webnovel

Dibatas Senja

Lusi Aryani, 20 th, Mahasiswi FEB, semester IV, gadis dengan penampilan sederhana karena kondisi ekonomi keluarga yang hanya dibilang cukup namun keinginan begitu kuat untuk melanjutkan pendidikan berbekal dengan prestasinya. Dia ingin merubah kehidupan keluarganya, sesuatu yang harus diperjuangkan tidak menyerah untuk meraih harapannya. Janggan Pringgohadi, Mahasiswa Tehnik Arsitek semester 8, anak tuan tanah di salah satu kota kecamatan di Yogyakarta, anak panggung, tentu banyak penggemar, dijodohkan dengan Jihan anak temen orang tuanya. Bagaimana sikap janggan atas perjodohannya sedang dia mulai tertarik dengan lusi anak FE depan kostan. Apakah mungkin keluarga Janggan merestui hubungan mereka jika orang tuannya tahu Lusi bukan dari keluarga yang selevel dengan mereka. Bagaimana jika ternyata Janggan memilih mengikuti keinginan keluarganya. Disini kisah mereka diuji hingga dibatas perasaan Lusi dan Janggan, Dibatas Senja

Tari_3005 · Urban
Not enough ratings
91 Chs

Bab 8

"Ada yang mau diomingin kak" kata Lusi membuka omongan sambil nunggu pesenan dianter,"eh iya" wajah gugup Janggan tak dapat ditutupi lagi, untungnya lusi duduk disamping kursinya jadi dak bisa lihat langsung, batinnya.

Janggan kembali diam membuat tanda tanya Lusi, apa yang mau diomongin bikin deg deg kan aja.

"Lusi ada deket sama seseorang dak"

pertanyaan apa ini kak, deket maksudnya gimana ya, aku kan jadi ngartikan lain, apa dia ada rasa, jangan mikir yang iya iya lusi.

"Maksud kakak deket gimana nih ? aku kan deket kakak kostannya" lusi sengaja mengalihkan topik, karna nuansa sekitar seperti terasa canggung.

"seseorang yang mungkin punya arti sendiri buat lusi" nah ini dia gila apa nembak gue, mimpin apa kamu lus.

Pelayan warung nganter makanan pesenen mereka, pas banget untuk menjeda perasaan lusi yang dak siap.

"Makan dulu ya kak" dengan diam Janggan dan Lusi menikmati sarapan paginya dengan lamunan masing masing tentunya. Untung warung makan ini rame pengunjung jadi dak bisa nutupin bunyi detak jantung berdua.

"Mesti di jawab nih kak ?" lusi melihat kesamping kiri sambil tetep menyuapkan makanan ke mulutnya.

"aku nanya ke kamu, biar bisa nentuin sikapku" hadeh roman picisan nih gue, kalimatnya sahdu amat.

"la apa hubungan ama aku, kak" kata kata bodoh napa keluar gitu aja sih, padahal kan gue nunggu moment ini, sok jual mahal, lusi merutuk sendiri.

"karna aku pengen deket ama kamu, aku dak bisa bohongin itu" gedubrak, sendok makan yang dipegang lusi melompat saking gugup nya siempunya tangan.

Gimana nih, beneran dia nembak aku, napa jadi grogi banget, lidah ini jadi kelu mau jawab apa, la yang terlihat kemaren berdua sama mbak Riena sapa, lupa kali ya.

"Dak harus dijawab sekarang kan, kak" mengulur waktu masak ia mau dijawab langsung, dalam sih hati bilang iya, sambil nyari info benernya ada hubungan dak mbak riena sama mas ganteng, eh jadi salah sebut.

"Aku buruan mau ada jam kak, BDD ya kak, aku punya uang kok, kalo dak nanti minta traktir" tanpa menunggu jawaban janggan, lusi langsung beranjak ninggalin Janggan, nuju tempat kasir kemudian melambai kearah laki laki yang tadi bareng datangnya dan dibalas lambaian tangan pula.

Lega rasanya udah ngucapin ke lusi, kok perasaanku lebih plong ya, semoga dia nya mau karna analisa ku, lusi juga suka ama aku, wajahnya tadi gugup banget, kenapa dak langsung jawab sih Lus. pake digantung gini, apa cewek suka gitu ya, demen nggantungin perasaan orang, biar dak dikira murahan, ahhh bodo amat, jadi pusing mikirinnya, yang penting aku dah ungkapin, monolog Janggan.