webnovel

Dongfang Feng Zhanshi - Pendekar Angin Timur

Hongxi Li dan Huanran Xi, kakak beradik yang bekerja pada Kerajaan Song, merupakan abdi setia kerajaan. Kendati acap melaksanakan tugas yang bertentangan dengan hati nurani, mereka tetap menjalankannya dengan sungguh-sungguh. Bukan menyoal harta, bukan pula kemahsyuran, tetapi disebabkan utang budi pada keluarga kerajaan. Sampai suatu ketika, satu kejadian mengikis habis loyalitas mereka. Meskipun tidak bertindak makar, keduanya memutuskan berhenti dari pengabdian. Mereka pun menelusuri sejarah kelam keluarganya yang berhubungan dengan salah seorang anggota kerajaan. Pengembaraan mereka mengarungi Jianghu dimulai. Sayang, di dalam perjalanan, seorang anggota kerajaan mengutus pendekar tangguh untuk menghabisi keduanya karena dianggap mengetahui banyak rahasia Song. Dalam pertarungan tersebut, Huanran Xi tewas. Alih-alih menyalahkan kerajaan, Hongxi Li menyalahkan Yueliang Gongzhu atas kematian adiknya. Ia pun melanjutkan pengembaraan untuk menuntut keadilan pada Yueliang Gongzhu dan menyibak sejarah keluarganya. Dongfang Feng Zhanshi merupakan prekuel dari Liulang Huajia. Kedua cerita ini rencananya akan menjadi bagian dari serial trilogi garapan penulis. Selamat membaca serial kungfu klasik ini!

Koji_Reguler · Action
Not enough ratings
2 Chs

Siwang Emo 1 - Setan Kematian 1

"Pejabat Daerah, Shaosheng!" Tianlun Le terkejut.

Shaosheng berperut buncit dan bertubuh pendek; wajahnya bundar dengan kumis tipis melintang di atas bibirnya; kepalanya yang gundul plontos, berkilat diterpa cahaya bulan; matanya yang sipit menatap Tianlun Le dengan angkuh; hidungnya yang pesek mendengkus.

"Aah ... rupanya kamu masih menganggapku Pejabat Daerah setelah kejadian tadi pagi," tukas Shaosheng, pongah.

"Siapa mereka?" tanya Tianlun Le, melemparkan pandangan pada keempat orang lainnya.

Mendengar pertanyaan Tianlun Le, keempat orang berwajah seram itu pun tergelak.

"Kakak, tolol sekali orang ini," ledek seorang pria yang bertelanjang dada.

Pria tersebut bertubuh mungil; kepalanya ditumbuhi rambut tipis tidak beraturan—sebagian kepalanya terlihat gundul, sebagian yang lain ditumbuhi rambut tipis; wajahnya persegi, membingkai sepasang mata mencuat yang seakan hampir keluar dari lubang mata; berhidung mungil; dan berkumis tebal berantakan.

"Siwang Banlu (Pengiring Kematian), kalau dia pintar tidak akan jadi Kepala Desa miskin ini," sahut seorang pria bongsor, menyeringai.

Wajahnya berbentuk lonjong dengan sepasang mata bulat kecil; hidung besar dan lebar; serta bibir tebal. Pada dagunya menggantung jenggot lebat semrawut, seperti rambut tebal di kepalanya.

"Shihuang Zhe (Penjemput Ajal), orang dungu seperti dia jadi Kepala Desa saja tidak pantas. Pantasnya jadi kacung," olok pria di sebelah Siwang Banlu.

Pria itu bertubuh gemuk dan mengenakan pakaian hitam. Rambutnya panjang, hitam, dan tak terurus—sama tak terurusnya dengan kumis dan jenggotnya yang lebat. Pada wajahnya yang lebar, terdapat sepasang mata berukuran sedang dengan kelopak mata cekung, hidung pipih, serta bibir tipis berwarna hitam. Kulitnya hampir sehitam pakaian yang ia kenakan. Pria itu bernama Jiusheng Yuan (Penghantar Ajal).

