webnovel

Dia Sempurna

•Dia sempurna dengan caranya sendiri• Bagi Anya, Areel adalah sosok laki-laki sempurna dibalik sifat dinginnya. Tersimpan sejuta rahasia dibalik tatapan tajam miliknya. Hal itu berhasil membuat Anya penasaran untuk mengusiknya. Namun bagi Areel, Anya hanyalah gadis bodoh, berisik, juga ceroboh. Bertemu dengan Anya merupakan kesialan di hidupnya. Namun tanpa sadar, mereka dipertemukan oleh takdir untuk saling menyembuhkan luka satu sama lain.

Wiwi_Rahayu · Teen
Not enough ratings
8 Chs

Surat Cinta

Anya melangkah riang keluar rumah lengkap dengan seragam putih abu-abu. Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba juga—hari terakhir menjalani Masa Orientasi Siswa yang mengharuskan fisik Anya terkuras habis karena berdiri.

Senyum Anya terbit ketika membuka pintu dan menemukan Kayla telah duduk manis di atas motor dengan helm bergambarkan doraemon. Anya segera menghampiri sahabatnya itu.

"Pagi, Kayla!" sapa Anya langsung memasang helm yang ada di jok belakang motor Kayla.

"Buruan naik. Ntar kita telat lagi."

Anya mengangguk lantas segera duduk di atas motor. Detik berikutnya motor Kayla perlahan meninggalkan rumah Anya yang kembali kosong karena Radit telah pergi beberapa menit yang lalu.

Tidak ada percakapan yang tercipta di antara mereka karena fokus Anya hanya tertuju pada kertas pink di tangannya. Surat cinta yang Anya tulis sepenuh hati untuk Areel seorang.

Motor Kayla berhenti tepat di depan parkiran motor. Anya segera turun agar Kayla bisa memarkirkan motornya. Sembari menunggu, Anya beralih memperhatikan beberapa siswa yang datang melalui pagar sekolah. Anya berusaha mencari keberadaan Areel, tetapi sepertinya Anya terlalu telat datang. Laki-laki yang berpenampilan seperti Areel tentunya tepikal siswa yang datang ke sekolah paling awal.

"Ngapain diam?" tanya Kayla kini telah berdiri disamping Anya.

Anya menggeleng cepat lantas memeluk lengan Kayla. "Kuy, masuk!"

Selama melangkah ke aula—tempat yang menjadi tujuan siswa baru untuk dikumpulkan—Anya masih berusaha mencari keberadaan Areel. Semangat Anya belum terkumpul sepenuhnya sebelum melihat Areel. Namun lagi-lagi hasilnya kosong. Anya tetap tidak menemukan keberadaan Areel.

"Coba Kayla tebak, Anya nulis surat untuk siapa?" tanya Anya beralih melirik Anya sembari terus melangkah.

"Kak Areel," balas Kayla tidak bersemangat.

"Betul! Kayla kok bisa tau, sih?"

Kayla mendengus, "Bukannya lo suka sama dia? Udah jelas dong lo nulis surat cinta buat dia."

Anya mengangguk mengerti, "Iya juga, sih. Kayla benar lagi."

Saat membuka pintu, Anya langsung disambut dengan suara berisik berasal dari jejeran bangku yang hampir penuh memenuhi ruangan yang begitu luas tersebut. Anya terdiam beberapa saat sembari mencari bangku kosong hingga akhirnya tangannya tiba-tiba saja ditarik oleh Kayla.

Akhirnya mereka duduk di dekat jendela, empat baris dari belakang. Anya merasa beruntung karena dari tempatnya ia masih bisa melihat pengurus OSIS yang telah berkumpul di depan sana, begitu juga dengan Areel.

Anya tersenyum cerah. Segera melambaikan tangan ke arah Areel meskipun pada akhirnya Areel tidak menatap ke arahnya. Tiba-tiba saja tangannya di tarik oleh Kayla.

