57 Tugas terakhir

Alex dan unit alpha pergi ke markas militer, untuk keamanan, unit ini memarkir kendaraan satu kilometer dari markas. Informasi terakhir yang diterima Alex dari militer, mereka berhasil mengumpulkan tentara mereka dari seluruh Bali ke markas ini. Seharusnya ada mayor jendral Agus, kolonel, kapten Farrel dan sekitar 8000 tentara. Di kehidupan sebelumnya, Alex tidak pernah mendengar mayor Agus, Kapten Farell dari intelegen militer adalah yang memimpin personil militer Bali. Ini adalah salah satu tempat yang digunakan sebagai markas pertahanan sampai doomsday pillar datang.

Alex berpikir, bahkan bila jendral Agus terinfeksi, kapten Farell atau satu dari kolonel akan mengambil komando. Apa yang sebenarnya terjadi di dalam markas ini, Alex berharap tindakannya tidak membuat efek negatif lebih banyak. Alex benar benar berharap tidak ada sesuatu yang buruk terjadi pada angkatan darat atau Kapten Farell.

Markas ini terletak di atas bukit, walaupun hanya 30 menit dari kota Denpasar, lokasi ini sepi dan terisolasi. Hutan mengelilingi area itu. Markas dikelilingi oleh pagar besi dan menara pengintai. Ada banyak barak dan beberapa hanggar untuk menyimpan kendaraan militer.

Alex saat ini menunggu di sebelah unit dengan kendaraan. Aria baru saja kembali dengan tim pengintai

"Jadi, apa yang kau lihat?"

"Hanya ada beberapa penjaga di area ini.. terlalu sepi"

"Baik, kalian semua tunggu disini dulu" Kata Alex

"Kemana kamu akan pergi?" Aria khawatir

"Tunggu saja"

Kurang dari 5 menit kemudian, alex kembali dan membawa tentara yang tidak sadar. Alex dengan kemampuannya dapat bergerak cepat dan tanpa suara, mudah baginya mengambil salah satu penjaga. Mereka membangunkannya dan menginterogasi. Ketika dia tahu yang datang adalah tentara, dia memberikan semua jawaban.

Ternyata, ketika penyakit muncul, terjadi kekacauan dalam markas. Mereka yang terinfeksi lebih banyak, mereka memaksa dan mengurung mereka yang tidak terinfeksi.

"Semua yang terinfeksi seharusnya sudah meninggal sekarang, apa yang terjadi pada jendral Agus dan kapten Farell? Apakah mereka selamat dari penyakit?" Alex bertanya

"Keduanya selamat, sebenarnya jendral yang memerintahkan mengurung semua yang tidak terinfeksi, Kapten Farell terkurung dalam salah satu hangar dengan ratusan tenatra" beberapa yang membantu jendral adalah bawahannya yang terdekat"

Alex lega mendengar hal ini. Walaupun situasinya rumit, paling tidak tentara yang tidak terinfeksi masih hidup. Sebelum dia mencoba mengkonfrontasi jendral, dia harus memeriksa tentara yang tertangkap terlebih dulu.

Ada 5 squad terdiri dari 10 orang dalam unit alpha. Alex membawa Aria dan dua squad dengannya. Cindy ingin ikut.. permintaan ini mengagetkan Alex. Seprtinya ada yang tidak beres dengan wanita Amerika ini, tidak kah dia lihat situasi ini berbahaya? Alex memaksanya tinggal.

Terlihat seulas senyum di wajah Aria

.

Kelompok ini tidak menemukan kesulitan masuk ke hanggar. Mereka adalah pasukan khusus deathsquad. Mereka cepat dan tidak bersuara. Ditambah lagi, dengan Alex sebagai pemimpin, tidak ada satu penjagapun melihat mereka datang. Dia terlalu cepat. Setelah beberapa penjaga tidak sadar, Alex dan kelompok masuk kedalam.

Ada lebih dari 1000 tentara terkurung, mereka tampakputus asa. Kedatangan kelompok Alex mengagetkan mereka. Alex menemukan kapten Farell diantara mereka.

"Apa yang terjadi disini, Kapten?"

"Tuan Alex, bagus kamu disini. Kami telah berkumpul sesuai rencana. Namun ketika infeksi mulai, jendral tidak memerintahkan untuk mengisolasi mereka. Situasi menjadi tegang, namun jendral memutuskan untuk mengurung kami"

"Aria, kamu bebaskan yang lain, Kapten kamu ikut denganku untuk menemui jendral"

.

"…"

Tiba tiba sekelompok tentara masuk ke hanggar. Ini adalah pasukan khusus baret merah angkatan darat.. mereka 60 orang. Situasi memanas.. 20 deathsquad melawan 60 baret merah. Dengan ratusan tentara terikat di tengah. Bila tembakan dimulai, ini akan menjadi kacau. Banyak nyawa akan melayang.

.

"Tahan tembakan!" Kata Alex

.

"Sangat bijaksana, tuan Alex, aku kapten Adnan, komandan unit baret merah, kita sudah pernah bertemu di pertemuan"

.

.

"Kapten Adnan.. biarkan aku bertemu dengan jendral"

"Biarkan aku ikut juga" Kata kapten Farell

.

"Baik, tapi orang orang kalian harus tunduk dan melepaskan senjata mereka"

.

