webnovel

Dia Sempurna

•Dia sempurna dengan caranya sendiri• Bagi Anya, Areel adalah sosok laki-laki sempurna dibalik sifat dinginnya. Tersimpan sejuta rahasia dibalik tatapan tajam miliknya. Hal itu berhasil membuat Anya penasaran untuk mengusiknya. Namun bagi Areel, Anya hanyalah gadis bodoh, berisik, juga ceroboh. Bertemu dengan Anya merupakan kesialan di hidupnya. Namun tanpa sadar, mereka dipertemukan oleh takdir untuk saling menyembuhkan luka satu sama lain.

Wiwi_Rahayu · Teen
Not enough ratings
8 Chs

Mereka Pacaran?

Anya tidak perlu menunggu jemputan berjam-jam di sekolah karena jemputannya langsung ada di sekolah. Tentu saja orang itu tidak lain adalah Kayla, sahabatnya sendiri yang kini telah siap dengan motor meticknya. Kayla sengaja membeli motor untuk Anya karena pernah suatu waktu Anya hamper diculik saat menaiki sebuah angkot seorang diri, tanpa pengawasan dari Kayla.

Anya selalu berhasil membuat Kayla khawatir dan melakukan hal-hal dari kemampuannya hanya untuk melindungi Anya yang begitu naïf. Tentu saja setelah membeli motor ia harus belajar mengendarai karena awalnya Kayla tidak pandai.

"Kayla, main yuk!" seru Anya ketika motor Kayla perlahan meninggalkan pekarangan sekolah.

"Lo mau ke mana?" tanya Kayla dengan fokus menatap jalanan di depan.

"Kalo Kayla maunya ke mana?"

"Gue maunya tidur di rumah."

"Ish, itu mah bukan jalan-jalan namanya."

Kayla tertawa pelan, "Yaudah. Lo maunya ke mana?"

"Ke rumah Kak Rasya, gimana?"

"Nggak!" tolak Kayla cepat.

Anya mendengus, "Kayla kenapa, sih? Padahal Anya cuma mau kalian ketemu. Kayla sama Kak Rasya, 'kan udah nggak pernah ketemu selama dua tahun. Emang Kayla nggak kengen? Anya aja udah kangen berat tapi nggak mau ganggu sekolah Kak Rasya. Kak Rasya masih baik kok. Buktinya kemarin dia bayarin belanjaan Anya. Antar Anya pulang juga."

"Enggak, Anya. Dengan dia menghilang selama dua tahun, itu artinya dia udah nggak butuh kita lagi. Meskipun sibuk sekolah atau apalah, seenggaknya dia ngabarin kita, terutama lo."

"Tapi Anya ngerti kok. Kak Rasya juga kangen sama Anya, itu artinya Kak Rasya masih peduli sama Anya."

Kayla mendengus kesal. Jika terus membalas sanggahan Anya, perempuan itu tidak akan berhenti dan menganggap semua perkataannya benar.

"Terserah lo deh. Lo nggak bakal ngerti apa-apa."

"Ihh udah dibilangin Anya ngerti." Anya memukul bahu Kayla dengan gemas.

Tidak ada lagi percakapan di antara mereka setelahnya hingga motor Kayla berhenti tepat di depan rumah Anya.

Anya segera turun lalu menatap Kayla. "Kayla mau tunggu di sini atau di dalam? Anya mau ganti baju dulu."

"Gue tunggu di sini aja. Lo buruan sebelum nyokap gue pulang."

Anya segera berlari begitu cepat ke dalam rumah. Namun saat menaiki tangga kecil, kakinya tiba-tiba saja menyenggol sesuatu hingga akhirnya Anya terjatuh. Anya segera berdiri, berusha menahan sakit di kakinya, lalu beralih menatap Kayla yang kini menatapnya panik.

Anya menampilkan cengiran khasnya seakan-akan berkata ia baik-baik saja. Setelah itu ia kembali berlari ke dalam kamar untuk mengganti seragam sekolahnya.

Beberapa menit berlalu, Anya kembali muncul di balik pintu yang kini telah menggunakan pakaian sehari-hari. Hanya pakaian sederhana karena Anya tidak suka sesuatu yang menurutnya ribet dan berlebihan di badannya.

Segera Anya duduk di motor Kayla membuat kendaraan dua roda tersebut segera meninggalkan pekarangan rumah Anya.

