Hari ini Yera secara resmi menjadi Istri dari seorang pria yang bernama Arka Demola setelah mereka mengucapkan janji suci. Setelah pendeta mempersilahkan Arka mencium Yera didepan semua orang, Arka malah mencium pucuk kepala Yera.
Mereka menikah Karna kakek dari Arka maupun Yera menjodohkan mereka ketika mereka pertama kali bertemu di taman ketika sang kakek membawa masing-masing cucu mereka.
Kakek Yera sudah meninggal dan sebelum meninggal ia ingin mereka segera menikah membuat Yera enggan menolak.
Orangtua mereka sudah mempersiapkan semuanya dengan apik, bahkan sebuah rumah gedong berisi funiture sudah mereka siapkan satu bulan sebelum menikah. Arka menyuruh Arka untuk tidur di kamar lain, padahal orangtua mereka tak ingin hal itu terjadi. Yera hanya menurut saja karna tidak mau berdebat.
Sebenarnya Yera sudah menyimpan perasaannya sejak pertama kali mereka bertemu, Arka adalah tipe cowok idamannya.
Arka Demola CEO dari Demola company. Ia masih cukup muda untuk menjabat sebagai CEO diumur dua puluh tiga tahun, bukan tanpa alasan orangtuanya langsung menyuruh Arka untuk duduk di bangku CEO, Arka orang yang sangat kompeten saat masih sekolah dan selalu mengambil tindakan yang tepat membuat orangtuanya tak meragukan kemampuannya.
Sedangkan Yera masih anak sekolah, umurnya saja masih sembilan belas tahun alias masih duduk di bangku kelas dua belas SMA. Arka sebenarnya geram dengan keputusan orangtuanya untuk menikah disaat Yera masih sekolah karna mereka harus benar-benar merahasiakannya agar Yera aman dan bisa sekolah dengan tenang.
Arka Demola dikenal dengan wajah datar dan sikap dingin, ia tidak menyukai basa-basi karna itu membuang waktu. Ia sedikit tertekan karna mengetahui bahwa Yera tipe orang cerewet yang selalu bicara tentang omong kosong yang sangat tidak penting. Arka membenci hal itu.
Hari ini hari minggu. Yera bangun jam setengah 6 untuk membuat sarapan, sebenarnya ia jarang atau bahkan tidak pernah bangun sepagi itu hanya untuk membuat sarapan. Bahkan untuk berangkat sekolah saja ia selalu kesiangan. Tapi demi berbakti kepada suami ia harus terbiasa untuk bangun pagi.
Padahal orangtua mereka sudah menyiapkan Asisten rumah tangga tapi Yera menolak dengan alasan ingin menjadi mandiri dengan berfikir bahwa Arka akan melihatnya sebagai Istri.
Yera mulai mengambil bahan untuk membuat sop ayam dan omelet, itu juga dia melihat resepnya dari internet.
tangannya mulai telaten mengambil beberapa bahan yang harus ia siapkan. Matanya sibuk melihat layar ponsel yang menampilkan langkah demi langkah untuk memasak sop ayam.
butuh waktu tiga puluh menit lebih untuk Yera selesai memasak. Ia mencicipi sop ayam yang sudah matang, setelah dirasa bumbunya cukup pas, lalu ia menata makanan diatas meja makan.
Yera tersenyum melihat meja makan, ia bangga kepada dirinya atas kerja kerasnya dipagi hari.
Yera melangkahkan kakinya menuju kamar Arka, ia mengetuk pintu beberapa kali lalu memutar knop pintu.
Arka sedang memakai dasi didepan cermin besar yang tertempel di dinding kamarnya.
"Kamu masuk kerja hari ini?" tanya Yera bingung karna ini adalah hari minggu dimana semua orang bersantai menikmati hari libur.
"kelihatannya?" balas Arka singkat.
"Aku udah masak, sarapan dulu yuu."
Mereka berjalan menuju meja makan dan duduk berhadapan.
Arka menatap hasil masakan Yera, "Kamu bikin sendiri?"
Yera mengangguk antusias, "Aku bangun pagi untuk bikin ini semua."
