webnovel

Dibalik Kegelapan yang Mencekam

Seluruh cerita berasal dari imajinasi penulis. Tidak boleh mengcopy, menjiplak ataupun melakukan perbuatan tercela lainya yang dapat merugikan penulis. Terdapat beberapa adegan kekerasan dan berdarah. Harap bijak dalam membaca. Cover by Canva. *** Sinopsis Bau amis tercium mengelilingi tempat itu. Laki-laki, orang tua, bahkan anak-anak yang tidak berdosa tergeletak tak begerak dengan suhu tubuh yang sudah mendingin. Seorang lelaki berdiri dengan acuh di sekitar tempat mayat-mayat itu berserakan. Memegang pedang yang masih berlumuran darah, Ia menuju suatu tempat yang tidak terkena setetespun noda merah yang menghiasi sekelilingnya. Dirinya berlutut untuk membelai pipi pucat seorang gadis yang terlindung di balik perisai yang Ia ciptakan. Melepaskan kain hitam berkibar yang Ia kenakan dan dengan lembut menyampirkan jubah yang telah ternoda kehangatanya itu kepada sang gadis. "Kau lihat." "Mereka mati karena dirimu." "Seharusnya kau tidak pernah kabur dariku." "Ayo kembali Rosalia." bisik pemuda itu lirih diantara hembusan angin malam yang mencekat.

Renza_Lo · Fantasy
Not enough ratings
101 Chs

Kecurigaan

"Apa ada pelayan yang bertugas selain kalian di istana raja?" Rose bertanya.

"Tidak ada tuan putri." Zizi menjawab datar.

" Lalu, apakah orang lain bisa keluar masuk dengan bebas di sana?" sang peri kembali bertanya.

"Tidak tuan putri. Istana raja melingkupi kediaman raja saat ini. Yang Mulia melarang orang yang tidak memiliki kepentingan untuk berada dalam kawasan istana raja."

"Kami akan mendapatkan hukuman berat jika memasuki kawasan istana raja tanpa izin." Hana menjelaskan.

"Jadi itu sebabnya kalian hanya mengantarku dan tidak ada seorangpun yang kita temui selama perjalanan." Rose bergumam dalam hatinya.

"Lalu apakah pelayan yang kutemui di sana adalah orang-orang suruhan Teodhore? Tapi apa untungnya jika dia melakukan semua ini." peri cantik itu berfikir sendiri.

"Apa ada hal lain yang ingin Anda tanyakan Tuan Putri?" Hena berinisiatif bertanya saat melihat putri cantik itu termenung dalam dunianya.

"Tidak ada. Tolong bawakan aku beberapa cemilan dan teh. Aku ingin mempunyai waktu untuk diriku sendiri di sini." Rose memerintah dengan sopan.

"Baik Tuan Putri." Kedua pelayan itu segera pergi untuk mengambil pesanan sang putri.

Rose mengamati ruangan perpustakaan yang Ia tempati. Dinding kanan dan kirinya terdapat rak yang dipenuhi dengan buku-buku yang disusun berdasarkan urutan alfabet. Terdapat meja dan kursi yang terbuat dari kayu keras.

Rose menaiki tangga kecil yang terdapat di ruang itu. Di lantai atas, sang peri cantik merasa ruangan itu lebih hidup. Ada sebuah jendela besar yang memungkinkan untuk melihat ke luar ruangan. Sebuah pot ditempatkan di samping jendela.

Berbeda dengan meja dan kursi yang keras di perpustakaam bawah, ruangan itu mempunyai sofa lembut panjang berwarna coklat dan mejanya terbuat dari kaca. Meninggalkan kesan hangat dan segar di seluruh ruangan.

Rose mengambil sebuah buku secara acak, kemudian dirinya duduk dengan nyaman di sofa panjang.

"Permisi Tuan Putri."

"Kami ingin mengantarkan teh dan cemilan." Zizi membawa sebuah nampan berisi teko dan cangkir keramik.

Hena berdiri di samping membawa cemilan yang disebut lapis legit atau mempunyai nama lain spekkoek. Itu merupakan sejenis kue yang dibuat menggunakan adonan tepung dan telur. Rasanya manis dan memiliki tekstur yang lembut.

"Terimakasih. Tolong letakan di meja." Rose meletakan buku yang tengah Ia baca saat membalas Zizi.

"Ada lagi yang Anda butuhkan Tuan Putri?" pelayan muda itu kembali bertanya.

"Tidak ada. Aku akan menghabiskan waktuku di sini. Kalian bisa menjemputku saat sudah waktunya makan malam." Rose berbicara dengan tenang.

"Baik Tuan Putri. Kami mohon undur diri." Zizi dan Hena keluar dari ruangan setelah mendapatkan izin dari sang peri.

Rose mencicipi teh dan kue yang dibawa oleh kedua pelayan itu. Manis, namun tidak berlebihan. Rasanya sesuai dengan seleranya. Itu membuatnya mengingat kembali beberapa pelayan istana peri yang selalu menyajikan makanan dan minuman sesuai dengan perferensinya.

"Bagaimana keadaan Ayah dan Antonio?"

"Apakah mereka baik-baik saja?"