"Jangan heboh, Anya," ujar Kayla memperingati.

"Siapa yang heboh? Anya cuma mau nyapa Kak Areel."

"Dia nggak bakal liat lo."

"Kata siapa?"

"Lo nggak dengar gue barusan ngomong? Terbukti, 'kan dia nggak lirik lo sedikit pun."

"Anya bisa kok bikin Kak Areel lirik Anya." Anya tidak menyerah untuk membuat Kayla percaya kepadanya. "Kayla masih nggak percaya?"

Tanpa mengucapkan apapun, Anya tiba-tiba saja berdiri dari bangkunya lalu menatap ke arah Areel. Detik berikutnya, Anya berteriak begitu keras.

"Kak Areel, ini Anya!" Anya melambaikan tangannya.

Suana aula yang awalnya berisik karena acara belum dimulai, seketika mendadak menjadi hening ketika mendengar suara yang begitu nyaring berasal dari perempuan yang kini sibuk melambaikan tangan ke arah depan dengan raut wajah tak berdosa.

"Anya!" seru Kayla berusaha menarik Anya agar segera duduk. Rasa malu Anya malah pindah ke diri Kayla saat semua orang mendadak menatap ke arah mereka.

Anya kembali melambaikan tangan saat Areel berhasil meliriknya namun hanya beberapa detik. Anya bersorak senang lalu kembali duduk.

"Sekarang Kayla bisa percaya Anya, 'kan?" tanya Anya pada Kayla.

"Iya-iya gue percaya. Sekarang lo diam. Gue malu bego!"

Anya tersenyum lalu kembali memperhatikan Areel. Seakan tidak peduli dengan bisikan orang-orang di sekitarnya dengan beragam tanggapan.

"Oke. Selamat pagi semua!" suara dari depan sana membuat siswa baru yang awalnya berisik kini mendadak hening. "Seperti yang kalian ketahui, hari ini adalah hari terakhir kalian mengikuti masa orientasi siswa atau MOS. Kalian telah melewati dua hari panjang yang menurut saya sangat berat bagi kalian karna saya juga pernah berada di posisi kalian."

Semua orang diam mendengarkan.

"Sesuai dengan tugas kemarin, kalian harus membuat surat cinta untuk salah satu dari kami. Tapi nggak cuma sampai di situ aja. Hal yang paling seru adalah kalian bisa membacakannya secara langsung di depan orangnya langsung dan di depan kami semua. Ini berlaku bagi satu siswa yang beruntung."

Semua siswa berteriak histeris. Ada yang menolak dan merasa malu jika harus membacakannya di depan ratusan orang bahkan di depan orangnya langsung. Berdoa dalam hati agar tidak terpilih.

Ada juga siswa yang terang-terangan menunjuk dirinya sendiri agar terpilih. Satu di antaranya tentu saja seorang Anya Karasta yang kini kembali heboh sambil menunjuk dirinya.

"Diam, Anya! Lo mau permaluin diri lo di depan semua orang?" tanya Kayla berusaha menenangkan Anya.

"Anya malah bersyukur kalo di pilih. Biar semua orang tau perasaan Anya ke Kak Areel biar nggak ada yang dekatin Kak Areel." Anya menjawab tanpa rasa malu sedikitpun.

Kayla menutup wajahnya dengan telapak tangan setelah mendengar jawaban dari Anya. Sungguh di luar dugaan. Urat malu Anya ternyata benar-benar sudah putus.

"Sekarang kalian boleh maju dan simpan surat cinta kalian di atas meja langsung di orangnya masing-masing. Mulai dari gugus satu sampai terakhir." Perempuan tadi kembali bersuara.

Satu persatu mereka melangkah ke depan membawa surat cinta lalu diletakkan di meja orangnya langsung. Begitu juga dengan Anya yang kini tersenyum lebar saat meletakkan surat cintanya di meja Areel meskipun laki-laki itu tidak meliriknya sedikitpun.

