webnovel

Dihina Karena Miskin

Zevia lalu pelan-pelan menyibak kain jendela untuk melihat siapa yang datang bertamu ke rumahnya.

Mata Zevia membelalak ketika mengetahui siapa yang datang.

Zevia langsung berdiri di belakang pintu dengan posisi punggung yang menempel pada pintu karena terkejut.

"Ya Allah itu kan papanya Elvano bersama dengan anak buahnya. Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan?" gumam Zevia cemas.

Tok Tok Tok

Pintu kembali diketuk semakin keras oleh mereka, membuat Zevia semakin cemas.

Zevia menggigit bibir bawahnya karena takut.

"Buka pintunya sekarang atau kami akan mendobraknya?!" terdengar ancaman dari kedua anak buah Gio, papa Elvano dari luar rumah Zevia.

"Aku harus bagaimana? Kalau pun aku tidak membuka pintunya mereka pasti tetap saja bisa masuk. Ya Allah tolong lindungi hamba," gumam Zevia penuh harap.

Zevia menarik nafasnya lalu menghelanya.

"Bismillah ya Allah tolong lindungi Zevia," gumam Zevia.

Zevia lalu perlahan membuka kunci dan membuka pintu rumahnya.

Ceklek!

.....

Elvano memberhentikan mobilnya di depan gang kontrakan rumah Zevia agar lebih mudah untuk menyelidiki.

"Lebih baik aku parkir mobil di sini saja supaya nanti gak ketahuan," gumam Elvano.

Elvano lalu turun dari mobilnya dan melangkahkan kakinya menuju kontrakan Zevia.

...

"Akhirnya ke luar juga kamu," ucap Gio dengan senyum miring.

"Maaf, ada keperluan apa ya bapak datang ke rumah saya?" tanya Zevia sopan.

Plak!

Sebuah tamparan mendarat di pipi Zevia yang berasal dari Gio.

...

Bertepatan dengan itu, Elvano baru saja tiba di sana dan matanya membelalak melihat apa yang terjadi di depannya.

Papanya sendiri menampar perempuan yang sangat ia cintai.

Kedua tangan Elvano terkepal dengan sangat kuat penuh amarah menatap kejadian tersebut dari jarak yang sedikit jauh.

"Shit! Beraninya papa menampar Zevia?! Apa mungkin karena ini Zevia berusaha untuk menjauhi aku?" gumam Elvano.

"Aku harus benar-benar memastikan semuanya terlebih dahulu. Jika nanti papa berani melukai Zevia lagi maka aku gak akan pernah tinggal diam," gumam Elvano.

.....

Zevia memegang pipinya yang terasa panas akibat tamparan Gio.

"Satu tamparan itu belum cukup ya sepertinya untuk mengingatkan kamu agar menjauhi putra saya! Hey perempuan miskin! Kamu sama sekali tidak layak untuk putra saya!" ucap Gio dengan tegas.

Zevia yang semula menunduk kini mendongakkan wajahnya menatap Gio dengan berani.

Ia menjauhkan tangannya dari pipinya.

"Sudah cukup kalian selama ini menghina saya. Perlu bapak tahu, saya memang tidak terlahir sebagai perempuan yang kaya tetapi setidaknya saya memiliki hati yang kaya! Hati yang kaya akan memberikan kebahagiaan dalam hidup saya meskipun secara harta saya miskin!" ucap Zevia dengan berani.

Gio dan kedua anak buahnya tersenyum mengejek.

"Omong kosong!" seru Gio.

"Bapak dan keluarga bapak memang kaya raya. Saya tahu jika kalian memiliki segalanya tapi sayang sekali kalian miskin hati! Hati kalian miskin!" ucap Zevia dengan lebih keras.

Tangan Gio bergetar dan mengepal dengan emosi bersiap untuk kembali menampar Zevia.

"Beraninya kau mengatakan hal seperti itu pada keluargaku! Kau-" Gio bersiap untuk menampar kembali Zevia sebelum sebuah tangan menghalanginya.

"Berhenti! Jangan pernah sakiti perempuan yang saya cintai!" seru Elvano yang tiba-tiba muncul di antara mereka membuat mereka terkejut.

Elvano lalu melepaskan tangan Gio dengan kasar.

"Elvano! Bagaimana bisa kamu berada di sini? Oh, apa perempuan ini mengadu pada kamu ya bahwa papa datang ke sini untuk memberi dia pelajaran?" tanya Gio pada Elvano.

"Jaga bicara papa ya! Zevia sama sekali tidak mengadukan hal apa pun ke aku! Aku datang ke sini atas kemauan aku sendiri karena merasakan keanehan pada Zevia yang terlihat menghindari aku. Dan ternyata kecurigaan aku benar, papa dan mama lah yang menjadi sumber dari semua permasalahan ini. Kenapa sih kalian terus saja mengganggu aku? Kenapa kalian terus saja mengusik hidup aku? Kisah percintaan aku? Kenapa?!" bentak Elvano dengan emosi.

