48 Omong Kosong

Jakarta, 31 Desember 11.00

Pondok Indah Mall, salah satu mall teramai di Jakarta Selatan. Daisy, gadis 19 tahun, sedang menikmati green tea latte panasnya sembari menanti teman kuliahnya di Starbucks.

Tiba tiba bahunya di sentuh

"Aduh, sorry ya, kami lama banget.."

"Sorry, sorry, jalanan agak aneh hari ini"

"Iya Daisy, kami ga bohong, ada polisi banyak banget di jalan hari ini"

".."

Ini adalah ketiga teman kuliah Daisy, mereka telah berteman beberapa tahun, Rahel si ratu drama jurusan theater, dia sudah bermain di beberapa film lokal berbudget rendah, Sally mengambil jurusan bisnis dan Mellisa mengikuti orang tuanya belajar politik. Sementara Daisy mengambil jurusan Seni. Keempatnya adalah gadis tercantik di kampus Jakarta

.

"Maafin ya say… kamu khan selalu baik"

.

Daisy hanya tersenyum dan mengangguk, dibandingkan dengan teman-temannya, sebenarnya dia sedikit berbeda, dia adalah gadis sederhana. Kampus Jakarta adalah salah satu sekolah terbaik di Jakarta, hampir semua murid berasal dari keluarga kaya. Daisy, dia adalah yatim piatu, ibunya meninggal ketika dia kecil dan ayahnya juga meninggal tiga tahun yang lalu. Orang tuanya meninggalkan warisan yang saat ini diatur oleh bibinya. Daisy adalah salah satu murid khusus yang diterima di kampus dengan beasiswa khusus. Dia adalah artis berbakat.

.

"Ngomong-ngomong, di jalan kami ketemu Adam dan teman-temannya, Aku mengundang mereka kesini.. dia bilang dia akan bergabung bareng kita"

.

"Waaa Adam bakal gabung bareng kita, gimana rambutku?" Rahel memulai drama rutinnya

Beberapa menit kemudian, Adam datang dengan dua temannya, Jason dan Keane. Adam adalah pacar sempurna untuk gadis-gadis iini. Dia tampan dan pintar. Dia adalah ketua organisasi siswa dan kapten tim basket. Kedua teman basketnya, Jason adalah pria tinggi kekar untuk ukuran usianya, dia tampak seperti seorang yang menggunakan steroid. Keane jauh lebih pendek, dia pria yang sangat cerewet.

Keane, "Halo gadis-gadis, kalian berempat dan kami bertiga tapi jangan khawatir, Keane dapat mengurus dua gadis sekaligus" Adam menarik tangan Keane.. "Tolong maafkan dia, dia memang selalu seperti ini" Adam tidak hanya tampan tapi dia juga serorang gentleman.

Sekarang ada tujuh orang dalam kelompok, mereka pindah ke sudut balkon mall. Rahel duduk mendekat ke Adam. Dia benar benar menyukainya dan tidak takut menunjukkannya. Namun Daisy merasa Adam diam diam memperhatikannya

"Jadi apa yang kalian rencanakan untuk malam tahun baru ini?"

"Tim basket kami seharusnya berkumpul malam ini tapi banyak teman kami tiba-tiba membatalkan"

"Apakah ini karena topik Akhir Jaman itu lagi?"

"Ya, beberapa orang tua mereka sangat protektif, aku rasa"

"Kalau lihat beritanya, Akhir Jaman seharusnya mulai hari ini.. tapi sepertinya semua hanya omong kosong"

".."

Mendadak bunyi bergemuruh terdengar dari langit.

"LLihat!! Langit tampak aneh hari ini"

"Jangan bikin drama.. itu mungkin hanya badai"

".."

"!!!"

Langit biru bersih dan awan putih beberapa waktu lalu tiba tiba berubah menjadi awan gelap hitam. Tampaknya bergerak seperti asap dan meluas cepat memenuhi langit. Beberapa detik kemudian kilat dapat terlihat di dalam awan hitam. Ada kilatan petir biru. Tidak menghujam ke bawah namun berkeliaran di dalam awan.

.

Suara gemuruh petir terdengar berulang kali di horizon, menyebabkan orang orang merinding. Angin bertiup sangat kuat.. Kelompok ini harus berpegangan pada sesuatu untuk menjaga keseimbangan

.

"Ini aneh.. Angin bertiup kearah badai!"

Tiba tiba angin dan petir berhenti…

.

KRAAAK!!!

".."

BBRAAAKKKK!!

.

".."

Kelompok ini dan orang orang lain di balkon berjalan dan melihat situasi di luar. Mobil mobil tampak bertabrakan. Ada satu mobil. Yang terbalik di atas bus dan menabrak halte. Beberapa pejalan kaki terbentur dan terlempar.. Diluar sangat kacau.. Tidak lama kemudian lampu di dalam mall mati. Sebelum seorangpun dapat berkata apa apa, sesuatu yang mengerikan terjadi

.

TTTSSSS

".."

.

Bunyi nayring turun dari langit, sebuah pesawat jatuh dari langit dan ke arah mall sebrang

.

Adam berteriak "SEMUA TIAARAP!"

.

KKKAAABBBOOOOOMMM!!!

.