"Ah, Kakak Kedua benar. Kacung yang tugasnya membuang kotoran kambing. Hahaha!!" Shihuang Zhe tergelak diikuti tawa Shaosheng, Jiusheng Yuan dan Siwang Banlu.

Tidak seperti keempat orang tadi, seorang pria berpakaian cokelat hanya tersenyum dingin. Pria tersebut memiliki rambut merah lebat yang dikepang rapi. Wajahnya berbentuk persegi dengan rahang yang kokoh. Ia memiliki sepasang mata lebar, hidung mancung, bibir tebal, serta kumis dan jenggot merah yang tertata rapi. Penampilannya berwibawa, tetapi aura yang menyelimutinya begitu kelam dan kejam. Menilik kewibawaan dan penampilannya, bisa dipastikan dialah pemimpin dari pendekar-pendekar berpenampilan ganjil di sana.

"Apa tujuan kalian datang ke sini?" tanya Tianlun Le seraya berseru.

Shaosheng terkekeh, kemudian menjawab, "Masih berani bertanya?! Malam ini kematianmu akan menjadi peringatan jika ada yang berani menentangku!"

"Pejabat Daerah, sebut saja siapa di antara mereka yang harus kami habisi lebih dahulu," tukas Shihuang Zhe seraya turun dari kudanya.

Melihat hal tersebut, diam-diam Huanran Xi mengolah tenaga dalam di telapaknya.

"Adik berhati-hatilah. Mereka kelompok 'Siwang Emo (Setan Kematian) yang terkenal kejam," bisik Hongxi Li.

"Iya, Kakak. Tapi untuk apa perampok seperti mereka bersama Shaosheng?"

"Entahlah. Yang jelas bukan untuk tujuan baik," jawab Hongxi Li.

Mendengar kegaduhan tersebut, Kangjian keluar dari dalam rumah. Kemunculan istrinya membuat kekhawatiran Bagas bertambah.

"Kakak ada apa ribut-ribut?" tanya Kangjian resah sambil menggendong anaknya.

"Tidak ada apa-apa. Adik. Hanya keributan," terang Tianlun Le, berusaha menenangkan sang istri.

Kangjian tahu Bagas hanya berusaha menenangkannya. Merasa khawatir dengan keselamatan anaknya, ia pun merapatkan diri pada Bagas.

"Kakak ...."

"Adik, tidak perlu cemas. Semuanya akan baik-baik saja."

Kecantikan dan kemolekan istri Tianlun Le tersebut membuat Siwang Emo takjub. Seorang yang berbudi luhur saja dapat terpikat oleh kecantikan mereka, apalagi Siwang Emi yang terkenal mata keranjang dan gemar menodai perempuan.

"Itukah hadiah yang kamu janjikan?" tanya pemimpin Siwang Emo yang bernama Tiqui Qi (Pencabut Nyawa).

"Benar sekali. Tentunya jika kalian berhasil menghabisi semua orang yang menentangku," jawab Shaosheng sambil tersenyum licik.

"Kakak Pertama sungguh beruntung. Meski sudah mempunyai orok tapi dadanya, ck, ck, ck ...." Siwang Banlu berdecak kagum.

"Ah, justru kalau sudah punya orok berarti pintar menari di atas ranjang," sahut Jiusheng Yuan.

"Kalian tidak perlu mengagumi jatah kakak pertama. Meskipun menikmatinya belakangan, tetap saja ia berparas cantik jelita, berpundak elok, berdada besar, memiliki bokong inda. Rasanya aku sudah tidak sabar ingin menggenjotnya." Pandangan Shihuang Zhe menyisir Kangjan dari atas ke bawah.