"Kuharap mereka tidak terlalu mengkhawatirkanku." untuk beberapa saat, Rose tenggelam dalam perasaan melankonis.

"Tidak papa. Orang itu hanya menyuruhku untuk mengembalikan kemakmuran tanah ras zeros."

"Aku hanya perlu melakukan yang terbaik dan menunggu satu tahun dari sekarang." gadis itu menyemangati dirinya sendiri.

Rose membuka jendela untuk menghirup udara segar. Mengusir rasa penat dalam benaknya.

"Bukankah itu Teodhore."

"Dengan siapa dia berbicara. Dia juga melakukan hal yang mencurigakan saat berada di istana raja."

"Apa aku terlalu curiga? Atau dia memang merencanakan sesuatu?" Rose tidak sengaja melihat pemuda berambut perak tengah berbincang dengan seorang wanita cantik di sudut taman istana raja.

"Ini bukan urusanku untuk ikut campur urusan ras orang lain. Aku hanya harus menunggu selama satu tahun lagi untuk pulang." Rose bergumam sebelum kembali untuk melanjutkan aktivitasnya membaca buku di sofa yang nyaman.

***

"Saya ingin berterimakasih karena bantuan Tuan Teodhore, sakit kepala raja berkurang." wanita cantik itu tersenyum tulus kepada Teodhore.

"Nona Irish tidak perlu sungkan. Sudah menjadi kewajiban saya untuk mengurangi beban ratu masa depan." Teodhore membalas dengan hangat.

Wanita bernama lengkap Irish Kibregxin itu tersenyum menawan saat mendengarkan sebutan dirinya yang keluar dari lidah fasih Teodhore.

Dalam raz zeros, terdapat perbedaan antara ratu dan ibu pewaris tahta. Seorang ratu akan bertanggung jawab untuk setiap masalah saat raja tidak ada di tempatnya. Mempunyai kekuasaan tinggi yang kedudukanya langsung di bawah raja.

Sedangkan ibu pewaris tahta adalah orang yang akan melahirkan penerus raja. Lebih sulit menjadi ibu penerus tahta dibandingkan dengan ratu. Karena jika orang itu tidak dapat menahan kekuatan dari anak yang dikandungnya, sang ibu akan mati saat melahirkan.

Resikonya sama besar dengan hasil yang memuaskan. Meski begitu, banyak orang yang tergoda karena menjadi ibu penerus tahta mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari raja yang Ia lahirkan.

"Anda terlalu berlebihan Tuan Teodhore. Saya belum secara resmi terpilih menjadi ratu utama." Irish menjawab rendah hati, tetapi tidak bisa menutupi senyum bangga yang muncul di wajahnya.

"Para kandidat yang lain tidak bisa dibandingkan dengan Anda, Nona Irish. Keturunan Kibregxin selalu melahirkan generasi ratu selama ratusan tahun." Teodhore memuji Irish.

"Tetapi calon ratu untuk generasi saat ini masih belum diumumkan Tuan Teodhore. Saya berharap perkataan Anda menjadi kebenaran yang akan segera terjadi." Irish berbicara mengenai permasalahan yang Ia hadapi.

"Anda tidak perlu khawatir Nona Irish. Raja menerima teh yang kau berikan. Itu berarti raja memperlakukanmu dengan berbeda. Aku yakin harapanmu akan menjadi kenyataan."

"Dan jika ada hal yang mengganggumu, kau bisa meminta bantuanku. Aku akan selalu ada untuk ratuku." Teodhore mencium punggung tangan Irish. Menunjukan kesetiaanya pada gadis itu.

"Terimakasih Tuan Teodhore. Aku pasti tidak akan melupakan bantuan Anda ketika aku berhasil naik tahta." Irish tersenyum kepada Teodhore.

Teodhore balas tersenyum lembut karena kebodohan wanita di depanya. Teh yang Ia berikan adalah salah satu racun yang membuat orang mudah kehilangan kendali pikiranya.

Teh itu mempunyai aroma yang menenangkan dan rasa pahit yang membuat orang kembali berfikir jernih. Tetapi itu hanya awalnya, jika dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama, Ia bisa membuat orang yang meminumnya menjadi gila dan haus darah.

Ia sudah berada di samping raja muda ras zeros sejak lama. Dengan indranya yang tajam, tentu dirinya bisa menebak sesuatu yang lain dari tingkah laku pemuda itu.

"Kalau begitu, saya permisi Nona Irish. Tolong jaga kesehatan Anda." Teodhore meminta pengunduran diri.

"Tentu Tuan Teodhore." Irish masih tersenyum saat mengantarkan kepergian lelaki itu.

Dirinya sudah mempunyai perasaan kepada sang raja muda sejak lama. Meski dirinya juga ingin menjadi orang yang mengandung anak raja, dia tidak ingin mengambil resiko untuk mempertaruhkan hidupnya.

Ibu yang melahirkan raja saat ini juga meninggal saat melahirkan. Hanya menyisakan ratu yang tidak lain adalah bibinya.

Meski ratu saat ini mempunyai kedudukan yang lebih rendah dari raja, tetapi Ia berhasil hidup sampai saat ini.