Alex melihat Aria dan menyuruhnya mengikuti, Aria khawatir

"Jangan khawatir, aku percaya tidak ada yang ingin ada darah tertumpah diantara kita"

Alex, Aria dan Farell menemui jendral. Kapten Adnan memandu mereka ke hanggar lainnya

"…"

Hangar terisi dengan mayat dari tentara yang meninggal karena wabah. Seluruh 6000+ mayat, setiap mayat ditutupi kain putih dan ditempatkan dalam barisan rapi di tanah. Pemandangan yang menyedihkan. Mayor jendral Agus, tentara dengan ranking tertinggi di Bali, pemimpin divisi ke 9 dapat terlihat berdiri di salah satu sudut hangar melihat ke mayat mayat itu

.

"Salam jendral"

Alex selalu menghormati jendral tua itu, dia telah mengabdikan hidupnya untuk mempertahankan negara

.

"Tuan Alex, akhirnya kamu disini, aku minta maaf telah mengacaukan rencanamu"

.

"Apa yang terjadi di sini, jendral?"

.

Jendral berpikir sejenak dan menjawab perlahan

"Ketika temanku Bupati Suryo memberitahuku tentang Akhir Jaman ini, aku skeptikal namun sebagai teman, aku mau mendengarkan. Namun aku tidak pernah benar benar percaya. Ketika badai datang dan wabah menyerang, aku menyadari itu adalah kebenaran. Aku berdiri di depan ribuan bawahanku ketika tiba tiba aku melihat ribuan mata merah melihat ke arahku"

"Aku mengerti sepenuhnya apa yang akan terjadi kemudian dan resiko tidak mengikuti rencana, namun aku benar benar tidak dapat memberikan perintah dan menyerah akan orang orang ini"

.

.

"Apakah kamu seorang ayah, tuan Alex?" lanjut jendral

"Ya, jendral"

.

"Semua orang ini seperti anak anakku. Sejak mereka pertama masuk ke angkatan darat, mereka datang kesini, tidur disini, makan disini, berlatih disini, tumbuh disini"

Jendral menunjuk salah satu mayat "yang satu ini… orang tuanya telah meninggal sejak muda, ketika dia menikah aku yang menjadi walinya". Jendral menunjuk pada mayat lainnya"yang ini…ibunya mengirim ketan setiap hari dan memintaku menjaga anaknya" yang ini" kolonel Relly… dia lebih seperti saudara untukku dibanding saudaraku sendiri. Kami telah berteman selama 30 tahun"

"…"

"Tolong Jawab aku tuan Alex, apa kamu yakin 100 persen bahwa semua mayat ini akan menjadi zombie? Apa kamu yakin tidak ada obat? Apa kamu benar benar yakin dari antara 6000 mayat ini tidak ada yang bangun sebagai manusia normal?"

.

"Ya, aku yakin jendral. Bahkan bila ada obat, sekarang sudah terlambat. Semua orang ini sudah meninggal"

.

"Aku… aku tidak dapat menerimanya semudah itu. Di dunia dimana kita percaya keberadaan zombie dan monster, seharusnya ada Tuhan diantara mereka.. jadi dimana Dia? Dimanakah intervensi dariNya?"

.

"…"

Alex terkejut… dia ingat sosok abu abu itu lagi, dia benar benar tidak dapat menjawab ini. Dia berpikir sejenak dan berkata

.

"Apa yang kau rencanakan, jendral?"

.

"Aku berencana menunggu hingga jam terakhir, ini paling tidak yang dapat aku lakukan untuk mereka"

.

"Jendral, aksimu akan menghancurkan rencana kita. Banyak orang akan menderita karena hal ini. dapatkan kamu paling tidak membiarkan tentara pergi dan membantu orang?"

.

"Ya… kamu benar…kapten Farell.. kamu dapat pergi dengan tuan Alex membantu orang.. kamu juga kapten Adnan, kamu dan prajuritmu dapat pergi juga"

.

Kapten Farell: "Anda harus ikut dengan kami, Jendral"

"Jangan khawatir dengan saya, kapten" Jendral membuka tangannya dan menunjukkan sebuah tombol

"Anda harus pergi.. semua telah disiapkan, bila tentara ini benar benar menjadi mayat hidup, aku akan membebaskan mereka dari segala penderitaan"

Tampaknya jendral telah memerintahkan baret merah mempersiapkan C4 di seluruh hanggar sebelumnya, dia tahu tentaranya tidak akan membiarkannya melakukan hal ini, jadi dia mengurung mereka terlebih dahulu.

Alex berkata, "Kamu yakin, jendral?"

"Tuan Alex, aku sudah terlalu tua untuk hal ini. Tolong jaga sisa pasukanku dan selamatkan sebanyak mungkin orang yang dapat diselamatkan"

.

Sepertinya keputusan sang jendral sudah bulat.

Alex memberi hormat pada jendral tua itu dan berjalan pergi. Kapten Farell, Kapten Adnan dan tentara baret merah berjumlah 1200 tentara pergi ke gudang senjata dan mempersenjatai diri mereka. Sedangkan untuk seluruh peralatan lain, dia akan mengirim orang untuk mengambilnya nanti. Kendaraan di hanggar perlu beberapa modifikasi, sehingga saat ini tidak dapat digunakan. Angkatan darat kembali ke kota bersama Alex. Kendaraan yang dibawa Alex tidak cukup untuk semua orang, mereka memutuskan untuk mulai menyisir dari utara ke selatan.

.

.

Enam jam berlalu, fajar pun akhirnya tiba

Dengan bantuan angkatan darat, kelompok bagian utara berhasil mengatasi separuh kota Denpasar.

.

Waktu sudah habis...

.

.

KABOOOOMMMM

Letusan besar dapat terlihat di bukit… asap mengisi langit pagi.. tampaknya jendral baru saja menyelesaikan tugas terakhirnya

.

.

Ini juga berarti

.

.

Para mayat hidup akhirya telah bangkit

avataravatar
Next chapter