Zevia memegang lengan kanan Elvano untuk meredam amarah Elvano. Elvano lalu menoleh pada Zevia yang terlihat takut.

"Kamu tidak perlu takut. Selamanya aku akan selalu ada di sisi kamu dan aku juga akan selalu melindungi kamu dari bahaya apa pun," ucap Elvano menenangkan Zevia.

"Hanya karena perempuan miskin ini kamu berani membentak papa, Elvano?" tanya Gio tak percaya.

"Bukan karena dia tapi karena sikap papa sendirilah yang membuat aku menjadi seperti ini. Zevia adalah gadis baik-baik yang pernah aku kenal. Bahkan paling baik di antara semua gadis yang pernah kalian kenalkan padaku. Tapi kenapa sih kalian harus membenci dia hanya karena dia tidak sederajat dengan keluarga kita? Kenapa?!" ucap Elvano dengan emosi.

"Karena dia miskin! Dia pasti hanya ingin memanfaatkan kamu. Dia hanya ingin harta kamu. Coba saja jika nanti kamu miskin, dia pasti akan meninggalkan kamu," ucap Gio.

Zevia menggeleng.

"Saya memang miskin tapi saya tidak pernah berambisi untuk bisa menjadi kaya atau memanfaatkan orang lain untuk menjadi kaya. Saya tidak seburuk yang bapak katakan," ucap Zevia.

"Sekali lagi papa berani menyakiti Zevia atau bahkan mengatakan hal yang tidak pantas padanya maka jangan salahkan aku jika aku akan melakukan suatu hal yang tidak pernah papa bayangkan sebelumnya," ucap Elvano.

"Bahkan kamu sudah berani mengancam papa hanya karena perempuan ini. Lancang sekali kamu, Elvano. Kamu lupa ya siapa yang selama ini merawat kamu, membesarkan kamu, memberikan pendidikan terbaik dan fasilitas terbaik untuk kamu? Kamu lupa? Suatu hari nanti kamu akan menyesal karena telah membela dia mati-matian," ucap Gio.

"Aku tidak peduli dengan semua itu. Didikan kalian lah yang membuat aku menjadi seperti ini. Aku mau papa dan semua anak buah papa pergi dari tempat ini sekarang juga! Pergi!" bentak Elvano.

"Mama kamu pasti akan sangat kecewa jika mengetahui anaknya menjadi pembangkang seperti ini hanya karena perempuan miskin ini," ucap Gio.

"Pergi!" bentak Elvano.

"Kita pergi!" ucap Gio pada kedua anak buahnya.

Mereka lalu pergi dari sana.

Elvano menghela nafasnya. Ia lalu menanyakan kondisi Zevia.

"Kamu gak apa-apa sayang? Kamu baik-baik saja kan? Pipi kamu sakit ya karena ditampar oleh papa aku tadi? Maafin aku ya sayang, aku benar-benar gak tahu jika selama ini mama dan papa aku itu memata-matai kamu dan juga mengancam kamu bahkan sampai menyakiti kamu," ucap Elvano.

Zevia tersenyum singkat. Ia lalu mengangguk.

"Gak apa-apa kok, ini bukan salah kamu. Aku memang miskin dan gak layak untuk bersanding dengan kamu," ucap Zevia.

Tangan Elvano lalu mengusap kepala Zevia. Ia menggeleng lemah.

"Tidak ada manusia yang miskin di dunia ini, kita semua sama di mata Tuhan. Yang membedakan hanyalah amal yang kita miliki, bukan harta. Jadi kamu jangan pernah merasa seperti itu," ucap Elvano.

Zevia pun mengangguk.

Tangan Elvano lalu turun ke pipi Zevia yang bekas ditampar oleh Gio tadi.

"Sakit banget ya?" tanya Elvano.

"Gak terlalu sakit kok," ucap Zevia dengan senyum.

"Aku kompres ya di dalam. Ayo sayang," ucap Elvano lalu menarik Zevia dengan hati-hati untuk masuk ke dalam kontrakan.

"Kamu ada es batu?" tanya Elvano ketika mereka telah berada di dalam kontrakan Zevia.

Zevia pun mengangguk.

"Biar aku aja yang ambil. Sebentar," ucap Zevia.

"Gak usah sayang, biar aku aja. Kamu tunggu aja di sini ya," ucap Elvano.

Zevia pun mengangguk. Elvano lalu pergi ke dapur Zevia untuk mengambil es batu dan kain untuk mengompres pipi Zevia.

...

Maafkan Typo

Please support this novel

Thank you❤️

Nurliza_Karen_Nitacreators' thoughts