Jendela kaca disekeliling cafE pecah, Daisy bangun dari lantai dengan dengingan di telinganya. Tabrakan dan ledakan kurang dari 100 meter darinya dan kelompoknya. Sesosok orang membantu dia berdiri, itu adalah Adam, namun dia tidak dapat berpikir apapun saat ini hanya melihat situasi diluar balkon.

.

Situasi sangat menakutkan. Puing-puing dan api.. sebagian besar orang di seberang balkon tertimbun. Daisy dapat melihat mayat tergantung dari balkon. Teriakan dan tangisan dimana-mana. Kelompok ini terkejut dan ketakutan. Design mall ini identik dengan mall diseberang, membuatnya terlihat seperti cermin dan pikiran menakutkan terlintas di pikiran mereka

"Telfonku mati, biarkan aku lihat punyamu"

"Punyaku juga"

Adam berjalan ke bar di café dan bertanya mengenai telfon landline.. namun itu juga mati. Bahkan jam tangannya juga berhenti.

".."

"Apa yang sebenarnya terjadi?" Melissa mengatakan apa yang ada di pikiran semua orang.. Semua orang mulai memikirkan video Akhir Jaman, waktunya tepat. Sally mulai menangis memikirkan hal itu.

Adam mengintervensi "Jangan panik, tidak ada yang pasti, ini mungkin saja serangan teroris. Serangan EMP dapat dilakukan oleh banyak negara akhir-akhir ini"

Adam berhasil menangkan beberapa orang.. tapi situasi benar benar menegangkan. Daisy berjalan mendekat pada Sally dan memeluknya.

Banyak orang berhamburan ke jalan. Masyarakat khawatir semua akan memburuk, sebuah hal yang lumrah untuk semua segera berpikir untuk pulang ke rumah masing-masing.

Daisy berbicara "Apa yang harus kita lakukan sekarang?" Semua orang melihat Adam. Dia berpikir sejenak dan berkata "Teroris atau Akhir Jaman, tempat ini terlalu terbuka.. ini tidak aman. Kita harus mencari tempat yang aman terlebih dulu.. Rumah siapa yang paling dekat?"

.

Yang paling dekat adalah rumah Rahel, namun masih beberapa blok dari sini

"Oke, kita pergi ke tempatku saja" Kata Adam. Apartemennya hanya satu blok dari sini. "Bagaimana menurut kalian?"

Kebanyakan dari mereka ingin pulang ke rumah namun mungkin bukan ide bagus karena terlalu jauh dan jalanan sangat kacau saat ini. Semuanya akhirnya setuju pergi ke apartemen Adam.

"Kita tidak tahu berapa lama bencana ini, karena sekarang kita di mall, mungkin ide bagus untuk mencari beberapa persediaan, namun kita harus buru buru.. semua orang akan berpikir hal yang sama"

Dipimpin oleh Adam, kelompok ini lari ke lantai satu dan ke supermarket. Mereka masing masing mengambil tas punggung besar dan mulai mengisinya dengan makanan dan minuman. Hanya untuk berjaga jaga, Adam dan yang lainnya pergi ke toko peralatan dan mengambil beberapa alat; palu, pisau dan kapak.

Tidak lama setelahnya supermarket tiba tiba menjadi ramai "waktunya pergi"

Daisy berkata "Tunggu, kita harus meninggalkan uang di kasir"

"…"

Tiga laki laki, empat wanita dengan tas punggung keluar dari supermarket dan berjalan perlahan ke apartemen. Satu kilometer dari mall namun perjalanan terasa jauh lebih lama daripada itu. Kelompok ini melihat beberapa mayat di dalam mobil dan tidak ada seorangpun yang membantu dan orang orang berlarian di jalan.

Akhirnya, kelompok ini tiba di lobi apartemen. Beberapa orang buru-buru keluar apartemen dengan tas besar. Tidak ada petugas keamanan terlihat. Kelompok ini menaiki tangga.

"Apartemenku ada di lantai 8, lihat positifnya.. akan menyebalkan bila itu ada di lantai 18" Adam berusaha membuat lelucon untuk menceriakan suasana, tapi tidak ada satupun yang ingin bercanda. Hanya Daisy tersenyum padanya mengetahui maksud baiknya.

Mereka akhirnya tiba di apartemen. Apartemen berkamar dua yang cukup besar. Kelompok ini beristirahat di ruang tamu, mereka lebih tenang saat ini.

"Jadi Adam, aku tak pernah tahu kamu punya apartemen disini?" Tanya Rahel

'Iya, yang ini punya ayahku"

"TAku sepertinya tidak pernah mendengar kau berbicara soal ayahmu"

"Ya, ibu dan ayahku bercerai beberapa waktu lalu, ayahku baru memberiku kunci ini beberapa hari yang lalu"

"Foto ini, ayahmu? Dan seragam ini.. dia polisi?"

"Iya dia polisi berpangkat tinggi"

"Bagus. Mungkin ayahmu akan datang dan membantu kita"

"Aku sih ragu"

"…"

Tiba tiba pandangan kelompok ini semua tertuju pada keane.

"Matamu!!"

"Keane, matamu merah" semua orang melihatnya . Mata Keane semerah darah

Keane berjalan ke sudut… ketika melihat cermin dia menjadi panik "Aku baik baik saja.. tidak ada yang salah! Jangan mellihat aku seperti itu"

Tiba tiba Keane tersenyum "hahahaha… eh Sally, matamu juga sama"

avataravatar
Next chapter