Anya sempat murung ketika melihat tumpukan kertas di meja Areel. Paling banyak di antara meja di samping kiri dan kanan Anya. Hal itu membuat nyali Anya sedikit berkurang. Saingan Anya ternyata begitu banyak. Bukan hanya dirinya yang menyukai Areel.

Anya kembali duduk. Dalam hati terus berdoa agar ia dipilih untuk maju di depan.

"Oke. Kayaknya udah selesai. Ini saatnya kita pilih salah satu dari ratusan surat dari kalian."

Perempuan tersebut fokus memperhatikan satu persatu meja yang berisikan surat di depannya, hingga ia tertarik dengan tumpukan kertas di meja Areel yang lebih banyak dari lainnya.

"Kayaknya Areel menang banyak, nih," ujarnya kini telah berdiri di depan meja Areel. "Oke, kita pilih surat cinta untuk Areel. Buat yang merasa fans Areel, harus siap maju."

Siswa kembali berteriak heboh saat kakak kelas tersebut mulai memilih surat cinta. Tentu saja siswa yang berteriak adalah pemilik dari ratusan surat di meja tersebut. Hingga akhirnya tangan perempuan tadi menarik kertas berwarna pink.

"Anya Karasta!"

Anya mematung di tempat ketika mendengar namanya disebut dengan lantang. Raut tidak percaya terlihat jelas dari raut wajahnya. Menepuk beberapa kali pipinya agar segera sadar jika saja ini hanya mimpi belaka.

Anya beralih menatap Kayla, "Kayla, Anya nggak salah dengar, 'kan?"

"Telinga lo masih normal." Kayla membalas malas. "Kalo lo mau malu, maju sana sebelum nama lo diganti."

Anya langsung berdiri dengan semangat. Segera melangkah ke depan dengan ekspresi begitu percaya diri. Kembali tidak peduli dengan tatapan iri dari orang sekitar. Ini kesempatan emas. Anya tidak akan menyia-nyiakannya untuk menyampaikan pada dunia bahwa perasaanya untuk Areel bukan main-main.

"Ini suratnya. Silakan lo baca di depan Areel dan di depan semua orang di aula ini," ujar perempuan tadi sembari menyodorkan surat cinta milik Anya.

Anya menerimanya dengan senyum lebar lantas beralih menatap Areel yang ternyata juga sedang menatapnya datar.

Anya berdehem sebelum akhirnya mulai membaca surat cinta tersebut.

*Dari Anya untuk Kak Areel.

Anya ngerti jika kehadiran Anya terlalu tiba-tiba di hidup Kak Areel. Anya ngerti kalau Anya bikin Kak Areel terbebani. Anya hanya seseorang yang tiba-tiba mengagumi sosok ciptaan Tuhan yang sempurna di mata Anya.

Apa Kak Areel tahu, cuma Kakak satu-satunya orang yang berhasil menjadi alasan rasa takut Anya hilang hanya karna melihat tatapan mata milik Kak Areel. Cuma Kakak satu-satunya orang yang berusaha aku buktikan ke mereka yang tak percaya bahwa perasaan Anya nggak main-main.

Pada akhirnya Kak Areel akan menjadi tujuan Anya di masa depan.*

Anya melipat kertas di tanganya setelah selesai membaca. Disusul dengan tepukan serta teriakan dari ribuan siswa di depan sana terang-terangan menggoda serta tertawa keras.

Anya tentu tidak mempedulikan mereka. Anya hanya peduli dengan respon yang diberikan Areel setelah mendengar surat cinta darinya. Namun saat menatap ke arah laki-laki itu, Areel malah terlihat sibuk dengan ponselnya.

"Wah, lo ternyata berani juga," ujar perempuan tadi membuat Anya mengalihkan tatapannya dari Areel. "Awas diserbu fans Areel." Ia kemudian tertawa pelan.