"Kurang ajar!" bentak Tianlun Le marah. Tatkala Tianlun Le hendak menarik pedang, tiba-tiba Huanran Xi menahannya.

"Saudara jagalah keluargamu. Pendekar-pendekar itu berilmu tinggi, biar aku yang hadapi." Usai berkata demikian, Huanran Xi melesat dan menerjang Siwang emo. "Datang bertamu, tapi kelakuan kalian seperti orang tidak waras! Biar kuberi pelajaran!"

Kedua telapak tangan Huanran Xi diselimuti cahaya putih terang dan penuh tenaga dalam. Tanpa membuang waktu kedua tapaknya merangsek cepat ke arah Siwang Banlu. Inilah jurus Tiankong Xueyuan yang bernama "Zonglu Shu Shandian (Tapak Langit Menerjang Kilat)".

Melihat serangan datang, Siwang Banlu menyambut dengan jurus "Si Quan (Tinju Kematian". Siwang Banlu mengepalkan kedua tangannya yang kini telah berubah menjadi hitam dan berbau mayat, kemudian bergerak lurus ke depan dengan ganas. Kepalan tangan Siwang Banlu merangsek bak puluhan tombak dan mengurung Huanran Xi dari berbagai sisi. Huanran Xi terus berkelit sambil menangkis serangan-serangan yang datang. Situasi itu membuat Tianlun Le khawatir.

"Gawat, ia terdesak," ujarnya, seraya menoleh pada Hongxi Li.

Siikap Hongxi Li membuat Tianlun Le heran. Ia tetap tenang sambil memperhatikan adiknya bertarung. Sikapnya menunjukkan kondisi pertarungan tidak seperti yang terlihat.

Di sisi lain, Shihuang Zhe terlihat girang melihat pukulan-pukulan Siwang Banlu mendera Huanran Xi tanpa henti. "Bagus, Siwang Banlu!"

"Dasar goblok! Cepat bantu dia!" bentak Tiqui Qi.

Kendati merasa Siwang Banlu tidak perlu dibantu, tetapi Shihuang Zhe menurut. Baru saja melesat, ia melihat Huanran Xi menghantam Siwang Banlu dengan jurus "Zonglu Shu Shandian" hingga membuat Siwang Banlu tersungkur.

Shihuan Zhe marah, lantas menerjang Hongxi Li dengan jurus "Siwang Duyao (Racun Kematian)". Kepalan tangannya diselimuti asap hijau, mengayun deras ke arah Huanran Xi.

Huanran xi bukan pendekar kemarin sore, ia tahu bahwa asap hijau itu mengandung racun mematikan. Dengan segera ia mengolah pernapasan untuk menetralkan racun yang ada di sekelilingnya, sambil merapal jurus "Tiantang Jiantale Dadi (Langit Mengentak Bumi)". Tapak Huanran Xi mengepak bak kepakan sayap burung dan menyambut serangan Shihuang Zhe.

Jurus Huanran xi tidak hanya kuat, tetapi juga cepat, sehingga setiap pukulan Shihuang Zhe dapat dihindari. Walau mengetahui dirinya terdesak, Shihuang Zhe tidak mau menyerah, dan meningkatkan tenaga dalam lalu menyerang dengan ganas. Pukulannya mengayun cepat, tetapi Huanran Xi berkelit lebih cepat ke belakang Shihuang Zhe.

"Di belakangmu!" teriak Jiusheng Yuan.

Terlambat, "Tiantang Jiantale Dadi" menghempaskan Shihuang Zhe dengan keras. Jurus itu telah membuat Shihuang Zhe mengalami luka dalam. Dari bibirnya mengalir darah segar. Sambil memegang perutnya, Shihuang Zhe bangkit berdiri.

"Sungguh lihai. Kakak, siapa dia?" tanya Jiusheng Yuan.

"Tidak salah lagi. Mereka adalah Yi Dui Dongfang Ying," tukas Tiqui Qi.