Arka menaikan satu alisnya, ia sedikit ragu. "Rasanya dapat menjamin? Saya tidak mau jika harus pergi ke rumah sakit setelah ini."
Yera memutar bola matanya malas, "kalaupun gak enak, kamu harus habisin semua sebagai tanda kalau kamu menghargai kerja keras aku."
Arka mulai menyendokan satu suapan kedalam mulutnya, wajahnya kaku ia berhenti mengunyah beberapa saat lalu memaksakan untuk menelannya pelan.
"gimana rasanya?" tanya Yera menunggu tanggapan Arka sedari tadi.
Arka menghela nafas, "kamu ingin saya menjawab jujur atau berbohong?"
"jawaban bohong coba," balas Yera.
"masakan kamu enak."
Yera berdecih kesal lalu ia mencoba menyuapkan satu sendok kedalam mulutnya.
"Kok asin? Tadi aku udah coba dan rasanya gak terlalu buruk," Yera melotot tidak percaya.
"Gak terlalu buruk? Mungkin kalau didiamkan beberapa saat jadi memburuk seperti sekarang," Arka menyaut.
Yera cemberut, "Kamu sarapan di kantor aja, aku bakal buang makanannya. Maaf ya."
"Jadi saya harus menahan lapar sampai tiba di kantor? Tega sekali," ucap Arka sembari kembali melahap makanannya. "Omeletnya tidak terlalu buruk."
Yera tersenyum sumringah, ia senang Arka masih mau memakan masakannya walau rasanya tidak seenak yang dibayangkan.
"Astaga kamu bikin aku makin suka." Ucapan Yera sukses membuat Arka tersedak.
"Suka?" tanya Arka heran.
Yera berdecak, "aku gak munafik ya, kamu ini ganteng dan tipe aku banget jadi kalau aku gak suka bearti aku udah gak waras."
"Mana ada wanita yang berterus terang jika suka?" tanya Arka tidak percaya.
"Aduh gemes deh, aku gak suka sembunyiin perasaan aku. Jadi kamu juga jangan gitu ya, kamu suka kan sama aku?" Yera bertanya dengan percaya dirinya.
Arka menggeleng, "jangan pernah bertanya tentang itu, karna jawaban saya tetap sama yaitu tidak akan menyukai kamu."
"Kamu bilang gini karna pengen aku berjuang lebih keras lagi?"
Arka menghela nafas, kenapa wanita labil ini tidak mengerti dengan apa yang ia jelaskan dan malah semakin nekat.
"Saya berangkat kerja dulu," kata Arka beranjak pergi. Yera mengantarkan Arka sampai depan rumah.
Yera menarik punggung tangan Arka lalu menciumnya, Arka terkejut.
"Hehe kan kalau suami mau pergi kerja itu istrinya suka nyium tangannya," Yera tertawa.
Arka tidak berniat membalas dan memilih berjalan membuka pintu mobilnya. Setelah Arka melajukan mobilnya Yera melambaikan tangannya dengan riang.
Yera mencuci piring bekas sarapan tadi setelahnya ia menyapu walaupun rumah ini bersih karna Yera ingin belajar tentang pekerjaan yang biasanya dilakukan perempuan ketika sudah bersuami.
Setelah semuanya beres, gadis itu kini duduk diatas sofa dengan satu box ice cream dipangkuannya, pagi ini jadwal kartun favorit Yera tayang pada minggu hari.
drttttttt
Ponsel Yera bergetar menandakan ada panggilan masuk. Yera menggeser ikon hijau pertanda ia menerima panggilan masuk tersebut.
"kenapa, Sam?" tanya Yera ketika menempelkan benda pipih tersebut ditelinganya.
"Ra, Kerja kelompok pokoknya sekarang. Gue tungguin di sekolah. See you," ucap pria disebrang sana.
Belum Yera menjawab tapi telfon sudah terlebih dahulu dimatikan membuat Yera kesal. Niatnya Yera ingin meminta tebengan.
Mau tak mau Yera harus beranjak pergi disaat film favoritnya belum selesai.
"Nanti kita ketemu lagi ya," ucapnya sembari menatap sedih layar televisi seolah sang karakter bisa mendengarkan apa yang Yera ucapkan.