat!" ujar Aditya dengan wajah serius seakan tak ada unsur kebohongan di dalam perkataannya.

Naya mengigit kukunya takut, "Lalu, kenapa Kakak bisa menyebut jika diriku sedang ngidam?"

"Karena semua ciri-ciri ngidam ada pada dirimu, Naya," ujar Aditya.

Naya meneguk ludah kasar, "Apa ciri-cirinya?"

"Pertama, sering merasa mual dan ingin muntah---"

"--- A ... aku mengalaminya akhir-akhir ini," potong Naya.

Aditya mengangguk, "Benar, ciri pertama ada pada dirimu. Lalu yang kedua, suasana hati selalu berubah-ubah---"

"--- Astaghfirullahaladzim, A ... aku juga mengalaminya akhir-akhir ini," potong Naya lagi.

Aditya menghela napas, "Jangan dipotong dulu, Naya. Saya belum selesai menjelaskan."

Naya menyengir menunjukkan deretan gigi putihnya, "Hehehe, sok atuh lanjut lagi."

Aditya menggeleng heran. Seharusnya Naya merasa takut atau gugup, bukannya malah menyengir seperti itu.

"Lanjut kak!!" ucap Naya kesal. Digantungin itu nggak enak.

Aditya mengangguk, "Ciri yang ketiga, mudah lelah dan sering tertidur dalam jangka waktu yang panjang."

Naya kembali menelan ludah kasar. Kemana saja dia selama ini? Kenapa dia tidak tahu menahu mengenai penyakit berbahaya yang bernama 'Ngidam'.

"Dan ciri yang terakhir, sekaligus ciri yang utama, yaitu menginginkan makanan-makanan aneh."

"Tapi, makanan itu langsung terlintas begitu saja dalam pikiranku. Aku tidak bisa mencegahnya," ujar Naya.

"Nah, karena itu. Kita harus bisa menghentikan penyakit ngidam menyebar pada dirimu," ujar Aditya.

"Caranya bagaimana?" tanya Naya

"Simple, kita hanya perlu memperbaiki suasana hatimu dengan mendengarkan musik? atau melakukan hal-hal yang membuatmu senang."

Naya mengangguk pelan, "Lalu bagaimana dengan es krim jambu air?" tanya Naya. Pasalnya dia sangat ingin merasakan es krim jambu air. Membayangkannya saja membuat air liur Naya ingin menetes.

"KIta harus bisa menganalisisnya, sebenarnya kamu ingin memakan buah jambu air, merasakan dinginnya es atau ingin keduanya?" jelas Aditya.

Naya mengaruk hidungnya yang terasa gatal, "Engh, aku ingin keduanya. Aku ingin keduanya dicampur," ucap Naya sambil membayangkannya.

Tiba-tiba Naya memukul kepalanya untuk menghilangkan bayangan es krim rasa buah jambu air yang sangat menganggu. Menyebalkan, "Persetan dengan ngidam, aku ingin es krim itu sekarang!!!" ujar Naya tak sabaran.

Aditya gegelapan menghadapi Naya versi tak sabaran apalagi saat ini dia sedang mengandung. Salah sedikit, Naya bisa mengancam untuk menghabisi anaknya.

"Baiklah, baiklah saya akan membelikannya untukmu."

Naya senyum sumringah mendengarnya, "Gitu dong, cepat sana. Nanti kita akan membahas mengenai penyakit ngidam lain kali, tapi untuk sekarang aku ingin merasakan es krim jambu air."

"Tunggu sebentar saya akan mencarikannya. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, dadada Kak."

Aditya lantas memakai pakaiannya, lalu pergi keluar rumah, tapi sebelum itu dia telah menyuruh Calista untuk menemani Naya.

....

"Naya di mana?"

Calista menoleh dan membungkuk hormat di hadapan Aditya, "Nyonya sedang berada di ruang walk in closet, Tuan."

Aditya menaikan alisnya bingung, "Buat apa? Lalu, kenapa kamu membiarkannya keluar dari ruangan itu. Bukankah saya sudah menyuruhmu untuk mengambilkan pakaian Naya dan tidak membiarkannya mengambil pakaian sendiri di kamar?!" cerca Aditya.

Calista menunduk takut, "Maaf Tuan saya sudah melarang Nyonya, tapi dia mengancam akan memukul perutnya."

Aditya menghela napas, tak tahu harus mengatakan apa. Naya seakan menjadikan anaknya sebagai tameng.

"Baiklah, kamu pergi saja dari sini."

Calista mengangguk, "Baik Tuan, saya permisi."

"Tunggu, ambil ini dan simpan di lemari es. Saya akan mengambilnya nanti."

Calista mengangguk, lalu mengambil kantong yang berisi es krim buah jambu air. Entah dari mana Aditya mendapatkannya.

Aditya mengunci pintu dan bersedekap dada, menunggu Naya menyelesaikan pekerjaannya di ruang ganti.

20 menit sudah Aditya menunggu Naya keluar dari ruang ganti. Tapi, sampai sekarang belum ada tanda-tanda dari Naya.

Aditya berinisiatif membuka pintu ruang ganti dengan kunci cadangan yang Aditya temukan di laci bawah.

Klik

Pintu terbuka, terlihat Naya yang sedang mengabrak-abrik lemari.

"Sedang apa?"

Naya menjatuhkan pakaiannya, "Astaghfirullahaladzim"

Aditya tak kuasa menahan senyum melihat wajah terkejut Naya. Namun, Aditya berusaha mengendalikan diri agar terlihat serius.

"Sedang apa?" ucap Aditya mengulang pertanyaannya.

Naya menoleh, "K-kakak ngapain di sini?"

"Kamu yang sedang apa? Kenapa keluar dari ruangan dan berada di sini?!" ujar Aditya lugas.

Naya menautkan tangannya takut, "Aku ... aku kesini karena merindukan Kakak yang lama sekali pergi keluar rumah."

"Jadi?" tanya Aditya bersedekap dada.

"J-jadi aku ke kamar untuk merasakan aroma tubuh Kakak dengan menghirup baju Kakak," Naya mendongak, ingin melihat reaksi Aditya.

"Hanya itu? Kamu tidak bermaksud untuk pergi dari rumah ini, bukan?"

Naya berdecih, jika saja boleh Naya akan melakukannya tanpa bertanya lagi. Namun, Naya tau pergi dari sini hanyalah sia-sia Aditya pasti mengetahui keberadaannya. Walau di pelosok daerah sekalipun.

"Yaa!!! Seharusnya aku yang marah sama Kakak, kenapa lama sekali membeli es krim? Dan sekarang mana es krim yang Kakak beli?!" ujar Naya berbalik marah kepada Aditya.

Aditya mengulir bola mata malas, salahkan Naya yang meminta hal aneh. Aditya harus berkeliling dan berakhir membuatnya sendiri dengan bantuan koki restoran.

"Kenapa diam?! Aku ingin es krim itu atau aku akan nekat memukulnya?" ancam Naya.

"Jangan aneh-aneh, ikut saya ke dapur."

"Tidak mau?! Aku ingin Kakak gendong!"

Aditya melotot mendengar perkataan Naya. Tidak-tidak, tubuh Naya tidak seringan kapas sampai Aditya akan dengan mudah mengendongnya. Apalagi Aditya tidak mengendong satu orang, melainkan dua orang. Namun, apa boleh buat Aditya akan melakukan apapun demi anaknya.

....

To Be Continud

🌿 Selamat mendukung cerita ini dan mengomentarinya 🌿

Sampai jumpa🔱

Salam cinta ❤

Apipaa📌

Next chapter