"Jadi, lo mau kemana?" tanya Kayla karena belum mengetahui tujuan Anya. "Panas-panas begini beli es krim kayaknya enak, ya," ujar Anya.

"Gigi lo, 'kan nggak kuat makan makanan dingin, Anya. Ngapain lo beli es krim?"

"Kayla benar. Anya lupa." Anya terdiam sejenak sembari memikirkan tempat tujuan mereka. "Kalo ke taman aja, gimana?"

"Panas, Anya. Lo mau gue tambah hitam?"

Anya menggeleng cepat. Anya tidak menginginkannya. Kulit Kayla sudah coklat meskipun tidak terlalu parah. Itu semua karena harus mengendarai motor dan berpapasan langsung dengan matahari.

"Ke café aja deh. Gue lagi butuh sesuatu yang manis," ujar Kayla memutuskan.

"Oke!"

Motor Kayla berhenti tepat di depan café yang tidak terlalu besar itu tetapi cocok untuk bersantai bagi remaja seperti mereka.

Anya menatap antusias ruangan tersebut. Segera memesan makanan ketika duduk di meja tidak jauh dari pintu. Begitu juga dengan Kayla.

Ketika makanan telah siap di depan meja, Anya segera menyantapnya tanpa ampun. Mengabaikan jika makanan yang dimakannya adalah pesanan milik Kayla. Hingga suara pintu terbuka membuat Anya beralih menatap ke arah pintu tersebut.

Seketika Anya tersedak makanannya sendiri ketika mengetahui seseorang yang kini melangkah dari pintu menuju meja yang terlihat kosong. Detik berikutnya senyum Anya mengembang dan segera beranjak dari tempatnya untuk menghampiri orang tersebut.

Langkah Anya berhenti ketika seorang perempuan ternyata duduk di samping laki-laki tersebut. Anya tidak mengenalnya tetapi hal itu berhasil membuat nyali Anya menciut karena penampilan perempuan itu jauh lebih menarik darinya.

Anya kembali duduk dengan ekspresi murung.

"Lo kenapa?" tanya Kayla yang sejak tadi memperhatikan gerak-gerik Anya.

"Kak Areel ada di sini," lirih Anya.

"Bagus dong. Lo samperin gih biar perasaan lo cepat hilang."

Anya menggeleng pelan, "Tapi dia sama cewek lain."

"Nah, itu lebih bagus lagi biar lo bisa sadar kalo dia nggak baik buat lo."

Anya menunduk namun diam-diam memperhatikan Areel yang kini sedang asik mengobrol dengan perempuan di sampingnya meskipun mata mereka fokus menatap laptop di depannya.

Apa mereka pacaran?

Setidaknya pertanyaan itu terus saja terlintas di kepala Anya membuat perasaan cemburu dalam dadanya memuncat. Jika seperti ini, Anya lebih memilih tinggal di rumah daripada harus melihat pemandangan tersebut.

Anya tidak ingin berpikir negatif tetapi melihat posisi duduk mereka yang cukup dekat membuat otak Anya berpikir ke arah lain. Jika ternyata mereka memiliki hubungan khusus, Anya harus apa?

"Kayla coba perhatikan mereka. Menurut Kayla, mereka pacaran apa enggak?" tanya Anya sembari menunjuk ke meja tidak jauh dari mereka.

Meskipun malas, Kayla tetap mengikuti perintah Anya. Segera ia memperhatikan dua pasangan yang sedang asik dengan dunia mereka sendiri.

"Kayaknya, sih, ia deh, Nya," balas Kayla.

Anya berteriak tertahan, "Kayla jangan terlalu jujur dong. Bohong aja biar Anya nggak sedih."

"Lo mau gue dosa karna bohong?" Kayla mendengus. "Udah, sih. Cari cowok lain aja. Nggak usah dia. Dia nggak baik buat lo. Lagian udah punya pacar."

Anya menggeleng pelan. "Tapi, Anya maunya sama Kak Areel."

"Lo bisa cari Areel yang lain."

"Kak Areel yang ini beda. Nggak ada samanya."

"Terserah lo, Anya. Lo liatin aja mereka pacaran." Kayla melanjutkan acara makannya daripada harus mengikuti drama cemburu Anya.

Anya kembali memperhatikan Areel dan perempuan itu. Satu hal yang membuat Anya kesal adalah ketika perempuan itu berusaha duduk lebih dekat dengan Areel padahal bisa saja ia duduk jauh.